Share

62. Mansion di Pinggir Kota

Penulis: DSL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 21:17:00

Janeetha mendengus pelan, mengalihkan wajahnya. “Kau yang membuatku seperti ini!” Ia berkata dengan penuh kemarahan yang tak mampu ia keluarkan dengan keras.

Dikara tertawa kecil, mengakui hal itu tanpa merasa bersalah. “Mungkin benar. Tapi ini demi kebaikanmu. Kau masih belum mengerti.”

Pria itu memperbaiki posisi selimut di atas tubuh Janeetha dan menatapnya dengan senyum dingin. “Sekarang istirahatlah. Kau akan butuh banyak tenaga untuk... apapun yang akan kita lalui ke depannya. Dan terutama … untuk mencoba lari dariku. Bukan begitu?”

Janeetha mencoba melawan, mengangkat tangannya yang lemah untuk menyingkirkan tangan Dikara dari bahunya, tapi usahanya sia-sia. Tenaganya habis hanya untuk sekadar mengangkat tangan, membuatnya hanya bisa menatap suaminya dengan kebencian yang terpendam. “Aku benci kau,” desisnya.

Dikara hanya mengangguk seolah sudah terbiasa mendengar kata-kata itu. “Itu perasaanmu, Janeetha. Aku tidak keberatan selama kau tetap ada di sini.” Ia meraih dagunya, mem
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
DSL
...........................
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   63. Rencana Perpindahan

    Di bawah langit malam yang diterangi cahaya bintang, Janeetha duduk berhadapan dengan Dikara di balkon kamar mereka.Meja kecil di antara mereka dipenuhi hidangan yang tertata sempurna, sementara lilin-lilin kecil menyala lembut, memberi kesan romantis.Namun, Janeetha merasa semua ini palsu, sekadar topeng bagi sikap Dikara yang sebenarnya. Ia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan kekesalannya sebelum membuka suara.“Jadi ini caramu memperlakukan istrimu?” tanyanya dingin, menatap suaminya dengan pandangan jengah. “Mengurungku seharian di dalam kamar? Bahkan pintu balkon terkunci. Kau pikir aku ini... apa? Aku bukan barang yang bisa kau kunci begitu saja.”Dikara hanya menatapnya sekilas, senyum kecil yang nyaris mengejek terlihat di sudut bibirnya."Kau perlu istirahat, Janeetha," jawabnya ringan, kembali menyuapkan makanan ke mulut tanpa sedikit pun terganggu oleh protesnya. "Kamar ini sudah memiliki semua yang kau butuhkan. Apa lagi yang kurang?"Janeetha menahan diri u

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   64. Jika Kau Peduli

    Dikara mendekat, menatap Janeetha lekat. “Dan apa yang salah dengan itu? Bukankah seorang istri seharusnya berada di sisi suaminya?” Nada suaranya menegang. “Semakin sedikit gangguan dari luar, semakin kau bisa fokus pada kehidupan kita. Padaku.”Janeetha menghela napas saat mendegar Dikara memberi tekanan pada kata terakhir, merasa dadanya semakin sesak. Ia tahu argumennya tidak akan menggoyahkan keputusan Dikara. “Kalau begitu, aku harap kau mempertimbangkan… setidaknya berikan aku akses untuk tetap mengunjungi keluargaku.”Dikara tersenyum kecil, memiringkan kepala, tetapi tidak menjawab permintaannya. “Aku akan mengatur semua, termasuk jadwalmu. Jangan khawatir tentang hal-hal yang tidak perlu.” Senyumnya semakin lebar. “Mungkin kau hanya butuh waktu untuk melihat betapa baiknya tempat itu.”Janeetha terdiam, sadar bahwa tidak ada lagi yang bisa ia katakan. Hatinya penuh kemarahan bercampur dengan ketakutan, membayangkan kehidupannya di mansion yang jauh dari segala hal yang bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   65. Makan Bisa Menunggu

