Home / Rumah Tangga / Simpanan Ayah Angkat / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Simpanan Ayah Angkat: Chapter 151 - Chapter 160

165 Chapters

Bab 151

Di Ruang Perawatan ...."Kalian menikah saja! Bukannya Papa mau menghentikan langkah Kanaya, tapi sepertinya hubungan kalian sudah cukup jauh," sambung Pak Rama, yang mengetahui video Alan, dan Kanaya yang tersebar.Sebagai laki-laki dewasa dia cukup paham, sejauh mana hubungan Kanaya, dan Alan. Apalagi, Alan juga sudah berumah tangga. Pak Rama yakin, hubungan putrinya, dan Alan pasti tidaklah hanya pada sebatas berpegangan tangan.Alan, dan Kanaya pun saling berpandangan. Lalu, Alan mulai membuka suaranya, "Saya akan bertanggung jawab atas hubungan ini, Pa. Saya memang serius dengan Kanaya. Meskipun Kanaya masih muda, tapi untuk saat ini Kanaya masih duduk di bangku kuliah. Saya takut Kanaya keberatan, dan tidak mau menghambat masa depan Kanaya.""Setelah kejadian ini, memangnya kamu masih ingin melanjutkan kuliah kamu, Naya?" sahut Pak Rama, cemas jika Kanaya akan mendapat perundungan jika di luar sana.Bahkan, laki-laki paruh baya pun rasanya belum ingin membiarkan Kanaya pergi seo
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 152

Di Ruang Perawatan Arumi ....Boby menatap Arumi yang kini terlihat begitu sendu. "Arumi, lo mau makan nggak? Gue suapin ya!"Arumi tak menjawab. Dia terlihat begitu asyik dalam pemikirannya sendiri, seolah sedang mengolok keadaannya yang sudah hancur.Karir, rumah tanggal, dan citra yang dia bangun selama bertahun-tahun kini hancur. Arumi bahkan tak tahu, dan belum memiliki rencana apapun setelah kejadian ini. Karirnya cemerlang, kini semua itu hanya ilusi yang sekarang telah tercerai-berai.Skandal itu datang seperti badai di musim kemarau—tidak terduga, dan menghancurkan segalanya dalam sekejap. Kolega yang dulu mengaguminya kini memalingkan muka. Dunia kerja yang dulu menjadi tempat ia bersinar berubah menjadi ruang penuh bisik-bisik dan penghakiman.Namun, penderitaannya tak berhenti di sana. Karena rumah tangganya pun kini juga hancur.Arumi duduk, sembari bergumam lirih, "Mengapa ini terjadi? Apa salahku? Bagaimana aku bisa memperbaiki semuanya?"Akan tetapi, sebanyak apapun pe
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 153

Arumi tampak begitu kesal, saat mendengar Pak Rama menyuruhnya pergi ke luar negeri. Wanita itu, kini hanya terdiam. Lalu, menoleh ke jendela yang menghadap ke taman dengan wajah yang tegang dan napas berat. Dia membelakangi Pak Rama yang kini duduk di sampingnya, sambil memandang Arumi, dengan tatapan dingin bercampur khawatir, akan masa depan putrinya.Tak dapat dipungkiri, perkataan Pak Rama, membuat dadanya bergemuruh. Kata-kata ayahnya bergema di pikirannya, seperti palu yang memukul bertubi-tubi."Kenapa diam? Percayalah, ini jalan terbaik untuk meredam semua berita buruk tentangmu. Setelah situasinya lebih terkendali, kau bisa pulang lagi ke tanah air. Kau juga bebas memilih negara, di mana kau akan tinggal, Arumi."Arumi membalikkan wajah yang kini terlihat memerah, menahan amarah."Jadi ini solusi Papa? Mengirimku pergi ke luar negeri seperti barang yang harus disembunyikan? Papa mau buang aku karena udah nemuin anak kesayangan Papa, 'kan?"Pak Rama tetap terlihat tenang, ta
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 154

