All Chapters of Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!: Chapter 91 - Chapter 100

121 Chapters

91. Menunggu Hasil

Keraguan itu membuatnya kembali tegang. Janeetha tidak pernah mudah ditebak. Dia terlalu pintar untuk wanita yang sering terlihat rapuh. Tapi jika ini benar-benar terjadi... bagaimana Janeetha akan merespons?"Jika benar, maka anak itu adalah anakku maka tidak ada yang bisa mengubah itu." Pria itu mengepalkan jemari di meja.Tapi bayangan lain segera muncul. Apa yang akan terjadi pada hubungan mereka jika ini benar?Dikara tahu bahwa Janeetha tidak akan dengan mudah menyerah, apalagi jika wanita itu merasa dirinya memiliki sesuatu yang lebih besar untuk dilindungi.Dikara berdiri di dekat jendela ruang kerjanya, menatap ke luar dengan tatapan penuh perhitungan.Jemarinya sibuk memutar ponselnya, hingga akhirnya ia kembali menghubungi Rusli dan menempelkan ponsel ke telinganya. Tak butuh waktu lama, suara Rusli terdengar dari seberang.“Halo, Tuan.”Tanpa basa-basi, Dikara langsung bertanya. “Ada perkembangan baru?”Terdengar nada ragu di suara Rusli. “Nyonya Janeetha... sudah masuk ke
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

92. Melepas Belenggu

Dengan rasa gugup yang luar biasa, Janeetha melangkah cepat menuju kamar kecil.Begitu ia masuk ke salah satu bilik, wanita itu menutup pintu dengan suara pelan, lalu bersandar pada dinding, mencoba mengatur napasnya yang tersengal.Detak jantungnya terasa memburu, dan kepanikannya makin menjadi. Ia memejamkan mata, menguatkan diri."Oke, tenang, Janeetha," bisik Janeetha lirih, suaranya hampir tak terdengar. Tangannya gemetar saat ia menyeka peluh yang mengalir di pelipisnya. "Kau tidak bisa terus begini. Fokus."Janeetha menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian. "Sebaiknya aku segera keluar dan mencari Fabian atau seseorang yang bisa membantu," gumamnya lagi, berusaha memberi sedikit kekuatan pada dirinya sendiri.Saat Janeetha membuka pintu bilik, langkahnya terhenti. Matanya terpaku pada gelang di pergelangan tangannya—sebuah perhiasan elegan yang selama ini tampak indah, tetapi kini terasa seperti belenggu."Gelang ini..." bisiknya pelan, suara kekhawatirannya hamp
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

93. Mencari Cara

Penjaga toko mengangguk, meskipun tampak sedikit bingung. "Tentu saja, Nyonya. Silakan duduk. Akan saya bantu."Penjaga toko mengambil alat pemotong perhiasan kecil dari laci di balik meja. Tangannya bergerak cekatan, tetapi ia sesekali melirik Janeetha dengan rasa ingin tahu. Gelang yang sedikit ketat itu memang membutuhkan usaha lebih untuk dilepaskan."Gelangnya cukup sulit dilepas," gumam penjaga toko, suaranya terdengar sedikit ragu.Ia mulai menggerakkan alat dengan hati-hati, berusaha agar tidak melukai kulit Janeetha. "Kenapa ukurannya seperti ini, Nyonya? Biasanya perhiasan seperti ini dibuat lebih nyaman di pergelangan tangan."Janeetha tersenyum canggung, berusaha menjaga sikap santai meskipun jantungnya masih berdetak kencang. "Ah, itu... Ini hadiah kejutan dari seorang teman," jawabnya cepat. "Sepertinya dia salah mengukur ukuran pergelangan tanganku. Dia tidak tahu ini terlalu kecil."Penjaga toko mengangguk pelan, tampaknya menerima alasan tersebut. Namun, ia tetap mena
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

