Home / Rumah Tangga / Ketika Bertemu Denganmu / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Ketika Bertemu Denganmu : Chapter 31 - Chapter 40

81 Chapters

Bab 31. Kenapa Kalian Akrab Sekali

Bayangan hitam itu terus memburu Belva, tak memberikan ruang untuknya bernapas atau pun mengambil jeda. Satu tangan kelam mencoba menarik bayi yang ada di gendongan Belva. Suara menggaung rendah, bersamaan dengan gemersik dedaunan yang tertepa angin malam, meneriakkan nama Belva dan menyuruhnya untuk menyerahkan bayi itu pada sang kelam.Napas Belva terengah-engah. Dia terus berlari, mendekap erat bayinya yang menangis, semakin menambah suasana mencekam. Sementara tampaknya, sesuatu di belakangnya tidak menyerah begitu saja. “Berikan bayi itu padaku!” geram bayangan hitam itu lagi. Belva semakin berlari cepat, dia bahkan tidak bisa berteriak meskipun ingin, seakan ada sesuatu yang menyumpal kerongkongannya. Berkali-kali dia coba untuk berteriak, tapi hanya suara tercekat lemah yang keluar dari mulutnya. Sampai akhirnya, dia terjatuh pada jurang gelap yang menelannya dengan cepat. “Tidak!” teriak Belva pada akhirnya.Napasnya terengah-engah, peluh membasahi pelipisnya, dan dirinya m
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Bab 32. Kecemburuan yang Tak Lagi Tertahankan

Belva mengerjap cepat, sedikit bingung dengan pertanyaan Ares yang menurutnya terdengar sedikit aneh. Apakah percakapannya tadi terdengar sebagai seorang yang akrab? Well, menurut Belva justru terdengar seperti dua orang yang memiliki sekat tinggi di antara keduanya.“Tidak,” jawab Belva sambil menggeleng. “Aku tidak akrab dengannya, dan sepertinya percakapanku tadi dengan Neil tidak bisa dibilang sebagai percakapan akrab.”Bahkan Belva pun yakin jika ada orang lain di dalam ruangan ini yang mendengarkan percakapannya tadi bersama Neil, pasti juga tidak akan menganggap itu sebagai percakapan yang akrab.Namun tetap saja, wajah Ares menunjukkan ketidak setujuan yang sangat kentara. Hal itu semakin membuat Belva bertanya-tanya, apa yang salah dari dirinya sampai pria itu terlihat marah? Sementara beberapa menit yang lalu, gurat ekspresi pada wajah Ares masih baik-baik saja.“Kau tidak sadar jika nada bicaramu terlalu centil untuk ukuran dua orang yang tidak akrab?” jawab Ares singkat, t
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Bab 33. Paket Misterius

Di dalam kamarnya, Belva masih terjaga. Hampir tengah malam tapi dia tidak merasakan kantuk sama sekali. Itu semua karena ucapan Ares yang masih terngiang-ngiang di pikirannya.Menikah sungguhan? Ya, begitu benar, pada intinya? Perasaan berdebar semakin kencang saat dia memikirkannya kembali. Secara perasaan, tentu saja dia menyambut dengan senang hati pada ucapan Ares—walaupun dia tidak yakin apakah itu serius atau tidak.Namun ketika dia kembali berpikir dengan logikanya, secara refleks pikirannya langsung menolak gagasan rencana besar itu. Well, bukan berarti Belva tidak menyukai Ares, She does! Hanya saja, yang menjadi topik pembicaraan adalah mengenai menjadi menantu sungguhan keluarga Ducan. Apakah itu hal mustahil untuknya?Belva mendengar pintu utama penthouse terbuka. Kepalanya langsung menoleh ke arah pintu kamarnya, dan segera melompat dari kasurnya untuk keluar menemui pria yang telah mengacau ketenangannya malam ini.Ares, pria menyebalkan itu sedang berdiri di depannya,
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Bab 34. Dua Benua yang Jauh Membentang