Malam ini, suasana rumah sakit lengang. Hanya terdengar bunyi mesin EKG dari beberapa ruangan dan langkah kaki perawat yang sesekali melintas di koridor.Lampu-lampu redup di lorong menciptakan bayangan panjang yang menari di dinding. Di salah satu kamar rawat inap, seorang wanita duduk di tepi tempat tidurnya dengan napas tertahan.Tangannya gemetar, rasa cemas dan takut sebenarnya begitu menghantui. Namun, Arumi yang sudah bertekad untuk pergi, menghalau rasa cemas tersebut.Akan tetapi, saat ini Arumi sendiri. Boby memang bersedia mengambil kunci itu, tapi enggan menemani Arumi saat melarikan diri dari rumah sakit. Lelaki gemulai itu, tak memiliki keberanian untuk melakukannya.Arumi melirik ke arah pintu. Suara langkah kaki perawat mendekat, lalu menjauh. Ini adalah kesempatannya. Dengan hati-hati, ia mencopot selang infus dari tangannya, menahan nyeri yang menusuk. Darah kecil mengalir, tetapi ia tak peduli.Arumi bergumam pada dirinya sendiri, "Aku nggak bisa tinggal di sini leb
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 155

Setelah melihat keadaan Bu Dahlia yang kian tak memungkinkan jika harus menjalani proses hukum, akhirnya malam ini juga, Pak Rama, beserta pihak kepolisian membawa Bu Dahlia ke rumah sakit jiwa.Pak Rama saat ini tampak melewati pintu rumah sakit jiwa dengan istrinya, Bu Dahlia. Lalu, seorang polosi berjalan di belakang mereka.Pak Rama sebenarnya sudah menyadari jika akhir-akhir ini, mental Bu Dahlia sedang tidak baik-baik saja. Mungkin, dia sudah memiliki firasat jika kejahatannya akan terkuak, hingga membuat wanita paruh baya itu tampak bingung dan tak terkendali.Bahkan, sejak satu minggu terakhir, dia sering kali berteriak ketakutan tanpa sebab, dan berbicara sendiri. Pak Rama juga pernah memergoki Bu Dahlia melukai dirinya sendiri dengan memukul-mukul kepalanya seraya menangis terisak saat dia sedang bercermin. Mungkin, bayang-bayang adik tirinya yang telah dia bunuh, terus menghantui dalam benaknya.Meskipun masih diselimuti amarah. Namun, Pak Rama tak tega membiarkan istrinya
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Bab 156

"Kenapa Mama di sini?" tanya Kenan, dengan nada cukup ketus "Kenan ...." Suara Arumi terdengar bergetar, lembut, tapi penuh desakan, "Kenan ayo ikut Mama sekarang." Kenan mendongak, sembari menatap Arumi dengan tatapan tak bersahabat. "Aku nggak mau pulang sama Mama, Kenan maunya sama Papa. Mama jahat!" Arumi kemudian berlutut, sembari terisak dan menggenggam tangan Kenan dengan erat. "Kenan, Oma Dahlia sakit, Nak ... Oma sakit. Kenan jenguk Oma sekarang ya!" Mata Kenan melebar, bibirnya gemetar. "Oma sakit? Sakit apa, Ma?" tanyanya dengan nada cemas. Arumi menarik napas panjang, berusaha menahan air matanya kembali. "Mama juga belum tahu pasti. Oma masih dalam pemeriksaan dokter. Sejak Oma sakit, Oma nanyain Kenan terus. Oma pengen ketemu sama Kenan. Kenan mau kan ikut sama Mama?" Kenan terdiam sejenak, melihat wajah Arumi yang dipenuhi kecemasan, Kenan merasa bimbang. Apalagi, ada kaitannya dengan neneknya. "Kenan jangan takut, Mama udah bilang sama Oma Sinta, dan
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 157

Pak Rama duduk di sofa dengan raut wajah penuh kelelahan, setelah dua hari kemarin, sibuk mengurus Arumi, dan Bu Dahlia.Hari ini, dia ingin bersantai di rumah saja. Pak Rama sudah merasa cukup lega, dan tenang, saat tadi malam diberi tahu oleh Arumi jika hari ini, dia akan pulang dari rumah sakit bersama Boby. Namun, ketenangan itu seketika berubah ketika pintu rumah diketuk dengan keras.Di depan pintu, Alan berdiri dengan napas tersengal-sengal dan wajah penuh kecemasan. Pak Rama yang baru saja membuka pintu, tentunya terkejut saat melihatnya."Papa, kenapa Papa nggak angkat telepon dari aku dan rumah sakit, tempat Arumi dirawat?"Kening Pak Rama pun seketika mengernyit. "Maaf, tadi malam Papa anter Mamanya Arumi ke rumah sakit, dan mengurusnya di sana sampai dini hari. Papa bangun kesiangan, dan lupa belum mengaktifkan ponsel. Memangnya ada apa, Alan?""Pa, apa Arumi sempat pulang ke rumah?"Jantung Pak Rama, kian berdegup kencang mendengar pertanyaan Alan. "Arumi? Arumi belum pul
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 158

