All Chapters of Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!: Chapter 41 - Chapter 50

121 Chapters

41.

Ketukan pelan terdengar di pintu ruang kerja Dikara. Hari ini, ia memilih pergi ke kantor setelah Janeetha mengatakan ingin menemani ibunya di rumah sakit bersama ayahnya yang sakit.Dikara tidak terlalu memikirkan kepergian Janeetha, toh ia bisa tetap memantaunya lewat gelang yang selalu dipakai istrinya itu.Hingga saat ini, Dikara sedikit heran Janeetha tak pernah menunjukkan kecurigaan, bahkan tak pernah mencoba melepas gelang itu. Mungkin, aktingnya saat memberikan gelang itu benar-benar berhasil, membuat Janeetha berpikir itu hadiah yang tulus darinya.Tak lama kemudian, Rusli masuk ke ruangannya dan menyerahkan beberapa map ke atas meja Dikara.“Fabian…” Suara Dikara menggantung saat ia memerika sekilas map-map tersebut lalu menatap tajam pada Rusli. “Apa yang sudah kau temukan?”Rusli berdehem. “Fabian belum melakukan hal-hal yang mencurigakan, tapi dia cukup dekat dengan Nyonya Janeetha dan lingkaran teman-temannya. Dari pengamatan saya, dia sangat protektif pada Nyonya. Mere
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

42. Harus Tetap Di Sini

Janeetha memasukkan ponselnya ke tas, menghirup teh terakhirnya, lalu beranjak keluar dari kafe. Ia berjalan pelan, melintasi beberapa blok, dan seolah mencari-cari toko, tetapi terus melirik ke belakang.Benar saja, kedua pria tadi tetap mengikutinya dari kejauhan.Janeetha menahan senyum getir, merasa bahwa semua teka-teki ini mulai terjawab. “Jadi, memang benar, Dikara… kau mengawasiku, bahkan setiap langkahku.”Meski Janeetha dapat menebak, tetapi tetap saja ia merasa kecewa dan marah terhadap segala tindakan yang Dikara lakukan. Ia pun segera menyetop taksi lalu kembali ke rumah sakit.Di dalam mobil, Janeetha kembali memikirkan bagaimana Dikara bisa selalu mengetahui keberadaannya.Perlahan, matanya tertuju pada gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia menatap benda itu cukup lama, baru menyadari bahwa selama ini ia tak pernah benar-benar memperhatikan keberadaannya karena berbagai kejadian yang akhir-akhir ini me
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

43. Mengapa Kau Membenciku?

Janeetha menoleh, tatapannya bertemu dengan mata Dikara yang penuh teka-teki. Perasaan berkecamuk dalam dirinya—antara marah, kesal, dan tak berdaya.Sementara itu, Dikara malah mengulas senyum tipis yang nyaris tampak menyindir, seakan menikmati ekspresi ketidakberdayaan Janeetha.Senyum di wajah Dikara itu adalah sebuah peringatan, sebuah ejekan halus bahwa, tanpa seizin dirinya, Janeetha tidak akan kemana-mana.Dia ingin mengingatkan Janeetha akan kendali yang tak terlihat namun begitu kuat yang telah ia bangun di sekelilingnya.Dengan tenang, Dikara mendekatkan dirinya pada Janeetha, suara rendahnya seolah hanya untuknya."Jadi," katanya perlahan, senyumnya tetap tak berubah, "kau tak perlu memikirkan hal lain. Ayahmu membutuhkanmu di sini—dan itu artinya kau juga di sini bersamaku."Janeetha mencoba menahan gejolak di hatinya. Sebuah protes hampir meluncur dari bibirnya, tetapi di hadapan ayahnya, ia menahan diri. Hanya soro
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

44.

