Bayangan hitam itu terus memburu Belva, tak memberikan ruang untuknya bernapas atau pun mengambil jeda. Satu tangan kelam mencoba menarik bayi yang ada di gendongan Belva. Suara menggaung rendah, bersamaan dengan gemersik dedaunan yang tertepa angin malam, meneriakkan nama Belva dan menyuruhnya untuk menyerahkan bayi itu pada sang kelam.Napas Belva terengah-engah. Dia terus berlari, mendekap erat bayinya yang menangis, semakin menambah suasana mencekam. Sementara tampaknya, sesuatu di belakangnya tidak menyerah begitu saja. “Berikan bayi itu padaku!” geram bayangan hitam itu lagi. Belva semakin berlari cepat, dia bahkan tidak bisa berteriak meskipun ingin, seakan ada sesuatu yang menyumpal kerongkongannya. Berkali-kali dia coba untuk berteriak, tapi hanya suara tercekat lemah yang keluar dari mulutnya. Sampai akhirnya, dia terjatuh pada jurang gelap yang menelannya dengan cepat. “Tidak!” teriak Belva pada akhirnya.Napasnya terengah-engah, peluh membasahi pelipisnya, dan dirinya m
Last Updated : 2024-10-02 Read more