Home / Rumah Tangga / Simpanan Ayah Angkat / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Simpanan Ayah Angkat: Chapter 81 - Chapter 90

123 Chapters

Bab 81

Arumi menundukkan kepala, seraya terisak. Boby pun iba melihat keadaan sahabatnya. Lelaki gemulai itu, mengelus pundak Arumi dengan lembut."Lebih baik, kita pergi dulu. Tunggu sampai mereka semua tenang, dan bisa terima kamu, Arumi.""Tapi sampai kapan aku harus kaya gini? Kenapa mereka nggak ada yang bisa menahan aku, Bob?" sahut Arumi, seraya terisak."Apa kamu bilang, Arumi? Memahami kamu? Kamu mau semua orang harus memahami kamu, tapi kamu sendiri nggak pernah memahami orang lain? Kamu itu punya hati apa nggak sih, Arumi?" Suara seorang wanita pun terdengar dari belakang tubuh Arumi. Spontan, Arumi pun membalikkan tubuhnya, dan melihat seorang wanita paruh baya tampak berdiri di belakangnya."Mama Sinta? Se-sejak kapan, Mama ada di sini?" tanya Arumi saat mendapati keberadaan mertuanya. Ya, Sinta adalah ibu kandung Alan."Mama di sini untuk menggantikan tugas menantu Mama yang nggak pernah becus urus keluarga. Sekarang, siapa yang bisa urus Kenan di saat kaya gini? Kamu pikir, M
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 82

"Papa jangan galak-galak dong ke Mama. Kasihan tau!" ujar Kanaya, ketika Alan baru saja selesai menyuapkan makan malam padanya."Dia emang pantes digituin, Kanaya. Dia harus diberi pelajaran sama semua orang, biar sadar diri. Kalau nggak, dia bakalan terus nglunjak, dan nggak pernah introspeksi diri."Kanaya menghela napas panjang, memang benar apa yang dikatakan oleh Alan. Arumi memang tidak pernah introspeksi diri."Apa kamu membenarkan perbuatan Mama kamu?" tanya Alan, ketika melihat Kanaya terdiam. Gadis itu pun menggeleng."Nggak, Mama memang salah, dan yang bikin aku nggak habis pikir, selain tidak peduli pada kita, Mama ternyata juga nggak peduli sama Opa dan Oma. Padahal, mereka sangat menyayangi Mama. Seharusnya Mama bersyukur, sejak kecil dia sangat disayangi orang tua kandungnya, nggak kayak aku yang nggak tahu identitas orang kandungku."Raut wajah Kanaya pun seketika berubah. "Stt ... nggak usah sedih gitu dong. Kan ada Papa di sini."Alan mengangkat dagu Kanaya, kemudian
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 83

"Udah sana Pa, buka dulu pintunya!" perintah Kanaya. Alan yang sebenarnya enggan, hanya menggerutu kesal, lalu bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan menuju ke arah pintu. Ketika dia membuka pintu tersebut, tampak Arumi berdiri di depannya, sembari tersenyum manis, dengan membawa sebuah paper bag di tangan. "Sedang apa kau ke sini?" "Aku mau ketemu Kanaya." "Siapa yang memperbolehkanmu kembali datang, hah?" Arumi sebenarnya begitu kesal mendengar perkataan Alan, tapi dia mencoba meredam emosinya. Wanita itu pun tersenyum simpul. Lalu, berjalan masuk begitu saja, mengabaikan Alan yang menghalangi masuk ke kamar perawatan tersebut. "Ck, sebaiknya kau pulang, Arumi!" "Pa, biarin Mama di sini." Perkataan Kanaya pun membuat seutas senyuman kembali tersungging di bibir Arumi. Dia kemudian duduk di samping bed pasien Kanaya. "Maafin Mama ya, tadi siang Mama." "Minta maaf buat apa, Ma? Mama nggak salah kok." "Makasih, Sayang. Ini Mama bawain brownies, sama buah-buahan
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 84

