/ Rumah Tangga / Simpanan Ayah Angkat / 챕터 191 - 챕터 200

Simpanan Ayah Angkat의 모든 챕터: 챕터 191 - 챕터 200

227 챕터

Bab 191

Di ruang kerjanya yang sunyi, Alan duduk dengan gelas kopi yang telah dingin di atas meja. Matanya menatap kosong ke luar jendela, hujan turun deras membasahi kota. Jam di dinding berdetak lambat, seakan mempermainkan kesabarannya.Alan menyalakan sebatang rokok, asapnya membubung perlahan. Setiap tarikan napas membawanya kembali ke masa lalu yang pahit—saat dia masih bersama mantan istrinya, Arumi. Wanita yang pernah dia cintai sepenuh hati, tetapi juga wanita yang telah menghancurkan hidupnya dengan tipu daya dan pengkhianatan.Kini dia menunggu laporan dari anak buahnya, Bimo, yang tengah menyelidiki sesuatu hal yang pernah diperbuat Arumi di masa lalu.Alan bukannya ingin mengungkit masa lalu mereka. Namun, setelah mereka berpisah, Alan baru mengetahui bagaimana liciknya Arumi, yang telah membohongi, dan memecundangi dirinya selama bertahun-tahun.Tiba-tiba, suara ponsel berdering. Alan mengangkatnya tanpa ragu. Suara Bimo terdengar tegas di ujung sana."Bos, saya sudah mengetahui
last update최신 업데이트 : 2025-02-14
더 보기

Bab 192

Pagi menjelang dengan sinar matahari yang hangat merayap melalui celah-celah tirai jendela. Rain baru saja menghentikan laju mobilnya, lalu melirik pada Arumi. "Ayo turun!"Arumi masih terdiam, ragu, sekaligus takut. Tak dapat dipungkiri, mimpi buruk yang dialami Arumi membuat wanita itu seketika merasakan firasat buruk, hingga detik ini dia selalu diselimuti kecemasan yang memeluk hatinya."Arumi, kenapa kamu masih tegang gitu? Aku lihat kamu sejak tadi nggak tenang. Apa tentang mimpi buruk itu?"Arumi mendesah pelan, lalu mengangguk."Iya, aku masih takut banget. Aku juga takut Papa marah kalo tahu kita nginep bareng."Rain pun menggenggam jemari Arumi. "Tadi malem, kita nggak punya pilihan, hujannya deras, juga banjir. Kita nggak mungkin pulang. Kamu tenang aja, selama ada aku, nggak ada yang perlu dicemaskan, lagipula, setelah semua selesai, Papa kamu juga suruh kita nikah, 'kan?"Arumi pun mengangguk perlahan. "Sayang, rileks ya. Kamu nggak usah terlalu keras sama diri kamu sendi
last update최신 업데이트 : 2025-02-14
더 보기

Bab 193

Arumi menggenggam ujung bajunya dengan tangan gemetar. Matanya berair, pandangannya kabur oleh air mata yang terus mengalir tanpa henti. Bentakan, serta tamparan keras padanya masih bergema di dalam kepala, berulang-ulang seperti gema yang menyayat hati. Pipinya pun terasa perih, seperti hatinya."Kenapa kamu selalu saja mengecewakan Papa, Arumi? Kau sudah sedewasa ini, tapi mengapa Papa belum pernah menemukan sisi positif dalam hidupmu!""Kamu nggak pernah buat Papa bangga, karena kau cuma bisa membuat kami malu, dan kecewa dengan sikapmu itu!""Mulai hari ini, aku udah nggak sudi mengangapmu sebagai anakku!" bentak Pak Rama dengan suara menggelegar.Kata demi kata yang terlontar, begitu menusuk jiwa Arumi, seperti pisau tajam. Dia tahu, ayahnya marah bukan tanpa alasan, tapi rasanya tetap menyakitkan. Dia tahu, dia yang bersalah, tapi apa dia tak bisa diberi kesempatan? Bukankah sekarang dia sedang memperbaiki hidup, dan membuka lembaran baru?Dada Arumi terasa sesak, campur aduk a
last update최신 업데이트 : 2025-02-15
더 보기

