Semua Bab Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!: Bab 61 - Bab 70

121 Bab

61. Keluar

Janeetha terbangun dengan napas tersengal, tubuhnya menggigil seolah-olah mimpi buruk itu nyata.Wajah Dikara dalam mimpinya begitu jelas—matanya yang dingin dan suaranya penuh ancaman masih terngiang di telinganya. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, tapi saat membuka mata, kesadarannya mulai pulih, dan ia menyadari sesuatu yang aneh.Ia sudah berada di kamarnya.Janeetha tertegun, duduk perlahan di atas tempat tidur dengan tubuh yang lemah. Tangannya bergetar ketika menyentuh keningnya, masih merasa samar-samar dengan mimpi buruk yang baru saja dialaminya.Ingatannya kabur; terakhir yang ia ingat, ia berada di ruang gelap yang menakutkan itu. Namun sekarang, entah bagaimana, ia sudah kembali di kamar tidur mereka.“Jam berapa sekarang?" gumamnya pelan, mengedarkan pandangan di sekitar kamar. Biasanya ada jam di meja kecil di samping tempat tidur, tapi kali ini, jam itu tidak ada.“Dikara…&rdquo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Baca selengkapnya

62. Mansion di Pinggir Kota

Janeetha mendengus pelan, mengalihkan wajahnya. “Kau yang membuatku seperti ini!” Ia berkata dengan penuh kemarahan yang tak mampu ia keluarkan dengan keras.Dikara tertawa kecil, mengakui hal itu tanpa merasa bersalah. “Mungkin benar. Tapi ini demi kebaikanmu. Kau masih belum mengerti.”Pria itu memperbaiki posisi selimut di atas tubuh Janeetha dan menatapnya dengan senyum dingin. “Sekarang istirahatlah. Kau akan butuh banyak tenaga untuk... apapun yang akan kita lalui ke depannya. Dan terutama … untuk mencoba lari dariku. Bukan begitu?”Janeetha mencoba melawan, mengangkat tangannya yang lemah untuk menyingkirkan tangan Dikara dari bahunya, tapi usahanya sia-sia. Tenaganya habis hanya untuk sekadar mengangkat tangan, membuatnya hanya bisa menatap suaminya dengan kebencian yang terpendam. “Aku benci kau,” desisnya.Dikara hanya mengangguk seolah sudah terbiasa mendengar kata-kata itu. “Itu perasaanmu, Janeetha. Aku tidak keberatan selama kau tetap ada di sini.” Ia meraih dagunya, mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

63. Rencana Perpindahan

Di bawah langit malam yang diterangi cahaya bintang, Janeetha duduk berhadapan dengan Dikara di balkon kamar mereka.Meja kecil di antara mereka dipenuhi hidangan yang tertata sempurna, sementara lilin-lilin kecil menyala lembut, memberi kesan romantis.Namun, Janeetha merasa semua ini palsu, sekadar topeng bagi sikap Dikara yang sebenarnya. Ia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan kekesalannya sebelum membuka suara.“Jadi ini caramu memperlakukan istrimu?” tanyanya dingin, menatap suaminya dengan pandangan jengah. “Mengurungku seharian di dalam kamar? Bahkan pintu balkon terkunci. Kau pikir aku ini... apa? Aku bukan barang yang bisa kau kunci begitu saja.”Dikara hanya menatapnya sekilas, senyum kecil yang nyaris mengejek terlihat di sudut bibirnya."Kau perlu istirahat, Janeetha," jawabnya ringan, kembali menyuapkan makanan ke mulut tanpa sedikit pun terganggu oleh protesnya. "Kamar ini sudah memiliki semua yang kau butuhkan. Apa lagi yang kurang?"Janeetha menahan diri u
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