94. Cara Baru

"Aku ingin pergi, Fabian," jawab Janeetha tanpa ragu, meski suaranya sedikit gemetar. "Tapi aku tidak mau mengikuti rencana Dikara. Kalau aku pergi, aku harus memastikan aku benar-benar lepas darinya."Fabian mengangguk, menatap meja sambil berpikir keras. "Oke, begini. Kau sudah mengambil langkah besar dengan memberitahuku. Aku akan mencoba mencari rencana pelarian untukmu, tapi kita harus berpikir jauh ke depan. Bagaimana kita bisa tetap berhubungan setelah ini? Aku tidak yakin kau bisa tetap menggunakan ponselmu."Janeetha terdiam, menyadari kebenaran kata-kata Fabian. "Tapi aku tak bisa menghubungi nomor siapapun melalui ponsel ini kecuali Dikara."Fabian berpikir cepat lalu mengutarakan idenya. "Oke, ini yang akan kita lakukan. Setelah ini, kita akan mencari ponsel baru untukmu. Kau bisa menggunakannya hanya untuk menghubungiku atau Maura, dan kau harus menyimpan ponsel lamamu seolah-olah tidak ada yang berubah. Kalau tidak, Dikara mungkin akan curiga lebih cepat."“Tapi aku tida
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

95. Mencari Celah

Rusli melirik ponselnya lagi, mencoba menyelesaikan pekerjaan yang baru saja diterimanya dari Dikara. Namun, ia teringat jika Janeetha sedang berada di toilet.Matanya kembali menatap pintu toilet wanita yang dimasuki Janeetha dan rasa gelisah mulai merayap. Sekilas ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan.Pria itu mencoba meyakinkan dirinya sendiri. "Mungkin dia hanya merasa tidak enak badan. Tapi kenapa lama sekali?"Pikiran itu semakin mengganggu Rusli, lalu mendesah berat.Setelah menunggu beberapa menit lagi tanpa tanda-tanda kemunculan Janeetha, kecurigaan Rusli memuncak."Tidak mungkin," gumamnya. "Dia tidak akan kabur dari sini... kan?"Akhirnya, Rusli memutuskan untuk bertindak. Ia berjalan cepat menuju pintu toilet wanita, matanya menyapu sekitar untuk memastikan tidak ada yang memperhatikannya. Tanpa pikir panjang, ia membuka pintu dan masuk ke dalam meskipun itu adalah toilet wanita."Nyonya Janeetha?" panggil Rusli dengan nada tegas, tetapi tidak terlalu keras
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

96. Selamat

Rusli menarik napas panjang dan melirik ke arah jam tangannya. "Baiklah. Kalau begitu, kita tunggu saja hasil tesnya di sini. Jangan ke mana-mana lagi, ya, Nyonya."Janeetha mengangguk, tersenyum kecil untuk meyakinkannya. "Tentu. Aku tidak akan pergi ke mana-mana lagi."Rusli berjalan mundur beberapa langkah, mengambil posisi tak jauh dari Janeetha duduk. Ia masih merasa ada yang tidak beres, tetapi tanpa bukti, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain tetap mengawasi Janeetha.Di dalam hatinya, Rusli berjanji tidak akan lengah lagi, apa pun yang terjadi. "Kalau sampai terjadi sesuatu lagi, keluargaku bisa habis di tangan Tuan Dikara." pikirnya.Janeetha menatap Rusli . Pria itu tampak lebih tenang sekarang, tetapi ada sesuatu di wajahnya—jejak keraguan atau mungkin kelelahan yang mendalam. Ia merasa ada sesuatu yang belum diungkapkan oleh Rusli, sesuatu yang lebih dari sekadar rasa tanggung jawab pada tugasnya.Setelah beberapa saat hening, Janeetha memberanikan diri bertanya, “Rusli, b
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

97. Rahasia

Mata Janeetha melebar."Ha-hamil?" Ia nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Anda yakin, Dokter?"Dokter tertawa kecil melihat ekspresi terkejutnya. "Tentu saja. Tes darah dan pemeriksaan awal kami menunjukkan bahwa Anda sedang hamil. Kemungkinan besar usia kehamilan Anda sekitar enam minggu."Janeetha terdiam, merasa pikirannya berputar-putar dan mendadak rumit. Ini adalah kabar yang tidak pernah ia duga, terutama di tengah semua kekacauan yang sedang terjadi dalam hidupnya.Dokter memperhatikan reaksi Janeetha yang tampak bingung dan tak berkata apapun.Dengan hati-hati dokter tersebut bertanya, "Apakah Anda tidak menyadari tanda-tandanya sebelumnya? Misalnya, telat datang bulan atau gejala lain seperti mual-mual?"Janeetha menggeleng pelan, masih mencoba mencerna kabar ini. "Saya... saya tidak memperhatikannya, Dokter. Mungkin karena banyak hal yang sedang saya pikirkan akhir-akhir ini."Dokter mengangguk, memahami. "Itu bisa dimaklumi. Tapi, untuk memastikan
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