Alan tampak berjalan mondar-mandir di depan ruang emergency. Beberapa saat yang lalu, ketika dia sedang berbicara dengan Arumi, tiba-tiba istrinya itu tidak sadarkan diri.Awalnya, Alan mengira, jika Arumi sedang berpura-pura. Namun, setelah perawat yang menolongnya, memastikan jika Arumi benar-benar pingsan, Alan pun merasa cemas."Bagaimana kondisi istri saya, Dok?" tanya Alan ketika seorang dokter keluar dari ruang emergency."Istri anda tidak apa-apa, Tuan Alan. Kemungkinan, saat ini dia sedang hamil, tapi untuk mendapatkan kepastiannya, sebentar lagi dia akan dibawa ke Dokter Spesialis Kandungan.""Apa? Arumi hamil, Dok?" sahut Alan, sembari menyipitkan mata."Ya, itu baru dugaan saya."Kali ini, Alan tampak menggelengkan kepalanya. Entah mengapa, kehamilan ini terasa begitu aneh baginya."Bagaimana mungkin?" gumam Alan lirih."Nyonya Arumi, sebentar lagi akan dibawa ke dokter spesialis kandungan. Kebetulan, ada dokter kandungan yang masih memeriksa pasiennya. Jadi, saya sertakan
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 85

"Mas, kamu ngomong apa sih? Jangan becanda deh. Aku lagi hamil loh! Pernikahan itu bukan mainan. Kamu nggak boleh ngomong cerai sembarangan.""Sekarang, aku tanya padamu. Kamu berapa lama berada di luar negeri?" Arumi mengangkat bola matanya, seolah sedang menghitung hari kepergiannya ke luar negeri, sampai dia pulang."Emh, kurang lebih sekitar dua puluh hari. Ada apa sih, Mas? Bukannya aku udah ijin nunda kepulangan, dari rencana awal?" jawab Arumi dengan begitu polos. Tanpa menyadari maksud terselubung Alan."Ck, sekarang kamu hitung usia kehamilanmu?""Lima minggu, bukankah tadi dokter bilang usia kandunganku lima minggu?"Alan hanya terkekeh, lalu bangun dari tempat duduknya. Kemudian keluar dari ruang emergency tersebut, meninggalkan Arumi yang baru diperbolehkan keluar sampai infusnya habis.Arumi yang melihat tingkah Alan, hanya mengerutkan kening. Dia masih belum menyadari ada sesuatu yang aneh dengan dirinya. "Setelah infusnya habis, aku harus kembali ke kamar perawatan Ka
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 86

Kanaya mendongak, sembari mengerutkan kening. "Mama hamil?" sahut Kanaya mengulang perkataan Alan.Laki-laki itu pun mengangguk. Kanaya terdiam, tak berkata apapun. Jujur saja, dia terkejut. Bahkan, sempat ingin melontarkan kata untuk mengakhiri hubungan mereka."Usia kandungannya, lima minggu."Kanaya kembali mengerutkan kening, sembari menyipitkan mata. "Lima minggu? Ba-bagaimana mungkin?"Alan pun mengangguk. "Jadi, kamu punya pemikiran yang sama kaya Papa?"Kanaya tak menjawab, masih diselimuti keterkejutan. Dia pun tahu, jika Arumi memiliki hubungan dengan laki-laki lain. Namun, untuk saat ini dia belum bisa mengatakannya pada Alan.Kanaya juga masih mempertimbangkan bagaimana perasaan Opa Rama jika tahu bagaimana kelakuan putri kandungnya."Kamu punya pemikiran yang sama kaya Papa?"Kanaya hanya tersenyum getir. "Papa udah lama curiga sama Mama kamu, tapi belum sempet nyelidiki Mama, karena dari kemarin fokus sama kamu, dan Kenan.""Tapi, bagaimana kalau itu anak Papa?" sahut Ka
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 87

"Selama delapan minggu, kamu nggak boleh kecapean," ujar Alan, sembari menuntun Kanaya saat turun dari mobil, setelah satu minggu lamanya dirawat di rumah sakit."Mulai deh, Papa labai lagi. Aku udah baik-baik aja kok, Pa. Sebentar lagi, aku juga masuk kuliah. Nggak bisa dong, aku di rumah terus."Alan menatap Kanaya tajam, tak suka jika perkataannya dibantah. "Iya deh iya. Aku nggak akan banyak aktivitas. Tapi tetep boleh ke kampus, 'kan?""Boleh, tapi nggak boleh kecapean. Belum boleh nyetir sendiri juga!" sahut Alan, dengan nada mengintimidasi.Kanaya terkekeh. Sikap Alan jika seperti ini, begitu menggemaskan di matanya. "Oh iya, Kenan nanti siapa yang jemput sekolah, Pa? Oma Sinta lagi?""Kenan nginep di rumah Mama Sinta selama seminggu. Dia katanya bosen di rumah, inget sama kamu terus. Nanti sore, dia juga pulang."Kanaya membulatkan bibir, sembari menganggukkan kepala. Namun, ketika mereka sudah berdiri di depan pintu, tiba-tiba pintu tersebut terbuka, dan Arumi berdiri di dep
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 88

