Home / Rumah Tangga / Simpanan Ayah Angkat / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Simpanan Ayah Angkat: Chapter 171 - Chapter 180

227 Chapters

Bab 171

Pak Rama menarik napas panjang, menggenggam jemari tangan Arumi dengan lembut."Papa tahu, ini pasti membingungkan dan berat untukmu. Mama kamu sedang berjuang melawan penyakit yang tidak terlihat."Nada bicara Pak Rama terdengar bergetar, rasanya berat untuk menjelaskan keadaan Bu Dahlia. Namun, dia sadar, cepat atau lambat, Arumi pasti tahu keadaan ibunya."Apa maksud Papa?" sahut Arumi yang tak mengerti dengan perkataan Pak Rama. Ingin rasanya menolak praduga yang sedari tadi berkecamuk di dalam dada."Mama kamu mengalami tekanan mental, sampai menggangu kejiwaannya.""Maksud Papa, Mama ...."Arumi tak melanjutkan perkataannya. Wanita itu, tampak begitu syok. Seolah tahu maksud Arumi, Pak Rama pun menganggukkan kepalanya.Sebenarnya, Pak Rama pun tidak tega harus mengatakan ini pada Arumi, yang pasti mentalnya sedang tidak baik-baik saja, karena perceraian yang sedang dia jalani."Nggak, nggak mungkin ....""Arumi, kamu juga sebenarnya sudah menyadari perubahan Mama kamu, 'kan? Seb
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 172

Di Sisi Lain ....Setelah Arumi keluar dari ruang mediasi, Alan masih berada di ruangan tersebut, bercakap-cakap dengan tim kuasa hukumnya.Hingga beberapa saat kemudian, setelah dirasa cukup berdiskusi, Alan bangkit. Lalu, dengan langkah yang terasa lebih ringan dari sebelumnya dia berjalan keluar dari ruangan tersebut.Udara yang dia hirup, terasa lebih segar, seolah dunia baru saja membuka lembaran baru untuknya. Proses mediasi yang beberapa saat lalu membebani pikiran akhirnya selesai, dan Alan tidak bisa menyangkal rasa lega yang memenuhi dada, ketika Arumi akhirnya menyetujui perceraian tersebut.Alan benar-benar bahagia, bisa lepas dari Arumi. Namun, bukan berarti dia tidak menghargai masa lalu. Ada waktu-waktu indah, ada kenangan yang pernah dia bangun bersama, tapi hubungannya, dan Arumi sudah terlalu lama menjadi ladang pertengkaran, yang juga diwarnai dengan ketidaksetiaan masing-masing pasangan.Setiap percakapan berubah menjadi perdebatan, setiap keputusan terasa seperti
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 173

Beberapa saat kemudian, Alan sudah sampai di rumah sakit. Kala itu, hujan masih turun dengan derasnya.Dengan langkah cepat, dia berjalan di koridor, diiringi senandung merdu rintik hujan yang membasahi atap rumah sakit. Napasnya tersengal, bajunya sedikit basah karena cipratan air hujan, tapi dia tidak peduli. Untuk saat ini, dia hanya ingin menemui Kanaya secepatnya.Alan benar-benar rindu pada kekasihnya itu, meskipun baru berpisah sebentar saja. Entah mengapa, sejak Kanaya kecelakaan, Alan tak bisa pergi terlalu lama dari Kanaya.Alan seolah masih trauma, dan takut, meninggalkan Kanaya terlalu lama, karena kecelakaan itu, hampir saja membuat dirinya hampir saja kehilangan Kanaya untuk selama-lamanya.Alan berjalan dengan langkah terburu-buru. Begitu tiba di depan pintu kamar, dia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan emosi yang berkecamuk di dada, seolah ingin meluapkan rindu yang dia pendam.Perlahan, dia membuka pintu dan melihat Kanaya yang sepertinya sedang tidur d
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 174