    Dikara tersenyum kecil, hampir sinis, tetapi ada nada intens yang tak terduga dalam suaranya. “Kau tidak mengerti, Janeetha. Semua yang kulakukan ini karena aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja. Karena bagiku, kau adalah bagian dari diriku.”“Bagian?” Janeetha mengulang kata itu dengan nada yang getir. “Bagian dari dirimu? Apa artinya itu? Karena bagiku, ini semua lebih terasa seperti hukuman.”Dikara mendekatkan wajahnya, hingga Janeetha bisa merasakan napasnya. “Hukuman atau bukan, kau tetap milikku, Jani. Dan apa yang milikku, aku akan jaga. Aku akan tentukan setiap langkahmu, setiap batas yang boleh kau lewati. Apa kau tahu mengapa?”Janeetha menahan diri untuk tidak mundur, menatap Dikara dengan penuh kebencian yang bercampur rasa putus asa. “Karena… karena kau ingin membuatku menyerah, bukan?”Dikara tersenyum lagi, dan kali ini senyum itu membuat Janeetha merinding. “Aku hanya ingin memastikan bahwa kau tidak akan pernah pergi. Sejauh apapun kau mencoba lari, kau akan selalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   66. Melawan atau Menyerah

    Dikara meletakkan Janeetha perlahan di atas tempat tidur, matanya masih terpaku pada wajahnya yang penuh ketegangan dan perlawanan.Setiap gerakan yang dilakukan Janeetha seperti tantangan, namun juga keindahan yang tak bisa ia lewatkan.Ketika tubuh Janeetha menyentuh ranjang, seakan dunia di sekeliling mereka menghilang, meninggalkan hanya mereka berdua di ruang hampa.Tanpa kata, Dikara kembali menundukkan kepalanya, mengecup bibir Janeetha dengan perlahan, seolah ingin menikmati setiap detik yang ada.Namun, kali ini, tidak ada penahanan lagi dalam dirinya. Semuanya terasa seperti api yang membara di dalam tubuhnya. Ia tidak bisa menahan hasrat yang terus membesar, hasrat yang telah dipendam terlalu lama.Ciuman mereka semakin dalam, lebih agresif, seolah-olah Dikara berusaha menghapus semua jarak yang pernah ada di antara mereka. Setiap sentuhan pria itu semakin penuh gairah, tak ada lagi ruang untuk penolakan.Dikara tidak hanya ingin mencium Janeetha, tapi ia ingin menguasai se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   67. Kembali Mencoba

    Hari persiapan pindah ke mansion tiba, dan rumah itu ramai oleh aktivitas yang sibuk.Rusli, asisten setia Dikara, sibuk mengarahkan para pekerja dari jasa pindahan yang mondar-mandir membawa barang-barang, menyusunnya ke atas troli besar yang ada di depan unit apartemen mereka. “Pastikan semua barang penting sudah ditandai,” ujar Rusli sambil memeriksa daftar panjang yang diketik rapi oleh Dikara. Ia bergerak cepat dari satu ruangan ke ruangan lain, memastikan tak ada satu pun yang terlewat atau terselip.Sementara itu, Janeetha berdiri di ambang pintu kamar, menatap koper-koper yang sudah tertata di sudut.Perasaan asing menyelimutinya, seolah seluruh apartemen dan setiap barang di dalamnya mendadak tak lagi terasa seperti miliknya. Semuanya terasa cepat, kendali di luar genggamannya. Ia menggigit bibir, mencoba menekan rasa enggan yang semakin kuat.“Nyonya, koper-koper ini sudah siap juga untuk dibawa?” tanya salah satu pekerja yang melihatnya berdiri termenung di sana.Janeetha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   68. Ketahuan?

    Pintu terbuka sepenuhnya, memperlihatkan Gayatri yang berdiri di sana dengan ekspresi bingung. “Janeetha?” panggilnya. Janeetha hampir mengembuskan napas lega saat melihat ibunya, bukan orang lain. Namun, ketegangan di tubuhnya belum sepenuhnya reda. Ia mencoba tersenyum meski wajahnya sedikit pucat. “Bu…” suara Janeetha terdengar sedikit gemetar. Gayatri melangkah masuk, alisnya bertaut. “Apa yang kau lakukan di sini, nak? Dan kenapa kau memegang ponsel Ibu?” tanyanya dengan nada heran. Janeetha mencoba mengatur napasnya, berusaha menjawab dengan tenang. “Aku… aku tadi mencari ponsel Ibu. Aku pikir Ibu mungkin lupa menaruhnya di sini,” katanya sambil berusaha terdengar wajar. Gayatri memiringkan kepalanya, menatap Janeetha dengan rasa ingin tahu yang semakin besar. “Kau mencarinya? Untuk apa?” Melihat ibunya begitu penasaran, Janeetha cepat-cepat menambahkan, “Aku ingin menghubungi seorang teman, Bu. Tapi aku baru ingat, ponselku sedang diservis, jadi aku pikir bisa memin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   69. Mansion Baru