Bab 194

Suasana di dalam mobil terasa hening. Rain duduk di kursi pengemudi, sambil sesekali melirik ke samping, ke arah kekasihnya, Arumi. Dia duduk diam, menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. Matanya sedikit merah, bekas air mata yang baru saja dia hapus.Setelah beberapa saat lalu diusir oleh Pak Rama, Rain memang memutuskan untuk membawa Arumi pergi bersamanya. Rain tidak mungkin membiarkan wanita yang dia cintai itu bterpuruk sendiri.Saat ini, Rain tengah menggenggam kemudi dengan satu tangan, sementara tangan lainnya terulur, memegang lembut tangan Arumi yang terasa dingin."Sayang, apapun yang terjadi, kamu masih punya aku. Aku akan selalu ada buat kamu. Percayalah, aku akan buat kamu bahagia, dan menghapus semua luka itu."Arumi hanya menghela napas panjang, bahunya merosot seperti menanggung beban berat."Tapi, untuk kali ini rasanya begitu sulit. Semua orang benar-benar marah dan membenciku. Aku baru sadar, ternyata dulu aku begitu jahat, dan keterlaluan. Aku memang sangat
last update최신 업데이트 : 2025-02-15
더 보기

Bab 195

Di senja yang mulai meredup, Alan, dan Kanaya, tiba di depan pintu unit apartemen milik Alan. Tangan mereka masih saling bertautan, seolah enggan berpisah walau hanya untuk membuka pintu. Alan dengan senyum lembutnya, membuka password, dan mendorong pintu perlahan.Begitu pintu terbuka, aroma ruangan yang bersih dan hangat menyambut mereka. Kanaya tertawa kecil saat Alan menariknya masuk sambil mengacak rambut gadis itu dengan lembut.Mereka menanggalkan sepatu di depan pintu, lalu melangkah masuk ke ruang tamu. Mata mereka bertemu sejenak, dan tanpa kata, mereka berpelukan erat.“Rasanya udah lama banget kita nggak punya waktu kaya ini,” ucap Alan, sambil menatap wajah cantik Kanaya."Bilang aja udah lama nggak bermesraan di apartemen ini, 'kan?"Kanaya menjulurkan lidahnya, Alan pun terkekeh nyaring."Kamu tahu aja maksudku.""Apa yang nggak aku tahu?" sahut Kanaya manja."Aku kangen, Sayang."Alan berbisik, tepat mengudara di samping telinga Kanaya, dan membuat bulu kuduk gadis itu
last update최신 업데이트 : 2025-02-16
더 보기

Bab 196

Beberapa saat kemudian, Alan dan Kanaya sudah sampai di rumah Bu Sinta. Hujan gerimis yang menyertai perjalanan mereka membuat suasana terasa syahdu, dan hawa dingin yang menyelimuti. Dengan senyum hangat, Alan membukakan pintu mobil untuk Kanaya.Mereka melangkah ke beranda rumah dengan tawa kecil mengiringi percakapan ringan mereka. Saat keduanya sudah berada di ambang pintu rumah yang setengah terbuka, terdengar suara berat yang begitu dikenal keduanya dari dari dalam.Mereka melangkah pelan ke dalam rumah. Di ruang tamu, seorang pria paruh baya dengan penampilan rapi duduk di sofa, tangannya memegang cangkir teh. Sontak dia menoleh begitu mendengar langkah kaki Alan, dan Kanaya.“Naya, kamu sudah datang?" sapa pria itu dengan suara tenang, tetapi sarat wibawa.“Iya Pa,” sahut Kanaya, sambil tersenyum ragu. Sedangkan Alan, tampak berdiri kaku di samping Kanaya, saat Pak Rama memandangnya dari ujung kaki hingga kepala, seolah-olah menimbang segala hal dalam pikirannya.Ada rasa cema
last update최신 업데이트 : 2025-02-16
더 보기

Bab 197

Beberapa Hari Kemudian ....Alan, dan Kanaya tampak memasuki sebuah restoran mewah yang terletak di atap gedung pencakar langit. Malam itu langit dihiasi bintang-bintang yang berkilauan.Alan mengenakan setelan jas hitam rapi, dengan dasi satin yang membingkai kemeja putih bersih. Sementara Kanaya di sisinya tampil memesona dalam gaun panjang berwarna merah marun, dihiasi perhiasan minimalis yang memperkuat aura elegansinya.Keduanya duduk di meja, sembari menikmati pemandangan kota yang berkilauan. Mereka berbincang dalam bisikan lembut, sesekali tertawa kecil, menikmati momen keintiman mereka.Alunan musik piano mengisi ruangan, menambah nuansa romantis. Tatapan penuh cinta mereka bertemu, dan dunia di sekeliling seolah menghilang. Dalam atmosfer kemewahan dan cinta, mereka menciptakan kenangan indah yang abadi.Keduanya kini saling bertatapan dengan begitu mesra. "I'm glad to see you happy, Naya.""This is so awesome," balas Kanaya, sembari memperlihatkan sekeliling restoran, dan t
last update최신 업데이트 : 2025-02-17
더 보기