"Apa? Mas Alan punya selingkuhan?"Arumi masih menatap pesan yang masuk sembari mengernyitkan kening. Dadanya seketika bergemuruh, sembari mengingat sikap Alan yang akhir-akhir ini bersikeras menceraikan dirinya.Arumi masih memegang ponsel, lalu menempelkan ponsel itu di dagu. Otaknya terus berpikir, menata kepingan-kepingan interaksinya dengan Alan. "Mas Alan, memang tidak seperti dulu."Di tengah keresahan yang melanda, tiba-tiba terlintas sebuah nama dalam benak Arumi."Kanaya? Ya, Kanaya, mungkin dia tahu sesuatu."Arumi bergegas masuk ke dalam rumah, lalu masuk ke dalam kamar Kanaya."Sayang ...!"Kanaya yang saat itu sedang menonton drama sembari memakan cemilan, seketika menoleh mendengar suara Arumi. Di samping Kanaya, ada seorang pembantu khusus untuk Kanaya, yang merawatnya selama dia sakit."Sayang, kamu nggak istirahat?" tanya Arumi, sembari berjalan mendekat ke arah Kanaya."Bosen Ma, tidur terus.""Mama temenin ya. Mama juga lagi suntuk." Kanaya pun mengangguk."Bi Nan
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 89

"Ada apa, Naya?" sahut Arumi kaget dengan teriakkan Kanaya."Oh nggak apa-apa, cuma kaget aja, takut tangan Papa nyenggol bekas operasi.""Kamu berlebihan, Naya. Papa aja lagi sibuk ngecek email yang masuk kok," sahut Alan santai, tanpa beban. Dia memang sudah menarik tangannya dari atas paha Kanaya, saat gadis itu berteriak.Arumi melirik Alan, yang kedua tangannya tampak sibuk memegang tab miliknya."Namanya juga abis operasi besar, mungkin Naya dikit parno, liat tangan kamu gerak di samping bekas operasinya, Mas," tukas Arumi, tapi tak mendapat balasan apapun dari Alan.Lelaki itu tampak sibuk mengutak-atik tab di tangan. Arumi pun tersenyum kecut, tak mendapat respon sama sekali dari Alan."Ma, filmnya udah mulai. Mama tau aja film kesukaan aku."Kanaya akhirnya memecah keheningan di antara mereka, sekaligus memutus kegamangan yang dirasakan oleh Arumi."Apa yang Mama nggak tau dari kamu, Naya."Kanaya mengangguk, sembari tersenyum. Lalu menyenderkan kepalanya di bahu Arumi, dan d
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 90

Beberapa kali, Arumi mengetuk pintu, tapi tak ada sahutan dari dalam kamar. Hening, tak ada jawaban. Arumi menatap ke arah gagang pintu, ingin membuka, tapi ragu. Arumi cemas jika dia memaksakan diri, Alan justru akan semakin marah padanya. Namun, jika kondisinya seperti ini, Arumi khawatir jika hubungannya dengan Alan kian memburuk.Arumi pun akhirnya memutuskan kembali ke kamar. Meskipun, dirundung kegundahan di dada. Arumi kemudian duduk, sembari menatap perutnya yang masih rata.Dia pikir, kehamilannya akan membuat Alan luluh. Namun, ternyata tidak. Alan bukanlah Alan yang dulu, yang mencintai Arumi dengan sepenuh hati. Bahkan, terkadang mematikan logikanya hanya untuk mengikuti keinginan Arumi."Apa mungkin, Mas Alan lelah, dan bosan?"Arumi masih menatap perut ratanya. Jujur saja dia benci dengan janin yang ada di dalam perutnya sekarang. Perasaan yang sebenarnya sama, seperti yang dia rasakan dulu, saat mengandung Kenan. Karena Arumi pun yakin, jika pemilik benih itu pun sama,
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status