64. Jika Kau Peduli

Dikara mendekat, menatap Janeetha lekat. “Dan apa yang salah dengan itu? Bukankah seorang istri seharusnya berada di sisi suaminya?” Nada suaranya menegang. “Semakin sedikit gangguan dari luar, semakin kau bisa fokus pada kehidupan kita. Padaku.”Janeetha menghela napas saat mendegar Dikara memberi tekanan pada kata terakhir, merasa dadanya semakin sesak. Ia tahu argumennya tidak akan menggoyahkan keputusan Dikara. “Kalau begitu, aku harap kau mempertimbangkan… setidaknya berikan aku akses untuk tetap mengunjungi keluargaku.”Dikara tersenyum kecil, memiringkan kepala, tetapi tidak menjawab permintaannya. “Aku akan mengatur semua, termasuk jadwalmu. Jangan khawatir tentang hal-hal yang tidak perlu.” Senyumnya semakin lebar. “Mungkin kau hanya butuh waktu untuk melihat betapa baiknya tempat itu.”Janeetha terdiam, sadar bahwa tidak ada lagi yang bisa ia katakan. Hatinya penuh kemarahan bercampur dengan ketakutan, membayangkan kehidupannya di mansion yang jauh dari segala hal yang bisa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

65. Makan Bisa Menunggu

Dikara tersenyum kecil, hampir sinis, tetapi ada nada intens yang tak terduga dalam suaranya. “Kau tidak mengerti, Janeetha. Semua yang kulakukan ini karena aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja. Karena bagiku, kau adalah bagian dari diriku.”“Bagian?” Janeetha mengulang kata itu dengan nada yang getir. “Bagian dari dirimu? Apa artinya itu? Karena bagiku, ini semua lebih terasa seperti hukuman.”Dikara mendekatkan wajahnya, hingga Janeetha bisa merasakan napasnya. “Hukuman atau bukan, kau tetap milikku, Jani. Dan apa yang milikku, aku akan jaga. Aku akan tentukan setiap langkahmu, setiap batas yang boleh kau lewati. Apa kau tahu mengapa?”Janeetha menahan diri untuk tidak mundur, menatap Dikara dengan penuh kebencian yang bercampur rasa putus asa. “Karena… karena kau ingin membuatku menyerah, bukan?”Dikara tersenyum lagi, dan kali ini senyum itu membuat Janeetha merinding. “Aku hanya ingin memastikan bahwa kau tidak akan pernah pergi. Sejauh apapun kau mencoba lari, kau akan selalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-14
Baca selengkapnya

66. Melawan atau Menyerah

Dikara meletakkan Janeetha perlahan di atas tempat tidur, matanya masih terpaku pada wajahnya yang penuh ketegangan dan perlawanan.Setiap gerakan yang dilakukan Janeetha seperti tantangan, namun juga keindahan yang tak bisa ia lewatkan.Ketika tubuh Janeetha menyentuh ranjang, seakan dunia di sekeliling mereka menghilang, meninggalkan hanya mereka berdua di ruang hampa.Tanpa kata, Dikara kembali menundukkan kepalanya, mengecup bibir Janeetha dengan perlahan, seolah ingin menikmati setiap detik yang ada.Namun, kali ini, tidak ada penahanan lagi dalam dirinya. Semuanya terasa seperti api yang membara di dalam tubuhnya. Ia tidak bisa menahan hasrat yang terus membesar, hasrat yang telah dipendam terlalu lama.Ciuman mereka semakin dalam, lebih agresif, seolah-olah Dikara berusaha menghapus semua jarak yang pernah ada di antara mereka. Setiap sentuhan pria itu semakin penuh gairah, tak ada lagi ruang untuk penolakan.Dikara tidak hanya ingin mencium Janeetha, tapi ia ingin menguasai se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-14
Baca selengkapnya

67. Kembali Mencoba

Hari persiapan pindah ke mansion tiba, dan rumah itu ramai oleh aktivitas yang sibuk.Rusli, asisten setia Dikara, sibuk mengarahkan para pekerja dari jasa pindahan yang mondar-mandir membawa barang-barang, menyusunnya ke atas troli besar yang ada di depan unit apartemen mereka. “Pastikan semua barang penting sudah ditandai,” ujar Rusli sambil memeriksa daftar panjang yang diketik rapi oleh Dikara. Ia bergerak cepat dari satu ruangan ke ruangan lain, memastikan tak ada satu pun yang terlewat atau terselip.Sementara itu, Janeetha berdiri di ambang pintu kamar, menatap koper-koper yang sudah tertata di sudut.Perasaan asing menyelimutinya, seolah seluruh apartemen dan setiap barang di dalamnya mendadak tak lagi terasa seperti miliknya. Semuanya terasa cepat, kendali di luar genggamannya. Ia menggigit bibir, mencoba menekan rasa enggan yang semakin kuat.“Nyonya, koper-koper ini sudah siap juga untuk dibawa?” tanya salah satu pekerja yang melihatnya berdiri termenung di sana.Janeetha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

