Home / Rumah Tangga / Simpanan Ayah Angkat / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Simpanan Ayah Angkat: Chapter 201 - Chapter 210

227 Chapters

Bab 201

Satu Bulan Kemudian ....Matahari pagi menyinari bangunan kampus yang berdiri angkuh di tengah kota. Hembusan angin yang membawa aroma rerumputan basah menyelimuti suasana. Seorang wanita berdiri di depan gerbang kampus, memandangi dengan tatapan penuh rasa rindu yang tak bertepi.Setelah beberapa bulan terakhir ini, Kanaya absen karena kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya, dan juga kasus skandal yang mendera, dia akhirnya kembali ke tempat yang pernah menjadi tempatnya menimba ilmu.Tangannya menggenggam pagar besi hitam untuk menaiki tangga di depan lobby kampus. Pandangannya menyapu tiap sudut bangunan yang sarat dengan kenangan.Untuk saat ini, Kanaya tak ingin langsung menuju ke ruangan tujuannya dia datang ke kampus ini. Namun, dia ingin bernostalgia sejenak.Langkah pertama yang diambilnya terasa berat, seolah setiap jengkal tanah membawa beban emosional yang sulit terucap. Dia berjalan perlahan melewati taman kecil tempatnya dulu menghabiskan waktu belajar dan bercanda de
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 202

Tanpa Arga tahu, saat ini ada seorang mahasiswi yang menatapnya kesal."Ck, sia-sia tadi gue kompor-komporin yang lain buat bully Kanaya kalo ternyata hasilnya kaya gini. Arga malah bela Kanaya habis-habisan!""Dasarnya Arganya aja yang masih aja ngejar Kanaya. Mau dia berbuat seburuk apapun, Arga kayaknya nggak peduli. Cinta itu buta, Vanel."Vanel kembali menggerutu kesal. Selama ini, dia memang selalu berusaha menjatuhkan Kanaya. Bahkan, pernah menguncinya di kamar mandi. Namun, usaha itu selalu saja gagal."Tapi ini di luar nalar, Lia. Arga masih aja bela gadis udik itu, setelah semua perbuatan bejat yang Kanaya lakukan.""Vanel, gue tahu lo kecewa. Tapi Arga juga berhak memilih siapa yang dia suka. Masalah hati itu rumit, dan nggak bisa dipaksakan.""Jangan bilang aku nggak berhak marah. Kami udah dijodohkan sejak kecil, Lia. Selain itu, aku juga udah berusaha menjatuhkan Kanaya dengan menambahkan berita buruk tentang skandalnya yang tersebar. Aku juga udah coba bikin Arga tahu s
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 203

Hujan rintik membasahi tanah merah yang masih basah oleh air mata. Di depan nisan sederhana bertuliskan namanya, Rain berdiri kaku, seolah jiwanya terjebak di antara dua dunia. Setiap tetesan hujan yang jatuh terasa seperti beban tak kasatmata yang menekan dada, mengingatkan dirinya pada kenyataan yang tak bisa dipungkiri pungkiri, jika kekasihnya telah pergi.Rain masih bisa mengingatnya dengan jelas—senyum hangatnya, tawa kecil yang selalu menenangkan hatinya, dan mata yang memandang dengan sorot mata cantik yang tak bisa dideskripsikan.Semua kenangan itu sekarang hanya bayangan, serpihan yang menari di sudut pikiranku. Hari itu, dia terlambat satu jam saat panggilan terakhir darinya masuk ke ponsel.Pada akhirnya, satu jam itu harus ditukar dengan penyesalan tak berujung. Ketika Rain baru saja menyelesaikan pekerjaannya, kabar itu datang seperti petir di siang bolong.Kini, Rain bagaikan manusia yang tak memiliki harapan. Patah hati yang dia rasakan bukan sekadar luka, melainkan k
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 204