    Dikara akhirnya melepaskan cengkeramannya di lengan Janeetha, namun tatapannya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab.Pria itu menghela napas panjang, seolah menenangkan dirinya sendiri. “Kali ini, aku akan membiarkanmu,” ujarnya, suaranya kembali tenang tetapi tetap penuh penekanan.“Aku sedang sangat bersemangat untuk pindah ke tempat baru. Aku tak ingin kau merusak suasana hatiku,” tambahnya, seolah menyiratkan bahwa ini adalah kesempatan langka baginya untuk menikmati momen kebahagiaan yang ia bangun—momen yang, menurutnya, Janeetha seharusnya hargai.Janeetha hanya mengangguk pelan, merasa ada sesuatu yang tak beres di balik kalimat-kalimat itu, namun ia tak bisa berbuat banyak.Mereka kembali ke ruang tamu di mana Gayatri dan Pradipa sudah menunggu. Segera, suasana kembali berubah, seakan mereka hanya dua pasangan suami istri bahagia yang datang untuk bersilaturahmi.Gayatri dan Pradipa, tak curiga sedikit pun, melanjutkan percakapan santai, menyambut mereka dengan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   70. Istana Kecil

    "Jangan gila!" Janeetha berusaha mendorong Dikara menjauh.Dikara hanya tertawa kecil, suara rendahnya menggema seperti angin yang menusuk telinga Janeetha. Namun, tubuhnya tetap kokoh di tempat, tak bergeming sedikit pun meski Janeetha mencoba mendorongnya. Sebaliknya, ia malah semakin mendekat, menurunkan wajahnya hingga hanya beberapa inci dari wajah istrinya."Jangan gila?" ulangnya dengan nada menggoda, matanya memancarkan kilauan tajam yang membuat Janeetha semakin terpojok. "Tapi kau tahu, Janeetha... aku selalu gila ketika menyangkut dirimu."Janeetha tertegun. Perkataan itu, meski disampaikan dengan nada ringan, memiliki beban yang begitu berat. Tangannya masih menempel di dada Dikara, berusaha menciptakan jarak, tapi pria itu seperti tembok yang tak bisa digeser."Dikara... cukup," katanya pelan, suaranya bergetar, mencoba mengendalikan dirinya. "Kita di luar. Jangan mulai hal ini di sini."Dikara menatapnya lekat, seolah menimbang-nimbang apakah akan melanjutkan godaannya a

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16

Bab terbaru

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   136. One to One

    Hujan mulai turun rintik-rintik ketika Fabian akhirnya tertangkap. Ia berlutut di atas tanah berlumpur, tangan terikat di belakang punggungnya. Nafasnya terengah-engah, rambut basah menempel di dahinya. Tiga anak buah Dikara berdiri mengawasinya dengan waspada.Meski tampak seperti orang yang tak berdaya, tetapi dalam diri Fabian puas dengan apa yang telah ia lakukan. Setidaknya, ia dapat menyedot perhatia Dikara hanya tertuju padanya.Tak butuh waktu lama, sosok yang Fabian tunggu-tunggu pun tiba.Pria itu terlihat turun dari mobil SUV hitam yang kini terparkir cukup jauh dari lokasi. Fabian memang sengaja memilih jalur yang sedikit sulit dijangkau oleh kendaraan.Langkah Dikara tenang sekaligus tegas, mantel panjang yang dikenakannya berkibar tertiup angin. Matanya langsung menangkap Fabian yang sedang berlutut.“Well, well, well. Bukankah ini Tuan Fabian yang terhormat,” ucap Dikara datar, kedua mata gelapnya sarat dengan penghinaan. Fabian mendongak perlahan. Meski wajahnya penuh

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   135. Memancing Dikara

    Fabian berlari semakin cepat, napasnya memburu, dan tubuhnya mulai terasa berat oleh hujan yang membasahi pakaiannya. Hutan di sekelilingnya terasa gelap dan suram, seolah-olah bersekongkol untuk menyulitkan pelariannya. Namun, ia tidak peduli.Langkah-langkahnya sengaja dibuat mencolok. Kakinya menjejak tanah berlumpur dengan keras, meninggalkan jejak yang jelas di belakangnya. Sesekali, ia meraih cabang pohon dan mematahkannya dengan sengaja, menciptakan tanda-tanda yang tak mungkin terlewatkan oleh pengejarnya.Dalam pikirannya, rencana ini sederhana.Dikara pasti akan memilih mengejarnya daripada Arman. Fabian tahu betul bagaimana peringai pria itu. Dikara bukan hanya sosok yang obsesif, tapi juga penuh harga diri.Bagi Dikara, Fabian adalah ancaman langsung. Bukan sekadar seseorang yang membantu pelarian Janeetha, tetapi juga orang yang dianggap mencuri sesuatu yang menurutnya adalah miliknya.Fabian kembali melihat sekilas ke belakang, memast