Dikara menatap Janeetha yang berdiri di hadapannya, tubuhnya tegang dengan amarah yang jelas terlihat dari sorot matanya.Perlahan, senyum tipis muncul di sudut bibirnya. Tawa kecil keluar dari tenggorokannya, terdengar seperti ejekan yang tak terlalu disembunyikan.“Oh, My Jani…” katanya sambil terkekeh pelan, seolah mendengar lelucon yang hanya ia yang pahami. “Kau tak bersalah. Tidak ada yang perlu kau sesali.”Namun, ucapan itu hanya membuat api dalam diri Janeetha semakin berkobar.“Kalau aku tak bersalah,” katanya, suaranya sedikit bergetar, tetapi ia tidak membiarkan dirinya goyah.“Mengapa kau berbuat seperti ini padaku? Mengapa kau selalu menyakitiku, mencoba mengatur setiap gerakanku, mengontrol semua yang kuinginkan?” Suaranya meninggi, penuh dengan rasa frustasi yang sudah lama ia tahan. “Apa lagi kalau bukan kebencian?”Dikara menatapnya, masih dengan senyum yang semakin menyebalkan di wajahnya. Ia mendekatkan tubuhnya sedikit, menurunkan suaranya menjadi hampir seperti b
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

45.

Setelah beberapa hari dirawat, Pradipa pun diizinkan pulang oleh dokter. Di rumah, Janeetha membantu ayahnya berbaring nyaman di kamarnya setelah perjalanan pulang dari rumah sakit. Tangannya perlahan membenarkan posisi bantal dan memastikan selimut menutupi tubuh ayahnya dengan nyaman. Gayatri duduk di kursi dekat ranjang, memperhatikan keduanya dengan penuh kasih. "Terima kasih, Nak," ucap Pradipa dengan suara lemah tapi penuh syukur, menyentuh tangan Janeetha. “Kalau bukan karena kamu…” Janeetha tersenyum kecil, menahan segala beban yang dirasakannya agar tak terlihat. “Ayah, tidak perlu bilang begitu. Yang penting sekarang ayah bisa fokus pulih.” Gayatri mengangguk, menambahkan, “Iya, Ayahmu butuh banyak istirahat. Dan kamu juga, Janeetha. Akhir-akhir ini kau terlihat lelah sekali.” Janeetha hanya tersenyum tanpa kata, merasa ada begitu banyak hal yang ingin ia sampaikan, tetapi sulit. Ia ingin mengungkapkan kekhawatirannya, tentang Dikara, tentang hidup yang tak bisa sepen
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

46.

"Janeetha? Kau baik-baik saja?" tanya Fabian, nadanya cemas.Janeetha hampir saja membalas secara spontan, tapi ia merasa tatapan Dikara menusuknya, membuatnya sadar bahwa setiap kata yang ia ucapkan akan diawasi.“Ya, Kak … aku baik-baik saja,” jawabnya dengan suara tenang namun datar, berusaha untuk tidak menimbulkan kecurigaan.“Janeetha, aku sudah menemukan seseorang… seseorang yang bisa membantu membuatkan dokumen pentingmu,” suara Fabian terdengar berbisik, seolah ia sadar akan risiko yang Janeetha hadapi.Tubuh Janeetha menegang seketika. Tawaran itu sungguh memikat, tetapi mengetahui jika Dikara mendengarkan setiap kata yang ia ucapkan membuatnya tertekan.Namun, yang membuat Janeetha lebih terkejut adalah Dikara, yang mengangguk kecil padanya, memberi tanda untuk menyetujui ajakan itu.Janeetha menggelengkan kepala dengan cepat, menolak ide suaminya. Seketika Dikara langs
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

47.

Janeetha menggelengkan kepala pelan, rasa takut bercampur muak dan frustrasi mulai merasuk dalam dirinya."Dikara ... . Kumohon-""Kau pikir aku akan berubah pikiran hanya karena kau memanggilku seperti itu?" Dikara terus maju hingga tubuh Janeetha tertahan oleh sofa."A-Aku tidak ingin ini. Kumohon, berhenti," ucapnya dengan suara yang bergetar, mencoba meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap tegar.Namun, Dikara hanya tersenyum tipis, senyum yang terlihat lebih seperti sebuah peringatan.Pria iru semakin mendekat, dan suaranya turun menjadi bisikan yang mengancam. "Jadi… kau lebih memilih Fabian daripada aku?" tanyanya, dengan nada yang menusuk langsung ke hati Janeetha.Janeetha tercekat diikuti gelengan panik. “Ti-tdak… bukan seperti itu!”"Kalau begitu," lanjut Dikara dengan tenang,menatap lurus ke arah istirnya. "Tunjukkan padaku bahwa aku yang kau pilih. Aku suamimu, Janeetha
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

48.