"Aku mau ketemu Papa sama Kak Naya."Tangisan Kenan, terus terdengar, menggema di seluruh sudut kamar. Matanya sudah basah oleh air mata. Arumi yang duduk di dekatnya, masih berusaha mencoba menenangkan.Akan tetapi, tangisan Kenan justru kian kencang, bahkan teriakan pun mulai terdengar. Arumi yang melihatnya kian dihinggapi frustasi."Aku mau ketemu Papa! Aku mau Papa sekarang juga! Aku nggak mau di sini.""Sayang, Papa lagi nggak bisa ke sini sekarang. Papa lagi jaga Kak Naya di rumah sakit. Kamu sama Mama aja ya," sahut Arumi, dengan suara lembut, tapi terdengar bergetar.Akan tetapi, berapa kali Arumi membujuk, Kenan justru menangis lebih keras, bahkan juga memukul-mukul lantai."Aku mau sama Papa! Mama suka boong. Oma Dahlia itu nggak sakit, 'kan?"Tubuh Arumi seketika menegang. Dia kemudian mencoba meraih tangan Kenan. "Kamu nggak bisa pergi ke sana sekarang. Papa lagi sibuk jagain Kak Naya. Kita cari waktu yang tepat ya biar bisa ketemu Papa."Kenan menatap Arumi penuh amarah
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Bab 159

Malam ini, langit mendung, seolah menyuarakan hati Alan yang kacau balau. Di ruang perawatan Kanaya yang penuh dengan keheningan mencekam, Alan mondar-mandir. Wajahnya kusut, tangannya mengepal kuat, dan matanya memerah. Setelah menutup sambungan telepon dari Arumi, Alan begitu kesal padanya. Bu Sinta yang baru saja datang, tepat ketika Alan sedang menelepon Arumi, mencoba menenangkan putranya."Kenan nggak pantas dijadikan alat, Arumi benar-benar keterlaluan!" gerutu Alan."Mama tahu ini berat, tapi kamu harus tenang. Kalau kamu kehilangan kendali, itu nggak akan menyelesaikan apa-apa."Bu Sinta menyahut, dengan suara tenang. Sedangkan Kanaya, kini sudah terlelap. Setelah meminum obat, tak lama mata Kanaya terpejam. Mungkin, obat yang dikonsumsi Kanaya, mengandung obat tidur, agar Kanaya bisa beristirahat."Tenang? Aku nggak bisa, Ma. Aku yakin, besok pasti Arumi akan membuat penawaran, dan aku nggak suka caranya yang licik kaya gini dengan menggunakan Kenan!""Bagaimana kalau kita
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Bab 160

Mendengar sebuah suara yang cukup dikenali, spontan Arumi, dan Rain pun menghentikan perdebatan mereka."Bagus sekali, akhirnya aku bisa bertemu sepasang manusia munafik seperti kalian! Kalian memang sangat cocok!""Mas, ini nggak seperti yang kamu duga!""Jaga bicara Anda, Tuan Alan!""Kenapa? Apa ada yang salah dari kata-kataku?"Alan kemudian menunjuk Rain dengan jari telunjuknya. "Kau pikir, aku tak tahu kau siapa? Kau yang datang secara diam-diam ke rumahku. Bahkan, tidur di atas ranjang kamarku, bukan?"Alan kemudian menoleh, dan menatap sengit pada Arumi. "Karena itulah, aku nggak pernah sudi tidur di kamar itu. Apalagi menyentuhmu, Arumi. Aku jijik padamu yang sudah berulang kali disentuh oleh laki-laki lain!""Dan kau salah satu manusia yang berhasil kita tipu selama bertahun-tahun, karena Kenan sebenarnya bukan anak kandungmu!" sahut Rain sinis.Langit yang tadinya terlihat tenang, seolah berubah mendung setelah perkataan itu terlontar dari mulut Rain.Arumi memejamkan mata,
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more
PREV
1
...
121314151617
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status