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   134. Mencoba Mengalihkan

    Fabian memandang jalur setapak yang mereka tinggalkan dengan hati-hati. Daun-daun basah yang berserakan di tanah kini menunjukkan jejak kaki yang sengaja mereka ciptakan. Ia melirik Arman yang sedang membenahi tali ranselnya, tampak serius sekaligus gugup.“Sudah cukup?” tanya Fabian pelan, suaranya nyaris tertelan oleh gemerisik angin di antara pepohonan.Arman mengangguk cepat. “Jejaknya terlihat jelas. Kalau mereka mengikuti ini, mereka akan menuju arah yang salah.”Fabian menghela napas, matanya kembali menyisir area di sekitar mereka. Hutan itu terasa mencekam, bukan hanya karena ketenangannya tetapi juga ancaman yang mengejar di belakang mereka.“Janeetha dan Maria harus punya waktu untuk mencapai desa,” gumam Fabian, seperti hendak meyakinkan dirinya sendiri. “Semoga trik ini berhasil.”Arman menepuk bahu Fabian. “Kita hanya perlu menarik perhatian mereka cukup lama. Kalau kita tetap di jalur ini, mereka pasti akan mengira kita bersama Janeetha.”Fabian mengangguk, meskipun ras

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   133. Nyaris

    Suara deru mesin mendekat dengan cepat, membuat jantung Janeetha berdegup semakin kencang. Di sudut gudang yang gelap, ia memeluk lututnya erat-erat, berusaha mengendalikan napas agar tidak terlalu keras terdengar. Maria, di sisi lain, berdiri diam seperti patung di dekat jendela kecil, mengintip ke luar.“Mereka berhenti,” bisik Maria dengan nada tegang, nyaris tidak terdengar.Janeetha mendongak. “Berhenti di mana?”Maria tidak menjawab, hanya memberi isyarat agar Janeetha tetap diam.Di luar, suara langkah kaki bergema di antara pepohonan. Beberapa suara samar terdengar, percakapan cepat yang sulit dipahami.“Periksa sekitar sini,” suara seorang pria terdengar lebih jelas, keras dan tegas.Janeetha menahan napas. Ia tahu suara itu. Salah satu anak buah Dikara yang sering datang ke rumah mereka dulu.“Maria…” bisik Janeetha, hampir tidak mampu mengucapkannya.Maria menoleh cepat, menaruh jari telunjuk di bibirnya sebagai isyarat untuk tetap diam. Namun, tatapan tegas itu juga tidak

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   132. Pelarian Tak Berujung

    Mobil yang dikendarai Maria melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan sempit yang semakin dipenuhi pepohonan rindang. Janeetha mencengkeram kursi dengan erat, jantungnya berpacu seirama dengan ketakutan yang menghantuinya.Dari kaca spion, SUV hitam itu tampak semakin mendekat. Mereka tidak main-main.“Maria, mereka hampir mengejar kita!” suara Janeetha bergetar, memecah keheningan mencekam di dalam mobil.“Diam dan pegang erat!” Maria memutar setir dengan keras, memasuki jalanan berbatu yang lebih terpencil. Getaran akibat jalanan yang tidak rata membuat tubuh mereka terguncang.Janeetha memandangi ke belakang lagi. SUV itu tampak melambat sedikit, tetapi masih berada di jalur yang sama.“Berapa jauh lagi kita harus pergi?” tanya Janeetha, panik.Maria tidak menjawab, hanya fokus pada jalanan di depannya.Namun, suara dering ponsel Maria tiba-tiba memecah ketegangan. Janeetha memandang sekilas ke arah layar yang menyala di dashboard.Arman.Maria langsung mengangkat panggilan itu tan

