Semua Bab Simpanan Ayah Angkat: Bab 131 - Bab 140

165 Bab

Bab 131

Malam itu, hujan turun rintik-rintik, menambah keheningan yang mencekam di dalam sebuah kamar.Arumi berdiri, di jendela tepi balkon kamar. Tangannya yang menggenggam ponsel, tampak bergetar. Matanya terpaku pada pemandangan di layar ponsel, di mana Alan, pria yang selama ini dia yakini sangat mencintainya, saling menindih dengan wanita yang sudah dia angkat sebagai putrinya sendiri.Detik itu, dia melihat bagaimana tangan Alan menyentuh wajah Kanaya dengan lembut. Lalu, tanpa ragu, pria itu mendekat dan mencium wanita tersebut. Ciuman yang penuh kehangatan, ciuman yang dulu hanya dia miliki.Dunia seakan runtuh di hadapannya. Jantungnya berdegup kencang. Namun, entah mengapa tubuhnya terasa beku, tak mampu bergerak. Matanya panas, air mata mendesak keluar, tetapi ia menahannya sekuat tenaga. Ia tak ingin membuat suara, tak ingin merusak momen itu.Perasaan sakit menyeruak, seperti ribuan jarum menusuk hatinya. Dia ingin berteriak, meluapkan emosi yang membuncah. Namun, yang keluar ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Bab 132

Di dalam kamar tidur yang gelap dengan hanya sedikit cahaya bulan yang masuk melalui jendela.Suasana tampak hening, tapi penuh ketegangan. Suara jam berdetak menjadi latar belakang yang menambah kesan sunyi.Pak Rama, masih duduk di tepi tempat tidur, matanya terbuka lebar meskipun malam sudah larut. Dia tampak memikirkan sesuatu, alisnya berkerut, dan tatapannya kosong, tetapi sesekali melirik istrinya yang sedang tidur gelisah di sampingnya.Tiba-tiba, Bu Dahlia berteriak keras dalam tidurnya. "Tidak! Jangan ... aku tidak bermaksud ...!"Bu Dahlia terbangun dengan napas terengah-engah. Wajahnya berkeringat, matanya membelalak, jelas sekali ia baru saja mengalami mimpi buruk. Dia kemudian duduk di tepi ranjang, mengusap wajah dengan kedua tangannya, mencoba menenangkan diri.Pak Rama menoleh cepat, tetapi dia tetap duduk diam, memerhatikan istrinya dengan pandangan curiga.Pak Rama mulai membuka suara dengan nada tenang, tetapi penuh intimidasi. "Apa yang kamu mimpikan, Dahlia? Kede
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bab 133

"Naya, sebenarnya Mama cuma mau minta tolong satu hal."Kening Kanaya mengernyit, ada rasa cemas yang merambat ke dalam hatinya, jika Arumi meminta hal yang ada hubungannya dengan Alan."Tentang Papa?" Kanaya berusaha menebak terlebih dulu. Namun Arumi menggeleng, dan hal tersebut, tentunya membuat Kanaya merasa lega.Arumi kemudian menggenggam jemari Kanaya, sembari menatapnya dengan sorot mata sayu."Naya, tahu kan, kamu satu-satunya orang yang Mama percaya."Kanaya pun mengangguk. "Naya, setelah kamu tahu semua tentang rahasia Mama, apa kamu pernah kasih tau ke Papa?"Kanaya kini mulai mengerti, maksud perkataan Arumi beberapa saat yang lalu. Kanaya yakin, pasti Arumi merasa khawatir jika Kanaya menceritakan rahasianya pada Alan. Jadi, dia seolah mengungkit kebaikannya di masa lalu, agar Kanaya setidaknya tahu balas budi."Naya nggak pernah kasih tahu siapapun, Ma. Mama udah banyak berjasa buat hidup Naya, jadi Naya tahu hal-hal mana saja yang dirahasiakan, dan mana yang harus dice
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Bab 134

