All Chapters of Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!: Chapter 101 - Chapter 110

121 Chapters

101. Berubah Haluan

Fabian terdiam sejenak di ujung telepon. Janeetha menggenggam ponsel erat-erat, menunggu jawaban tanpa sadar menahan napas.“Aku...” Fabian akhirnya berbicara, suaranya terdengar ragu. “Aku ingin, Janeetha. Tapi, kalau aku pergi bersamamu, itu akan semakin membahayakanmu. Dikara pasti akan tahu.”“Tapi aku butuh Kakak,” potong Janeetha, suaranya mulai gemetar. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau aku sendirian. Kalau dia menemukan aku—”“Dengar, Janeetha,” Fabian menyela dengan nada lembut dan penuh ketenangan. “Aku akan memastikan kau aman. Aku tidak akan meninggalkanmu begitu saja, tapi aku juga harus berhati-hati. Kalau aku ikut dalam perjalanan ini, rencanamu akan gagal bahkan sebelum dimulai.”Janeetha terdiam. Air mata menggenang di matanya, tetapi ia mengerti apa yang Fabian maksud.“Kak Fabian... aku takut,” bisiknya akhirnya.“Aku tahu,” jawab Fabian pelan. “Aku tahu, dan aku juga takut karena kau akan mengalami semuanya sendirian. Tapi kau lebih kuat dari yang kau kir
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

102. Keresahan Maura

Rusli terdiam di ujung telepon, seperti sedang mempertimbangkan jawabannya. Napasnya terdengar pelan, tapi cukup jelas menandakan ada sesuatu yang ingin ia katakan namun ditahan. “Ada banyak hal yang tidak bisa saya katakan, Nyonya,” jawabnya akhirnya, suaranya terdengar berat. “Tapi saya tahu satu hal: Anda tidak pantas menjalani hidup seperti ini.” Janeetha terpaku mendengar jawaban Rusli. Ia menatap ke luar jendela, pikirannya bercampur aduk. “Tapi, Rusli… Jika Dikara tahu kau membantuku, dia tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja. Kau tahu itu, kan?” Rusli terkekeh kecil, getir. “Saya sudah bekerja untuk Tuan Dikara cukup lama untuk tahu risikonya, Nyonya. Tapi ada saatnya seseorang harus memilih apa yang benar.” Janeetha merasa matanya mulai berkaca-kaca. Keputusan Rusli membuatnya terharu, tetapi juga lebih cemas. “Aku… aku tidak ingin kau terluka karenaku.” Rusli terdengar menghela napas. “Kalau begitu, pastikan semuanya berjalan lancar. Jangan biarkan Tuan Dikara menan
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

103. Memastikan

Maura terdiam, tetapi wajahnya menunjukkan bahwa ia masih belum sepenuhnya puas. “Kak, aku peduli pada Janeetha, tapi ini berbeda. Membantu dari jauh itu satu hal. Tapi ini? Menyiapkan dokumen palsu, menyusun rencana pelarian? Apa kau sadar seberapa berbahayanya ini?”Fabian menatap Maura tajam, nada suaranya sedikit lebih keras. “Tentu aku sadar! Aku tahu betapa berbahayanya ini. Tapi aku tidak bisa hanya berdiri dan melihat dia terus dikekang oleh orang seperti Dikara. Jika kau di posisinya, aku akan melakukan hal yang sama untukmu.”“Ini bukan soal itu, Kak,” balas Maura dengan suara lebih lembut. “Janeetha mungkin sahabat kita, tapi kau mengorbankan terlalu banyak untuknya. Kau mempertaruhkan nyawamu, karirmu, bahkan hidupmu sendiri. Aku hanya… aku hanya ingin tahu kenapa kau begitu yakin dia layak dengan semua ini.”Fabian terdiam, rahangnya mengeras. Setelah beberapa detik, ia menjawab dengan suara tenang namun tegas. “Karena dia layak mendapatkan kesempatan untuk hidup bebas,
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

104.