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   131. Mereka Datang

    Mobil yang dikendarai Maria melaju tanpa henti selama berjam-jam, melintasi jalanan sepi dan desa-desa kecil yang nyaris kosong. Janeetha memandangi jendela dengan tatapan kosong. Langit mulai terang, tetapi hawa dingin masih terasa menusuk hingga ke tulang.Maria menurunkan kaca jendela sedikit, membiarkan udara pagi masuk ke dalam mobil. “Kita hampir sampai di perbatasan kota kecil. Mungkin kita bisa berhenti sebentar,” ucapnya, memecah keheningan.Janeetha hanya mengangguk pelan. Ia menyandarkan kepalanya ke kursi, mencoba meredakan rasa gelisah yang menghantui sejak tadi malam. Fabian dan Arman masih belum bisa dihubungi, dan itu semakin membuatnya khawatir.Beberapa menit kemudian, mobil memasuki area pom bensin kecil di pinggir kota. Tempat itu terlihat sepi, hanya ada satu kendaraan lain yang sedang mengisi bahan bakar.“Kita berhenti di sini,” ujar Maria sambil memarkirkan mobil di dekat mesin pengisian. “Aku akan mengisi bensin. Kau mau sesuatu?”Janeetha menggeleng. “Aku han

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   130. Mengejar Janeetha (2)

    Pagi itu, sinar matahari samar-samar menyelinap di balik jendela besar kamar Dikara. Langit masih kelabu, seolah mencerminkan amarah yang membara di dalam dirinya.Setelah selesai menghabiskan sarapan, Dikara menyeka bibirnya dengan lap sebentar sebelum akhirnya pria itu bersiap untuk melakukan pencarian. Rayhan berdiri tegak di sudut ruangan, menanti instruksi berikutnya dengan sedikit cemas. Ia bisa merasakan ketegangan yang menggantung di udara sejak Dikara menerima laporan terakhir tentang keberadaan Janeetha."Apa rencanamu?" tanya Dikara setelah berdiri di dekat Rayhan.Anak buahnya itu berjalan menuju ruang tamu. Di sana, atas meja sudah terbentang sebuah peta.Saat Dikara mendekat, ia dapat melihat banyak titik meras pasa lembaran tersebut. "Jelaskan padaku," ucap Dikara sambil duduk di sofa. "Titik merah otu adalah lokasi yang sudah diperiksa oleh tim kami, Tuan." Rayhan sedikit membungkuk saat menjelaskan.Dikara seketika melihat ke arah Rayhan dengan tatapan merendahka

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   129. Berlari di Kegelapan

    Dini hari itu terasa lebih dingin dari biasanya. Goyangan pelan di bahu semakin lama semakin terasa, membuat Janeetha terjaga dari tidurnya.“Janeetha,” suara Maria berbisik tetapi terdengar mendesak. “Bangun. Kita harus pergi sekarang.”Janeetha mengerjap berusaha menyesuaikan diri dengan gelapnya kamar, sementara Maria membantunya untuk duduk.“Apa? Berangkat?” tanyanya dengan suara serak.Maria mengangguk. Meski kamar itu temaram, tetapi tetapi dapat memperlihatkan ekspresi serius di wajah wanita itu. “Arman baru saja mengabari. Anak buah Dikara semakin banyak di sekitar sini. Mereka bergerak lebih cepat dari yang kita duga.”Sekejap, kantuk Janeetha hilang sepenuhnya. Rasa cemas muncul begitu saja. “Mereka sudah menemukan kita?”“Belum, belum.” Maria menggeleng berusaha menenangkan. “Karena itu kita harus bergerak lebih cepat dari rencana.”“Fabian dan Arman? Bukankah kita akan menunggu mereka untuk berangkat bersama?” Janeetha mengikuti Maria yang sudah berdiri dari tempat tidur

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   128. Mari Dimulai

    "Kau pikir aku peduli dengan perhatian?!” Suara Dikara seketika naik satu oktaf membuat Rayhan semakin menciut. Ekspresi wajahnya semakin dingin dengan seringai samar terlukis di bibirnya. “Jika perlu, hancurkan seluruh Ardenton! Aku tak peduli!"Rayhan langsung mengetikkan pesan di ponselnya. "Saya akan sampaikan sekarang juga, Tuan."Dikara menyandarkan kepalanya, memejamkan mata sejenak. Tapi ketenangan itu hanya bertahan beberapa detik sebelum matanya kembali terbuka, menatap tajam ke arah luar jendela.Janeetha... kau pikir kau bisa lari sejauh ini dariku?Tiba-tiba ponsel Rayhan bergetar. Ia membaca pesan yang masuk dengan cermat sebelum melirik Dikara. "Tuan... mereka melaporkan seseorang yang mencurigakan di penginapan kecil dekat distrik timur. Wanita dengan ciri-ciri yang mirip Nyonya Janeetha."Dikara menoleh, ekspresinya berubah dingin. "Ciri-ciri yang mirip bukan jawaban yang ingin kudengar."Rayhan menelan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status