Bab 198

Setelah satu jam lamanya Arumi, berada di rumah sakit jiwa untuk bertemu dengan Bu Dahlia, dia akhirnya keluar dari rumah sakit tersebut. Di saat itu pula, netranya tertuju pada seorang wanita yang kini tengah duduk di depan salah satu ruangan.'Bukankah itu Vania?' kata Arumi, dalam hati.Perlahan Arumi pun mendekati wanita tersebut. "Vania?" panggil Arumi pada wanita itu, yang merupakan salah seorang teman lamanya ketika duduk di bangku SMA.Wanita bernama Vania itu kemudian memalingkan wajah, saat mendengar ada yang memanggil namanya. Arumi tertegun sejenak saat menatap Vania yang biasanya tampak glamor, dan selalu bersikap sombong, kini tampak berbeda. Penampilan Vania terlihat sederhana, disertai ekpresi wajah sayu. Sungguh sangat kontras dengan Vania yang biasanya Arumi kenal."Arumi ...?" jawab wanita itu, sembari mengernyitkan kening."Vania, kamu lagi ngapain di sini? "Papa aku masuk rumah sakit jiwa, karena kasus korupsi yang menjeratnya. Papa tertekan, lalu ...."Vania s
last update최신 업데이트 : 2025-02-17
더 보기

Bab 199

Angin berhembus lembut, membawa aroma hangus dan asap yang masih menggantung di udara. Rain berlari dengan napas terengah-engah, setelah turun dari mobil. Jantungnya berdegup keras seperti genderang perang di dadanya. Dari kejauhan kejauhan, ia melihat cahaya merah dan biru berkedip-kedip, berbaur dengan nyala api yang menyala-nyala.Langkah kakinya terhenti di tepian jalan yang penuh puing-puing. Di hadapannya, mobil yang pernah dia kenali dengan baik—mobil yang membawa kekasihnya ke mana pun mereka pergi bersama—kini tak lebih dari kerangka hangus, terpanggang tanpa ampun. Bau logam terbakar dan karet yang meleleh menusuk indra penciumannya.Matanya menyapu sekitar dengan liar, berharap menemukan wajah yang dirindukannya dalam kondisi selamat, walau hanya secercah harapan yang tersisa. Polisi dan petugas medis tampak sibuk, tapi tak ada satu pun yang memberinya jawaban saat ia bertanya dengan suara yang hampir pecah."Di mana dia?" suaranya nyaris seperti erangan, tercekik oleh kep
last update최신 업데이트 : 2025-02-18
더 보기

Bab 200

Suasana pemakaman pagi ini, dipenuhi dengan kesedihan yang mendalam. Langit mendung, seakan ikut merasakan duka yang melanda. Jenazah Arumi yang telah dipersiapkan di rumah, dibalut kain kafan putih yang rapi dan dihiasi dengan wewangian. Kini, jenazah terbaring dalam peti kayu, siap untuk diantar ke tempat peristirahatan terakhir.Sesampainya di pemakaman, mobil jenazah berhenti pelan di dekat pintu masuk pemakaman. Liang kubur yang telah digali dalam. Tanah di sekitar kubur terlihat masih basah, menambah kesan hening dan sakral.Angin berhembus perlahan, menyapu wajah para pelayat yang berdiri di sekitar liang kubur, seakan membawa pesan-pesan terakhir dari orang yang telah pergi. Rintihan isak tangis terdengar di antara kebisuan, sementara suara langkah kaki para pelayat terdengar berat, seperti membawa beban yang tak terkatakan.Cuaca yang redup, menciptakan bayangan samar-samar di antara pepohonan yang mengelilingi pemakaman. Semua orang tampak terdiam, meresapi kepergian yang
last update최신 업데이트 : 2025-02-18
더 보기
이전
1
...
181920212223
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status