“Kau benar-benar seperti seorang putri yang baru bangkit dari sebuah komik manga!” Elea terus saja memuji Belva dari beberapa menit yang lalu.Padahal menurut Belva, dirinya tetap terlihat seperti biasanya. Dia bahkan menolak untuk mengenakan complexion. Elea hampir tantrum karena itu, tapi pada akhirnya Belva masih bisa negosiasi untuk tetap mengenakan eyeshadow tipis, mascara, blush on, dan lipstick.“Kau beruntung memiliki kulit yang mulus, Tuan puteri. Bahkan tanpa complexion pun kau terlihat menawan!” Lagi-lagi Elea mengeluarkan pujiannya yang sepertinya masih memiliki stock ribuan lagi.Belva menghela napas dalam-dalam. Dia bahkan tidak tahu kenapa dirinya harus mengenakan riasan ini hanya untuk makan malam bersama Ares. Terlebih gaun ini, terlalu berlebihan baginya.“Kau sudah mengirim alamat apartemenku pada Ares, kan?” Elea kembali mengingatkan Belva.Belva mengangguk. “Sudah, tapi ... kenapa kau yang heboh sekali? Bukankah yang akan malam adalah aku?”Elea tertawa, sambil me
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Bab 35. Butuh Waktu untuk Memahami Semua

Terbebas dari keterkejutan yang membuatnya tertegun karena sikap dari Belva baru saja, Ares segera mengejar perempuan itu yang telah lebih dulu sampai di lantai satu. Dalam hati, Ares terus membodohkan dirinya sendiri yang tidak segera mengejar Belva dari beberapa detik yang lalu.Kaki pria itu menuruni anak tangga dengan cepat. Beberapa pelayan yang tadi masih membicarakan betapa romantisnya acara makan malam di lantai dua, seketika berubah menjadi bisik-bisik dan muncul rasa penasaran yang besar: drama apa yang sedang terjadi di antara pelanggannya itu?“Belva, tunggu!” teriak Ares, saat Belva telah melangkah kakinya keluar dari pintu restoran.Seorang waitress terlihat bingung, dia berdiri dengan menahan pintu sambil bergantian menatap Ares dan Belva. Sementara itu, Belva dengan cepat telah mendapatkan taksi kosong yang kebetulan melintas. Dia berhasil masuk, tepat sebelum Ares berusaha untuk meraih tangannya. Perfect timing!Di dalam taksi, dia menatap dengan jantung yang berdebar
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Bab 36. Ingin Mengakhiri Hubungan

Ares segera meneguk air soda yang ada di kulkas penthouse milik Tom. Dia tidak berani untuk minum alkohol karena besok harus melakukan operasi. Wajahnya masih ditekuk, merasa pusing dengan semua yang terjadi malam ini dengan begitu cepat. Erangan terdengar saat dirinya duduk di sofa, tempat yang sama dengan Tom berada.“Aku masih tidak paham kenapa Belva bisa menolakmu. I mean, seharusnya dia menyambut hal itu dengan penuh kegembiraan, karena ayah dari anak yang dikandungnya, pada akhirnya memutuskan untuk mengubah status pernikahan itu menjadi yang sebenarnya. Pasti ada alasan di balik dia menolakmu. Aku yakin akan hal itu.” Tom lagi-lagi berhipotesis, seakan sedang mencari sebuah clue dalam penyidikan detektif swasta.Ares menghela napasnya. Tubuhnya disandarkan pada bantalan sofa, dan kepalanya ditengadahkan ke langit-langit sambil terpejam. Semua emosi yang meledak-ledak tadi, berhasil menjejakkan rasa sakit yang mulai menjalar ke seluruh kepalanya. Dia telah menceritakan semuanya
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Bab 37. Tidak Ada Lagi Harapan

Saat bangun tidur, Belva langsung mengecek ponselnya karena merasa bersalah, semalaman telah membiarkan benda itu terus berdering sementara dirinya memutuskan tidak menghiraukan sama sekali. Akan tetapi, saat melihat di daftar panggilan terakhir, Belva langsung membelalakkan matanya saat melihat ada satu panggilan masuk dari Ares. Apakah dirinya semalam tanpa sadar telah menjawab panggilan pria itu? Namun dia yakin tidak melakukannya.Merasa aneh, Belva segera keluar sambil membawa ponselnya menuju ke luar kamar. Elea terlihat sedang bersiap-siap untuk pergi ke toko bunganya.“Good morning, Honey,” sapa Elea. “Makanlah dulu,” ucapnya, sambil menunjuk ke arah meja makan.Alih-alih pergi ke meja makan, Belva justru mendekat pada Elea yang duduk di ruangan santai sambil mengecek email pesanan di laptopnya. Kesuksesan Elea membuat tokonya selalu kebanjiran pesanan.“Elea, apakah kau kemarin menjawab salah satu panggilan dari Ares di ponselku?” tanya Belva selidik.Elea mengalihkan pandang
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Bab 38. Waktu yang Tak Tepat