Semua berawal dari sebuah unggahan anonim yang tiba-tiba viral di media sosial. Unggahan itu memuat bukti foto dan video yang sangat sensitif. Dalam waktu satu jam, konten tersebut pun sudah dilihat ribuan viewer. Komentar demi komentar buruk pun menyerbu, merajalela menuduh dua insan manusia itu seolah tanpa memiliki moral."Naya, apa benar kamu simpanan Papa angkat kamu?" Ocha kembali mengulang pertanyaannya saat Kanaya tak menjawab.Kanaya yang tak tahu apa yang terjadi di luar sana, tak bisa menjawab. Hanya ada berbagai tanda tanya yang memenuhi isi kepalanya."Cha, kenapa lo tanya gitu?""Naya sekarang lo buka akun medsos. Lo lihat sendiri, skandalnya sudah tersebar di mana-mana!"Tubuh Kanaya seketika menegang, sekarang dia baru tahu mengapa Ocha begitu panik. "Gue belum liat beritanya, Cha."Helaan napas berat pun terdengar di ujung sambungan telepon. "Nay, lo sekarang jadi bahan pembicaraan netizen. Semua hujat lo, kalo berita itu nggak bener, lo buruan kasih klarifikasi de
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Bab 135

Malam ini terasa begitu hening. Napas Bu Dahlia tercekat, berusaha tetap tenang meski detak jantungnya menggema di telinganya.Langit yang tadinya cerah kini tertutup mendung kelabu, seakan menyatu dengan rasa gelisah yang menggantung di dadanya. Jemarinya gemetar, menggenggam ponsel yang layar kacanya memperlihatkan pesan terakhir yang baru saja diterima."Aku di sini, dan aku melihatmu."Matanya terbelalak, menoleh cepat ke sekeliling. Tak ada siapa pun. Hanya suara angin yang mendesir pelan di antara dedaunan, namun rasanya seperti berbisik ancaman di telinganya. Bu Dahlia melangkah mundur, perlahan, takut suara langkahnya mengundang sesuatu yang tak diinginkan. Namun, di balik keheningan itu, ia mendengar suara lain, tawa seorang wanita yang terdengar begitu kencang.Suara itu semakin keras. Bu Dahlia menahan napas, tubuhnya kaku seperti membatu. Di dadanya, rasa takut bertumpuk hingga membuatnya hampir menangis."TIDAK ...!""Dahlia, kamu kenapa?"Bahu Bu Dahlia terguncang. "Bagu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Bab 136

Tubuh Pak Rama membeku, dia tak tahu maksud dari perkataan Alan yang memintanya untuk menyelamatkan anak kandungnya. Namun, dia justru menyebut nama Kanaya. "Kanaya itu cucuku, Alan."Kanaya adalah putri Anda, dengan Cempaka Lestari. Dia anak kandung yang selama ini Anda cari ...!"Tubuh Pak Rama bergetar hebat, kakinya melemas seakan tak sanggup menahan tubuhnya. Sungguh, semua di luar ekspektasinya. Bahkan, Pak Rama hampir saja ambruk.Akan tetapi, Alan dengan gerakkan cepat menahan tubuh pria paruh baya itu, dan meminta masuk ke mobilnya."Cepat, Pa! Kita udah nggak punya banyak waktu!"Pak Rama pun mengangguk, lalu mengikuti Alan masuk ke mobil, dan duduk di samping Alan dengan segala rasa yang bergumul di dada. Hancur, marah, dan kecewa pada dirinya sendiri.Kanaya, gadis yang selama ini dia anggap, dan sayangi sebagai cucunya, ternyata adalah anak kandungnya dengan Cempaka. Di sisi lain, hatinya pun bertanya-tanya, apakah Arumi, dan Dahlia tahu hal ini? Ataukah mereka memang se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Bab 137

Keesokan Harinya ....Arumi yang khawatir, jika percakapannya semalam dengan Bu Dahlia tentang kecemasan keduanya pada Pak Rama terjadi, akhirnya memutuskan mengadakan konferensi pers untuk mengamankan posisi mereka. Ruangan konferensi pers dipenuhi wartawan dan kamera. Flash kamera terus menerangi suasana tegang. Di tengah meja, Arumi duduk dengan tenang. Wajahnya terlihat lelah, tetapi sorot matanya mencerminkan ketegaran.Dengan mengenakan kemeja putih sederhana. Di depannya ada, mikrofon berjajar, siap merekam setiap kata demi kata yang akan diucapkannya. Setelah menarik napas dalam-dalam, Arumi memulai dengan suara pelan, tapi tegas."Selamat siang, teman-teman media dan semua yang hadir di sini. Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih atas kehadiran Anda semua. Saya tahu berita yang viral belakangan ini telah menarik perhatian banyak pihak. Saya ucapkan terima kasih banyak pada seluruh pihak yang sudah mensupport saya, terutama dari segi moril."Suara Arumi kali ini t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 138