"Aku penasaran sama berita itu deh, aku boleh liat pemberitaan tentang Kak Arumi di TV, nggak, Mas?" tanya Kanaya, yang tak leluasa jika melihat berita tersebut dari ponsel Alan."Nggak sayang, aku nggak mau sesuatu terjadi sama kamu. Keadaan kamu masih gini, kalo tiba-tiba kamu sakit kepala gimana?"Alan memasang wajah galak. Jujur saja, dia khawatir jika di televisi, masih ada pemberitaan buruk tentang dirinya, dan Kanaya. Alan tak mau hal tersebut mengganggu psikologis Kanaya, yang saat ini sedang dalam masa pemulihan."Mas, please. Aku janji ga bakalan masukin ati sama pikiran kalo liat berita itu. Selama satu minggu ini, aku kayak hidup di gua. Ngga tahu tentang berita apapun di luar sana. Padahal, aku juga bisa kok filter berita, tanpa baca komentar netizen juga. Please, boleh ya ...."Alan hanya menghembuskan napas panjang, belum menyetujui permintaan Kanaya."Mas please. Katanya cinta ...."Rengekan, serta raut wajah Kanaya yang menggemaskan, akhirnya membuat Alan luluh."Ya u
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 175

Malam itu, suasana cukup tegang. Pak Rama menatap Rain dengan penuh kecurigaan. Sedangkan Rain, tetep kekeuh pada pendiriannya, jika dia sama sekali tak pernah berbuat hal yang dituduhkan Pak Rama."Anda tidak tahu seberapa banyak rasa sakit yang pernah saya derita karena mencintai putri Anda. Saya nggak mungkin berbuat seperti itu, Pak Rama."Rain tetap berusaha menghormati, meskipun sebenarnya merasa terpukul dengan tuduhan itu. Namun, ia tahu bahwa diam saja bukan pilihan. Dengan suara tenang, ia berusaha membela dirinya tanpa memperkeruh keadaan."Lalu siapa? Di foto yang tersebar, jelas sekali foto tersebut bersifat pribadi, dan sudut pengambilannya pun dari sudut pandangmu, bukan orang lain. Jadi, siapa lagi yang melakukan kalau bukan kamu?""Maaf, Pak, saya akui, foto-foto itu memang saya yang memilikinya. Namun, saya sama sekali tidak pernah melakukan itu. Saya tahu, kondisi Arumi sedang terpuruk, saya tidak mungkin berbuat hal seperti itu padanya.""Nggak usah kebanyakan alas
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 176

Keesokan Harinya ....Langit di luar jendela kamar rumah sakit tampak begitu cerah, udara di luar sana terasa begitu panas, hingga membuat Alan malas keluar dari kamar perawatan Kanaya. Meskipun saat ini gadis itu sedang tidur siang.Alan duduk di kursi samping ranjangnya, sesekali menggenggam tangan Naya yang terasa lebih dingin dari biasanya. Tepat di saat itulah, ponsel Alan berbunyi.[Ya halo.][Dengan Tuan Alan?][Iya benar.][Tuan, hasil tes DNA yang Anda ajukan sudah keluar hasilnya. Anda boleh mengambilnya sekarang juga.][Iya, terima kasih banyak.]Alan kemudian mengecup kening Kanaya yang saat ini sudah tertidur. "Aku keluar sebentar, Sayang."Tak berapa lama, Alan pun sudah sampai di depan laboratorium."Selamat siang, saya mau mengambil hasil tes DNA, atas nama Kenan," sapa Alan pada seorang staf rumah sakit, yang berada di depan laboratorium."Anda Tuan Alan?"Alan mengangguk cepat, menelan ludah yang terasa begitu kering. "Silahkan masuk ke ruang laboratorium."" Baik, t
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 177

Kanaya yang penasaran, lalu mengambil kertas yang dibawa oleh Alan yang dia letakkan begitu saja di samping tubuhnya. Kanaya lalu membaca kertas itu, dan betapa terkejutnya dia saat membaca kertas tersebut.Kanaya tampak menutup mulutnya sambil melirik Alan yang saat ini masih terisak. Kanaya paham, ditampar kenyataan sepahit ini pasti sangat menyakitkan.Rasanya memang tidak mudah menghadapi kenyataan tak terduga yang membuat hati Alan hancur berkeping-keping.Alan tak menyangka jika rumah tangganya selama ini, ternyata seperti sebuah lelocon yang membuat dirinya terlihat bodoh.Hasil tes itu seperti palu yang menghantam jiwanya, meremukkan segala kebanggaan yang selama ini ia genggam. Lima tahun lebih ia merawat, menyayangi, dan membesarkan Kenan dengan penuh kasih. Air matanya jatuh, bukan karena marah, tapi karena hancur. Ia bukan sekadar kehilangan status sebagai ayah, tapi kehilangan makna dari setiap pengorbanannya.Alan tahu, dalam menjalani rumah tangga mereka dulu, Arumi sa
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 178