“Neil Nelson?” tanya Elea, dengan raut wajah heran. “Itu Neil Nelson yang teman kita, kan?” Matanya menatap Belva penuh tanya, menunggu jawaban sahabatnya itu.Belva mengangguk pelan, terlihat ada sedikit antusias di raut wajahnya, tapi auranya tenggelam dan masalah yang lebih besar antara dirinya dan Ares. “Iya, Neil Nelson yang selau menjadi idola para gadis-gadis sekolah waktu itu. Kau juga sempat mengidolakannya, kan?”Elea mencebik, seakan itu adalah aib yang tidak harus dibicarakan. “Aku tidak pernah mengidolakannya. Aku hanya suka menggodamu yang dulu hobi sekali mencuri pandang padanya.”“Hei!” seru Belva kesal.Panggilan kedua kembali berdering setelah yang pertama tadi tidak diangkat oleh Belva. Dia memandang pada Elea, mencari pendapat apakah harus dijawab apa tidak.“Angkat saja, tapi ... kenapa dia menghubungimu?” tanya Elea pensaran.Belva mengedikkan bahunya. Dirinya juga tidak tahu kenapa Neil jadi sering menghubunginya semenjak acara reuni waktu itu. Sebelum menjawab
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Bab 39. Rumah Tak Lagi Sama Jika Tanpamu  

Hari ini Belva juga ikut ke toko bunga milik Elea karena dirinya ingin melakukan banyak aktivitas agar tidak terjebak dalam pikirannya yang semakin rumit. Beberapa kali Elea kembali menggodanya perihal Neil dan Ares. Tak henti-hentinya sampe dia harus memasang wajah cemberut sampai akhirnya Elea menyerah dan tidak mengungkitnya lagi.Namun itu pun hanya bertahan beberapa jam, dan kemudian berlanjut lagi muncul godaan kecil dari Elea tentang dua makhluk rupawan yang saat ini sedang berkeliaran di dalam pikiran Belva. Meskipun begitu, hati dan perasaannya terasa tenang, menyenangkan.Mungkin pengaruh dari aroma bunga yang seakan menjadi aroma terapi baginya. Sampai tiba saatnya ketika Belva kembali melihat Ares datang lagi saat dirinya sedang memilih beberapa tangkai bunga Peony untuk keperluan pesanan buket bunga.Apa yang Ares lakukan di sini? Beberapa bunga yang masih berada di genggaman segera diletakkan begitu saja di atas meja oleh Belva, sementara dirinya berusaha untuk kabur d
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Bab 40. Belva yang Merasa Tak Pantas

Langkah kaki Belva pelan memasuki penthouse di mana dia dan Ares tempati. Ada rasa canggung saat Belva kembali menginjakkan kaki di sana, tapi ada sebuah perasaan hangat yang tiba-tiba memenuhi rongga dadanya. Bohong jika dia tak merindukan penthouse yang telah dia tempati bersama dengan Ares ini.“Aku senang kau kembali. Terima kasih, Belva,” ucap Ares sungguh-sungguh.Belva menggelengkan kepalanya. “Sejak tadi kau terus berterima kasih, Ares. Berhentilah mengucapkan terima kasih. Menurutku, apa yangku lakukan memang sudah seharusnya.” “Tidak apa. Aku suka mengucapkan terima kasih padamu,” jawab Ares hangat.Pandangan mereka bertemu, saling bertatap, dan terjeda beberapa detik. Terlihat teduh, dan sangat menawan. Oh, sial! Belva segera mengalihkan pandangannya ke arah lain secara asal. Jantungnya tak mampu menahan ledakansaat kedua mata mereka bertemu.Hal yang menjadi masalah baru dalam rumah tangga mereka adalah, rasa canggung dan salah tingkah, hal baru yang awalnya tak pernah m
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more
PREV
1234569
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status