Di sebuah ruangan yang mewah, dan hangat, seorang wanita duduk di sofa dengan tatapan tajam terpaku pada layar televisi. Wajahnya menegang, tangannya gemetar memegang remote.Di layar, seorang wanita muda dengan riasan sempurna, mengenakan kemeja warna putih tengah melakukan konferensi pers. Wanita itu berbicara dengan suara lembut, tapi penuh percaya diri, memberikan penjelasan singkat. Namun, seolah menjelaskan jika dirinya lah korban dari kedzaliman yang menimpanya.Wanita itu tampak begitu bijak, dalam bertutur kata, serta memberikan jawaban. Namun, hal tersebut ditanggapi dengan dingin oleh wanita bermanik mata cokelat yang sedang menatap layar televisi tersebut.Dengan nada dingin, dia pun mulai membuka suaranya. "Berani sekali dia bicara seolah menjadi satu-satunya korban. Rumah tanggaku saja berhasil dia hancurkan. Sekarang dia yang minta simpati atas apa yang terjadi. Apa dia nggak punya rasa malu?"Carmen menghela napas panjang, mencoba meredam amarah yang mendidih di dadany
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 139

Alan memejamkan mata dengan sebuah pengharapan yang dia panjatkan pada Tuhan. Dia berharap, agar Kanaya bisa segera sadar. "Alan gimana kondisinya sekarang?" Alan menoleh ke sumber suara, ketika dia baru saja keluar dari ruang ICU. Di sana ada Bu Sinta, dan berapa keluarganya. Alan hanya menggeleng. "Dia masih tidur, mungkin Kanaya terlalu lelah. Kata Naya, aku kaya kebo kalo lagi bobo, tapi ternyata dia juga sama. Dia belum juga mau bangun, Ma ...." Alan menjawab sembari tersenyum, diiringi air mata. Mereka pun saling berpandangan, melihat betapa hancurnya Alan sekarang. Alan memang tidak pernah menganggap Kanaya koma. Dia hanya menganggap Kanaya sedang tidur, dan beristirahat sejenak. Bu Sinta mendesah, lalu memegang bahu Alan. "Apa kamu belum istirahat? Makanlah, lalu istirahat sebentar!" pinta Bu Sinta, tapi Alan menggeleng. Memang sejak Kanaya masuk rumah sakit, Alan belum pernah satu langkah pun meninggalkan Kanaya. Kecuali, pada saat menemui Pak Rama. Sedangkan Kenan,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 140

"Keterlaluan katamu? Kalian yang sudah bertindak kriminal memang sudah sepantasnya dilaporkan pada yang berwajib!" bentak Pak Rama, lalu keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Arumi, dan Bu Dahlia yang saat ini dirundung kecemasan.Suasana yang biasanya hangat, kini penuh ketegangan di udara. Bu Dahlia yang sudah duduk di atas ranjang, kini duduk berhadapan dengan Arumi, saling menatap dengan ekspresi cemas. Mendengar ancaman dari Pak Rama untuk melaporkan ibunya, Bu Dahlia ke pihak berwajib tentunya Arumi terlihat gelisah.Bu Dahlia menggenggam tangannya erat, disertai raut wajah penuh kecemasan. Sementara Arumi, mencoba menenangkan ibunya meski hatinya sendiri diliputi rasa takut."Arumi, apa yang Mama takutkan akhirnya terjadi. Firasat ini, memang semakin kuat, dan Mama sudah tak sanggup menutupi semua. Tanpa kita tahu, Papa kamu sudah melakukan penyelidikan itu sendiri, Arumi.""Aku yakin, pasti ada yang bantuin Papa, Ma. Papa nggak mungkin bisa dapetin bukti-bukti itu sendiri!
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status