Alan memarkir mobilnya di depan sebuah rumah mewah, yang dulu pernah menjadi tempat yang cukup istimewa baginya.Rumah tersebut, selalu membuat dadanya berdesir hebat tatkala hendak menemui seorang wanita yang membuat dirinya merasakan apa yang disebut cinta pertama. Saat ini, Alan memang mendatangi rumah Arumi. Tadi dia memang cuma berpamitan untuk menemui Kenan. Alan sengaja tak mengatakan hal tersebut pada Kanaya, karena jika Kanaya tahu Alan mendatangi Arumi untuk melupakan amarahnya, Kanaya pasti akan mencegah.Langkah Alan terasa berat saat mengetuk pintu. Hatinya masih dipenuhi amarah, kecewa, dan kebingungan setelah tahu kebenaran yang baru saja dia ketahui, tentang anak yang selama ini dia besarkan dengan penuh kasih ternyata bukan darah dagingnya.Pintu terbuka, seorang pembantu tampak berdiri di depan Alan."Bisa say bertemu dengan Arumi?" "Sebentar, Tuan. Silahkan Tuan Alan duduk dulu."Pembantu tersebut, lalu masuk ke dalam rumah. Sedangkan Alan masih berdiri di ambang
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 179

Langit mendung menggantung rendah, seolah ikut menekan dada Alan yang dipenuhi amarah. Tangannya mencengkeram erat setir mobil, sementara kakinya menginjak pedal gas dengan kasar. Jalanan di depan terasa sempit, padahal itu hanyalah perasaannya yang terbakar. Klakson berbunyi nyaring, bukan karena keadaan darurat, tetapi karena hatinya yang tak mampu lagi menahan gejolak emosi.Alan yang begitu diselimuti amarah, menyalip sebuah mobil di depannya dengan gerakan tajam, hampir menyerempet trotoar.Alan kemudian membentak sambil menekan klakson berulang kali. "Dasar brengsek! Bodoh, kalian!" umpat Alan kembali, sembari menghela napas kasar, jari-jarinya mengetuk-ngetuk setir dengan geram.Detak jantung Alan masih berpacu cepat. Amarah di dadanya belum reda, justru semakin menyala seiring dengan ketidaksabaran yang menggumpal.Beberapa saat kemudian, Alan yang masih diselimuti amarah pun akhirnya sampai di rumah orang tuanya.Matahari mulai condong ke barat ketika Alan turun dari mobil,
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 180

Perasaan Bu Sinta sungguh berkecamuk saat melihat wajah Alan yang kusut, matanya sembab, seperti baru saja menahan beban yang begitu berat. Dengan napas berat, dia menundukkan kepala, kedua tangannya meremas jemarinya sendiri.Sedangkan dirinya hanya bisa menatap dengan tatapan penuh kasih, sekaligus cemas."Alan, jangan ada yang kamu tutupi dari Mama, Nak."Alan menelan ludah, mencoba mengumpulkan keberanian. Suaranya bergetar saat ia mulai berbicara."Ma, beberapa saat yang lalu, aku melakukan tes DNA pada Kenan."Mulut Bu Sinta seketika terngaga. "A-apa, tes DNA? Tapi untuk apa? Kamu nggak yakin kalau Kenan itu anak kandungmu ...?""Dan hasilnya dia bukan darah dagingku … anak yang selama ini kupeluk, dan kebesaran ternyata bukan anak kandungku."Alan seketika kembali terisak. Suasana hening. Waktu seakan berhenti. Bu Sinta terkejut, matanya membesar, lalu mengerutkan kening seakan memastikan ia tidak salah dengar."Apa maksudmu, Alan? Kamu jangan nglantur. Kamu salah ngomong, 'kan
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
23
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status