68. Ketahuan?

Pintu terbuka sepenuhnya, memperlihatkan Gayatri yang berdiri di sana dengan ekspresi bingung. “Janeetha?” panggilnya. Janeetha hampir mengembuskan napas lega saat melihat ibunya, bukan orang lain. Namun, ketegangan di tubuhnya belum sepenuhnya reda. Ia mencoba tersenyum meski wajahnya sedikit pucat. “Bu…” suara Janeetha terdengar sedikit gemetar. Gayatri melangkah masuk, alisnya bertaut. “Apa yang kau lakukan di sini, nak? Dan kenapa kau memegang ponsel Ibu?” tanyanya dengan nada heran. Janeetha mencoba mengatur napasnya, berusaha menjawab dengan tenang. “Aku… aku tadi mencari ponsel Ibu. Aku pikir Ibu mungkin lupa menaruhnya di sini,” katanya sambil berusaha terdengar wajar. Gayatri memiringkan kepalanya, menatap Janeetha dengan rasa ingin tahu yang semakin besar. “Kau mencarinya? Untuk apa?” Melihat ibunya begitu penasaran, Janeetha cepat-cepat menambahkan, “Aku ingin menghubungi seorang teman, Bu. Tapi aku baru ingat, ponselku sedang diservis, jadi aku pikir bisa memin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

69. Mansion Baru

Dikara akhirnya melepaskan cengkeramannya di lengan Janeetha, namun tatapannya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab.Pria itu menghela napas panjang, seolah menenangkan dirinya sendiri. “Kali ini, aku akan membiarkanmu,” ujarnya, suaranya kembali tenang tetapi tetap penuh penekanan.“Aku sedang sangat bersemangat untuk pindah ke tempat baru. Aku tak ingin kau merusak suasana hatiku,” tambahnya, seolah menyiratkan bahwa ini adalah kesempatan langka baginya untuk menikmati momen kebahagiaan yang ia bangun—momen yang, menurutnya, Janeetha seharusnya hargai.Janeetha hanya mengangguk pelan, merasa ada sesuatu yang tak beres di balik kalimat-kalimat itu, namun ia tak bisa berbuat banyak.Mereka kembali ke ruang tamu di mana Gayatri dan Pradipa sudah menunggu. Segera, suasana kembali berubah, seakan mereka hanya dua pasangan suami istri bahagia yang datang untuk bersilaturahmi.Gayatri dan Pradipa, tak curiga sedikit pun, melanjutkan percakapan santai, menyambut mereka dengan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

70. Istana Kecil

"Jangan gila!" Janeetha berusaha mendorong Dikara menjauh.Dikara hanya tertawa kecil, suara rendahnya menggema seperti angin yang menusuk telinga Janeetha. Namun, tubuhnya tetap kokoh di tempat, tak bergeming sedikit pun meski Janeetha mencoba mendorongnya. Sebaliknya, ia malah semakin mendekat, menurunkan wajahnya hingga hanya beberapa inci dari wajah istrinya."Jangan gila?" ulangnya dengan nada menggoda, matanya memancarkan kilauan tajam yang membuat Janeetha semakin terpojok. "Tapi kau tahu, Janeetha... aku selalu gila ketika menyangkut dirimu."Janeetha tertegun. Perkataan itu, meski disampaikan dengan nada ringan, memiliki beban yang begitu berat. Tangannya masih menempel di dada Dikara, berusaha menciptakan jarak, tapi pria itu seperti tembok yang tak bisa digeser."Dikara... cukup," katanya pelan, suaranya bergetar, mencoba mengendalikan dirinya. "Kita di luar. Jangan mulai hal ini di sini."Dikara menatapnya lekat, seolah menimbang-nimbang apakah akan melanjutkan godaannya a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status