Tidak ingin terperangkap lebih jauh, Janeetha berusaha mendorong dada Dikara, mencoba menegaskan perlawanan. Tangannya sedikit bergetar, napasnya pendek-pendek. Ia menatap suaminya dengan pandangan penuh kewaspadaan, bibirnya terbuka seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi tertahan. Dikara memperhatikan setiap gerakannya, menyelidiki sorot matanya dengan tatapan yang dalam dan penuh tekanan. “Jadi… benar-benar tak ada perasaan untukku?” tanya pria itu, suaranya pelan tetapi dingin, menusuk dengan cara yang membuat Janeetha bergidik. Dikara mendekatkan wajah, mata hitamnya menyapu wajah Janeetha seolah tak memberinya ruang untuk menghindar. Janeetha hanya terdiam, mulutnya terkunci dan hatinya kacau. Sorot matanya mencoba menahan ketegangan yang memuncak. Sementara kebingungan dan keraguannya tak luput dari pandangan Dikara. Dikara tersenyum tipis, senyum yang sinis dan penuh arti.
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

49.

Seiring detak jantungnya yang semakin cepat, Janeetha merasakan dorongan Dikara yang tak tertahankan. Seakan mampu membaca getaran kecil yang muncul di tubuhnya, Dikara hanya memperdalam ciumannya, menggiring Janeetha semakin jauh dari ruang kendalinya sendiri. Ketika Dikara akhirnya menjauhkan diri sejenak, Janeetha menarik napas panjang, berusaha menguasai dirinya yang terengah-engah. Namun, pandangan Dikara yang gelap dan penuh tuntutan langsung mengurungnya, seolah menantang penolakannya. Hanya sepersekian detik berlalu sebelum Dikara kembali menunduk, meraih bibir Janeetha dengan ciuman yang lebih dalam dan penuh hasrat, membuat tubuh Janeetha terperangkap dalam gelombang yang tak bisa ia hentikan. Setiap gerakan Dikara begitu intens dan mendesak, tak memberi Janeetha pilihan untuk melawan atau sekadar bernapas lega. Tubuh Janeetha mulai melemah di bawah kekuatan yang tak memberinya celah,
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

50.

Janeetha, yang masih berdiri di ambang pintu sedikit menegang, tetapi ia mempersilakan Ameera masuk dengan sopan.Begitu Ameera melangkah ke dalam, Janeetha hendak memanggil Dikara. Tetapi seolah sudah tahu, Dikara sudah muncul dari arah ruang kerja, berjalan dengan langkah yang cepat dan tegas, wajahnya terlihat tegang.“Ameera.” Sapaan singkat itu keluar dari mulutnya tanpa sedikit pun kelembutan.Mata Dikara menyipit, ekspresinya datar tapi jelas menunjukkan bahwa ia tidak menyukai kedatangan Ameera.“Ada keperluan apa kau datang ke sini?” tanyanya tanpa basa-basi, membuat suasana di ruangan langsung terasa dingin.Ameera hanya tersenyum tipis, tampak santai seolah sudah memperkirakan reaksi itu. Ia melirik Janeetha sesaat sebelum tatapannya kembali tertuju pada Dikara.“Dikara, jangan seserius itu. Apa tidak boleh seorang teman lama mengunjungi dan melihat kabarmu? Kau meninggalkanku begitu saja saat kita terakhir bertemu.”Dikara tampak tak tersentuh oleh nada lembut Ameera. “Jik
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status