Sementara itu, di mansion, Janeetha memeriksa sekali lagi barang-barang yang ia siapkan. Tas kecil yang berisi dokumen, pakaian, dan sejumlah uang sudah siap. Ia duduk di tepi tempat tidur, matanya menatap pintu dengan tatapan waspada. Dalam hati, ia terus berdoa agar semua berjalan sesuai rencana. Janeetha memikirkan pesan Fabian yang baru saja diterimanya. “Jangan ambil risiko sebelum waktunya,” gumamnya. Kata-kata itu terus terngiang, seakan menjadi mantra yang menahan dirinya dari rasa takut dan panik. Ia tahu, hanya tinggal sedikit waktu lagi. *** Pagi yang seharusnya cerah di mansion terasa penuh dengan ketegangan bagi Janeetha. Ia bangun lebih awal dari biasanya, merasa terlalu gelisah untuk bisa tidur nyenyak. Langkahnya pelan saat turun ke ruang makan, mencoba menjaga sikap tenang meski di dalam hati ia seperti gunung berapi yang hampir meletus. Di dapur, Maya sudah sibuk. Wanita itu terlihat ceria, mempersiapkan makanan dengan semangat yang tak biasa. Saat melihat Janeet
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

105. Menuju Kebebasan

Perjalanan menuju bandara terasa begitu panjang bagi Janeetha, meskipun jam di dashboard mobil menunjukkan waktu terus bergulir. Jalanan sore itu cukup lengang, tetapi di dalam kendaraan, suasana penuh dengan ketegangan yang tak terlihat.Janeetha duduk di kursi belakang, kedua tangannya menggenggam erat tas kecil di pangkuannya. Matanya melirik keluar jendela, tetapi pikirannya melayang jauh.Rusli yang berada di belakang kemudi mengamati gerak gerik Janeetha beberapa kali melalui kaca spion tengah. Pria itu pun berusaha memecah keheningan.“Nyonya, tenang saja. Saya sudah memastikan rencana ini berjalan dengan baik,” ucapnya, penuh keyakinan.Janeetha mengangguk kecil, tetapi dirinya tetap merasa tegang. Ia tahu Rusli sedang berusaha menenangkannya, tetapi kata-kata pria itu hanya sedikit mengurangi kecemasan yang melingkupi dirinya.“Tapi,” lanjut Rusli, “Akan ada beberapa orang suruhan Tuan Dikara yang ikut dalam penerbangan Anda. Mereka akan mengawasi setiap gerakan Anda di Arden
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

106. Rapuh

Dikara duduk di kursi kulit hitam yang mewah di sudut suite hotelnya. Pemandangan kota yang gemerlap terbentang di balik dinding kaca, tetapi pikirannya berada di tempat lain. Jemarinya menggenggam ponsel dengan erat, membaca ulang pesan singkat yang baru saja diterimanya.[Pesawat Nyonya sudah take off, Tuan.]Pria itu mengetukkan jarinya ke meja dengan ritme pelan namun teratur, sebuah kebiasaan yang muncul setiap kali pikirannya terganggu.“Kenapa rasanya ada yang salah?” gumamnya pelan.Dikara mencoba membuang pikiran itu dengan meminum kopi hitam di depannya. Rasanya pahit, seperti perasaannya saat ini.Ia sudah memastikan semuanya terkendali—menempatkan orang-orangnya di dekat Janeetha, memastikan keberadaannya diketahui setiap saat, bahkan menyiapkan rencana cadangan.Namun, tetap saja, hati pria itu terasa gelisah.Pikirannya mulai berputar. Bagaimana jika Janeetha benar-benar mencoba melarikan diri darinya? Bagaimana jika...“Tidak,” gumamnya lagi, lebih keras kali ini, seaka
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

107.

Malam semakin larut, tetapi Dikara tetap terjaga. Ia duduk dalam kegelapan kamar hotelnya, hanya diterangi oleh lampu-lampu kota yang redup dari balik jendela besar yang tirainya sengaja ia biarkan terbuka. Tatapannya kosong, mengarah ke panorama malam yang tak memberikan ketenangan apa pun pada pikirannya.Segelas whiskey di tangan Dikara kini tinggal separuh. Ia menyesapnya perlahan, merasakan panasnya mengalir di tenggorokan, tetapi itu tak cukup untuk mengusir rasa gelisah yang terus membakar pikirannya.Pikirannya tertuju pada Janeetha. Ia tahu, saat ini wanita itu masih berada di atas pesawat, menuju Ardenton dalam penerbangan panjang yang melelahkan."Dia pasti merasa bosan sendirian di pesawat," gumam Dikara pelan. Sebuah senyum tipis menghiasi wajahnya, tetapi senyum itu segera pudar, tergantikan oleh ekspresi masam."Astaga, aku bertingkah seperti orang bodoh," desisnya sambil mendecak keras. Ia memalingkan wajahnya ke arah meja kecil di dekat tempat tidurnya, di mana ponseln
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