Langit biru terhampar luas di balik jendela kecil pesawat. Awan-awan putih menggumpal seperti kapas raksasa, mengambang bebas seolah tanpa tujuan. Di kursinya, seorang laki-laki duduk diam, matanya tertuju pada horizon jauh. Wajahnya tenang, tapi matanya menyimpan beban yang sulit diterjemahkan dalam kata-kata.Setiap gumpalan awan mengingatkannya pada senyuman lembut yang dulu selalu dia lihat setiap pagi. Dia dapat membayangkan kekasihnya di sana, berdiri di atas awan, tertawa dengan cahaya matahari menyinari wajahnya. Kenangan itu muncul tiba-tiba, seperti potongan film yang tak berkesudahan.Tangannya perlahan mengusap cincin sederhana yang masih melingkar di jarinya—kenangan terakhir yang nyata darinya. Dia teringat obrolan mereka suatu sore, duduk di pantai dengan langit yang berwarna keemasan.Mata laki-laki itu mulai berembun, tapi dia tidak menyeka air matanya. Dia membiarkan rasa itu mengalir bersama angin yang berhembus tipis dalam kabin. Rasa kehilangan yang begitu dalam,
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 205

Pada pagi yang berkabut, tim medis forensik tiba di lokasi pemakaman untuk melaksanakan proses ekshumasi dan autopsi atas permintaan pihak berwenang. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk mengungkap fakta-fakta yang mungkin dapat memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai jenazah yang akan diautopsi.Langkah pertama, area sekitar makam dipasangi pembatas guna menjaga keamanan dan privasi. Setelah izin resmi ditunjukkan, tim mulai menggali liang lahat dengan hati-hati, menggunakan peralatan yang telah disterilkan. Suasana penuh kehormatan menyelimuti proses ini, dengan keluarga, dan perwakilan pihak terkait yang hadir di sekitar lokasi.Kanaya, menemani Pak Rama di pemakaman tersebut, untuk mengambil sample bagian tubuh jenazah yang diduga milik Arumi untuk dilakukan tes DNA.Saat kejadian kecelakaan tersebut, mereka memang tidak melakukan autopsi. Karena mereka pikir, yang di dalam mobil itu, hanyalah supir pribadi Rain, dan Arumi saja.Mereka tak tahu jika di dalam mobil tersebut
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 206

Alan berdiri di depan jendela besar kantornya, menatap ke luar dengan sorot mata yang tajam. Malam sudah larut, dan hanya ada beberapa lampu jalan yang menyala menerangi kota. Lalu, tiba-tiba suara ketukan di pintu memecah keheningan. Alan menoleh dan memberikan isyarat agar orang yang mengetuk masuk."Masuk."Pintu ruangan itu pun terbuka. "Apa sudah ada kabar?" tanya Alan, dengan begitu tergesa-gesa, pada anak buahnya yang bernama Johan."Belum banyak, Bos. Kami sempat melihat CCTV di jalanan yang dilalui oleh mobil yang dinaiki oleh Nyonya Arumi, dan dari CCTV tersebut, ada sesuatu yang terlihat aneh.""Apa yang kalian temukan?" sahut Alan, yang memang sudah menduga ada yang tidak beres dengan semua ini."Dari beberapa CCTV yang kami lihat, sepertinya ada dua buah mobil yang menguntit mobil tersebut." Kening Alan mengernyit. "Ada dua buah mobil? Jadi, kemungkinan mobil yang dinaiki Arumi, diikuti oleh dua mobil itu, lalu dipepet hingga oleng, dan meledak." Johan pun mengangguk.
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 207

"Maaf kakek, saat ini saya masih dalam keadaan berduka, dan belum ingin membahas pernikahan."Rain masih mengingat jelas, setiap kata yang tadi dia jawab pada Kakek Wang, memintanya untuk menikah dengan Stela.Tentu saja, Rain ingin menolak dengan tegas, dan mengatakan tak ingin menikah dengan cucunya itu. Namun, dia tak ingin penolakan darinya membuat Kakek Wang merasa tersinggung. Bagaimanapun juga, dia adalah sosok yang tanpa pamrih telah menariknya keluar dari jurang keputusasaan, yang membuatnya berdiri lagi saat semuanya terasa mustahil.Untungnya, Kakek Wang bisa mengerti dengan jawaban Rain, dan tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Dia paham, bagaimana sakitnya kehilangan sosok yang dicintai.Sebenarnya laki-laki paruh baya itu pun tak memaksa. Apalagi, dia juga tahu bagaimana masa lalu Rain dengan Arumi. Namun, di balik semua itu, ada tekanan lain, yaitu dari ibu kandungnya sendiri yang sangat menyukai sosok Stela, yang cukup akrab dengannya.Bu Hani, tampak begitu an
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 208