98. Jiwa Baru

Dalam perjalanan pulang menuju mansion, suasana di dalam mobil terasa sunyi. Hanya suara mesin mobil yang terdengar, menyelimuti ketegangan yang tak terucapkan.Janeetha duduk di kursi belakang, menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong. Ia melamun, pikirannya penuh dengan kabar kehamilan yang baru saja ia dapatkan.Segala kemungkinan dan ketakutan bercampur menjadi satu, membuatnya bahkan tidak menyadari kehadiran Rusli yang sesekali mencuri pandang ke arahnya melalui kaca spion.Rusli menggenggam kemudi dengan erat, diam-diam mencemaskan sikap Janeetha yang lebih pendiam dari biasanya.Wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun sejak mereka meninggalkan rumah sakit, dan bagi Rusli, ini bukanlah hal yang wajar.Setelah beberapa saat, Rusli akhirnya memecah keheningan. "Nyonya Janeetha, apakah Anda benar-benar baik-baik saja? Anda ... diam saja sejak kita keluar dari rumah sakit."Janeetha tersentak kecil, sadar bahwa Rusli sedang berbicara padanya. Ia menoleh dengan senyuman
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

99. Harus Lebih kuat

Di luar kamar, Maya memperhatikan tangga menuju lantai dua dengan raut wajah yang penuh keprihatinan. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres dengan Janeetha. Wanita itu terlalu diam, terlalu murung."Semoga semuanya baik-baik saja," gumam Maya pelan sebelum melangkah menuju dapur untuk mulai mempersiapkan makan malam.Kembali pada Janeetha, pikirannya terus berputar hingga ia memejamkan mata, mencoba mencari ketenangan dalam keheningan kamar itu.Namun, ketenangan itu terasa mustahil. Ada begitu banyak hal yang belum Janeetha atasi, dan waktu seakan bergerak begitu cepat, tak memberinya ruang untuk bernapas."Aku tidak bisa seperti ini terus," ucap Janeetha pada dirinya sendiri. Janeetha duduk kembali di tepi tempat tidurnya, tangannya perlahan mengelus perutnya. Senyuman kecil tersungging begitu saja di bibirnya, sebuah ekspresi yang jarang muncul akhir-akhir ini.Di tengah segala ketakutan dan keraguan, perasaan hangat mulai merambat di hatinya. Ia akan menjadi seorang ibu.Namun, ha
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

100. Memantapkan Hati

Hari pun telah berganti. Janeetha duduk di tepi tempat tidurnya, memandangi sudut kamar tempat ia menyembunyikan ponsel barunya. Tangannya terulur sebentar, tetapi berhenti di tengah jalan. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan debaran di dadanya."Aku harus melakukannya. Tapi bagaimana kalau ketahuan?" pikirnya. Kegelisahan itu terus menghantuinya, membuat ia sulit mengambil langkah.Ketukan pelan di pintu membuat Janeetha terkejut. Ia segera berdiri, memastikan dirinya terlihat tenang sebelum membuka pintu.Setelah Janeetha mengizinkan untuk masuk, tampak Maya masuk, tersenyum sambil membawa nampan. "Selamat pagi, Nyonya. Saya bawakan sarapan Anda."Tersenyum tipis, Janeetha mengangguk kecil. "Terima kasih, Maya."Maya melangkah masuk dan meletakkan nampan di meja kecil di dekat tempat tidur. Matanya melirik Janeetha, raut wajahnya penuh perhatian."Nyonya, Anda kelihatan lelah. Apakah semuanya baik-baik saja?" Maya bertanya dengan nada sedikit khawatir.Janeetha sedikit tak
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status