108. Tak Sabar

BAB 108 - "Langkah di Bawah Bayang-Bayang"Dingin malam menyentuh kulit Janeetha saat ia turun dari taksi. Matanya mengamati hotel mewah yang menjulang di hadapannya—tempat yang telah dipesankan Rusli untuknya.Pilihannya tampak disengaja, hotel ini memiliki keamanan tinggi, membuat siapa pun sulit bertindak ceroboh. Namun, Janeetha tahu, di balik kenyamanan ini, Dikara tetap menebarkan bayang-bayangnya.Janeetha melangkah masuk ke lobi hotel dengan langkah percaya diri, meski hatinya dipenuhi ketegangan. Aroma wangi kayu cendana memenuhi udara, bercampur dengan keheningan khas hotel bintang lima. Seorang resepsionis wanita menyambutnya dengan senyum hangat.“Selamat malam, Nyonya. Apa yang bisa kami bantu?”Janeetha menyerahkan dokumen yang telah diberikan Rusli kepadanya. “Saya ingin check-in. Nama saya sudah terdaftar di bawah reservasi.”“Baik, Nyonya. Sebentar ya,” jawab resepsionis dengan sopan, mengetik cepat di komputer.Janeetha mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencoba
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

109. Terbakar Obsesi

Dikara duduk di kursi besar di ruang kerja hotelnya. Pria itu sedang membaca laporan yang dikirim oleh beberapa orang suruhannya yang mengikuti Janeetha.Mata hitamnya menelusuri setiap detail dalam laporan itu, mencoba menemukan sesuatu yang luput dari perhatian. Sejauh ini, tidak ada gerakan mencurigakan dari Janeetha. Ia tetap berada di hotel, berjalan-jalan di area sekitar tanpa menunjukkan tanda-tanda ingin kabur.Namun, rasa lega yang seharusnya muncul malah tenggelam dalam pusaran rasa tidak puas yang semakin dalam.Dikara meletakkan ponselnya ke atas meja dengan gerakan kasar, suara benda itu menyentak keheningan ruangan. Ia menyandarkan punggung ke kursi, tetapi bukannya merasa nyaman, tubuhnya terasa semakin tegang.Tatapannya kosong, terpaku pada sesuatu yang tak terlihat di depan sana. Pikirannya berputar begitu cepat, seperti mesin yang tak pernah berhenti bekerja, hingga dada terasa sesak.“Kenapa rasanya semua ini masih salah?” gumamnya pelan, hampir seperti bisikan kep
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

110. Bantuan Elena

Pagi hari di hotel itu tenang.Namun, bagi Janeetha, setiap langkah yang ia ambil terasa seperti berjalan di seutas tali yang berada di atas lautan api. Semalam, ia tak dapat memejamkan matanya dengan tenang karena terlalu bersemangat sekaligus khawatir.Tak ingin membuang waktu, Janeetha bergegas keluar dari kamarnya dan turun. Ia mengenakan gaun ringan berwarna pastel, dengan tas kecil yang tersampir di pundaknya.Penampilannya memang terlihat santai, tetapi hatinya tidak tenang. Suara langkah kakinya yang beradu dengan lantai marmer di lorong menggema, mengiringi jantungnya yang berdetak cukup kencang.Di dalam lift menuju spa, Janeetha mengatur napasnya, mencoba menenangkan debaran di dada. Ia tahu bahwa setiap detik pagi ini penting, dan ia harus memanfaatkan kesempatan yang ada.Ketika pintu lift terbuka, aroma terapi lavender langsung menyambut Janeetha. Musik lembut mengalun di latar belakang, memberikan ilusi ketenangan yang
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status