Lorong rumah sakit terasa panjang dan sunyi, hanya diiringi suara langkah kaki dan dengungan mesin medis dari kamar-kamar pasien. Cahaya lampu neon di langit-langit memantulkan bayangan laki-laki itu di lantai yang mengilap. Napas Rain masih tersengal, belum pulih dari kepanikan yang membawanya ke sini semalam.Ibunya tiba-tiba sesak napas, tubuh renta itu terkulai lemah di ranjang sebelum dia membopongnya ke mobil. Sekarang, dia hanya bisa berjalan mondar-mandir di lorong ini, menunggu kabar dari dokter. Setiap perawat yang lewat dia tatap penuh harap, seakan bisa membaca jawaban di wajah mereka.Di dadanya, kecemasan berlipat. Bagaimana kalau dia terlambat? Bagaimana kalau ... tidak ada yang bisa dilakukan lagi? Rain menepis pikirannya, menggenggam erat ponselnya. Di lorong ini, dengan udara dinginnya dan tembok putihnya yang bisu, seakan menahan waktu berjalan lebih lambat dari biasanya.Kini Rain duduk gelisah di kursi ruang tunggu rumah sakit. Tangannya masih saling menggenggam e
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 209

Mata Rain terus mengekor wanita yang saat ini sudah didorong kembali menuju ke sebuah ruang perawatan yang ada di rumah sakit tersebut.Rain akhirnya memutuskan untuk mengikuti, hingga langkahnya terhenti di depan ruang rawat nomor 307. Jantungnya berdegup kencang, matanya tak berkedip menatap sosok yang tengah duduk di tepi ranjang pasien. Cahaya lampu menerangi wajah itu, wajah yang tak seharusnya ada lagi di dunia ini.“Arumi?” Suaranya lirih nyaris tenggelam dalam gemuruh dadanya sendiri. Perempuan itu menoleh, sepasang mata beningnya menangkap tatapan penuh keterkejutan di wajah Rain. Namun, Rain bisa melihat, tatapan itu masih sama seperti beberapa saat yang lalu, tidak ada pengakuan di sana, tidak ada isyarat bahwa dia mengenali siapa yang berdiri di ambang pintu."Ini mustahil. Arumi telah pergi satu bulan yang lalu, meninggalkan dunia ini dengan derai air mata dan janji yang tak sempat ditepati. Lalu mengapa sosok itu kini ada di sana, dengan wajah yang sama, senyum yang du
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 210

Kanaya melangkah dengan anggun di sepanjang koridor gedung perkantoran yang megah. Gaun pastel yang dia kenakan melambai lembut seiring gerakannya, sementara rambut hitam panjangnya tertata rapi, berkilau di bawah cahaya lampu. Di tangannya, sebuah tas berisi bekal makan siang yang telah dia siapkan dengan penuh cinta.Tatapan para karyawan yang berlalu-lalang tak luput memperhatikannya. Wajahnya yang lembut dihiasi senyum tipis, mencerminkan kebahagiaan kecil yang dia rasakan.Kanaya tahu betul betapa sibuk kekasihnya, sehingga sesekali, dia ingin memastikan pria itu tidak melewatkan waktu makan.Suasana kantor terasa lebih hidup dari biasanya. Karyawan yang biasanya duduk di depan layar komputer, kini sesekali melirik ke arah koridor, ada bisik-bisik pelan di antara mereka disertai lirikkan penuh rasa ingin tahu.Seorang karyawati bernama Rina, berbisik pada salah seorang temannya, "Eh, eh, lihat deh! Itu Kanaya, 'kan?Doni membungkuk sedikit, menurunkan suaranya. "Iya, beneran dia!
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more
PREV
1
...
181920212223
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status