Share

Bab 139

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2025-01-15 12:50:46
Alan memejamkan mata dengan sebuah pengharapan yang dia panjatkan pada Tuhan. Dia berharap, agar Kanaya bisa segera sadar.

"Alan gimana kondisinya sekarang?" Alan menoleh ke sumber suara, ketika dia baru saja keluar dari ruang ICU. Di sana ada Bu Sinta, dan berapa keluarganya. Alan hanya menggeleng.

"Dia masih tidur, mungkin Kanaya terlalu lelah. Kata Naya, aku kaya kebo kalo lagi bobo, tapi ternyata dia juga sama. Dia belum juga mau bangun, Ma ...."

Alan menjawab sembari tersenyum, diiringi air mata. Mereka pun saling berpandangan, melihat betapa hancurnya Alan sekarang. Alan memang tidak pernah menganggap Kanaya koma. Dia hanya menganggap Kanaya sedang tidur, dan beristirahat sejenak. Bu Sinta mendesah, lalu memegang bahu Alan.

"Apa kamu belum istirahat? Makanlah, lalu istirahat sebentar!" pinta Bu Sinta, tapi Alan menggeleng.

Memang sejak Kanaya masuk rumah sakit, Alan belum pernah satu langkah pun meninggalkan Kanaya. Kecuali, pada saat menemui Pak Rama. Sedangkan Kenan,
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 140

    "Keterlaluan katamu? Kalian yang sudah bertindak kriminal memang sudah sepantasnya dilaporkan pada yang berwajib!" bentak Pak Rama, lalu keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Arumi, dan Bu Dahlia yang saat ini dirundung kecemasan.Suasana yang biasanya hangat, kini penuh ketegangan di udara. Bu Dahlia yang sudah duduk di atas ranjang, kini duduk berhadapan dengan Arumi, saling menatap dengan ekspresi cemas. Mendengar ancaman dari Pak Rama untuk melaporkan ibunya, Bu Dahlia ke pihak berwajib tentunya Arumi terlihat gelisah.Bu Dahlia menggenggam tangannya erat, disertai raut wajah penuh kecemasan. Sementara Arumi, mencoba menenangkan ibunya meski hatinya sendiri diliputi rasa takut."Arumi, apa yang Mama takutkan akhirnya terjadi. Firasat ini, memang semakin kuat, dan Mama sudah tak sanggup menutupi semua. Tanpa kita tahu, Papa kamu sudah melakukan penyelidikan itu sendiri, Arumi.""Aku yakin, pasti ada yang bantuin Papa, Ma. Papa nggak mungkin bisa dapetin bukti-bukti itu sendiri!

    Last Updated : 2025-01-16
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 141

    Tanpa sengaja, Kanaya melirik ke arah celah pintu ruang ICU yang sedikit terbuka. Meskipun samar, netra Kanaya menangkap sosok seorang laki-laki yang tengah berdiri mematung sambil memperhatikan dirinya.Kepala Kanaya masih terasa berat, tapi dia dapat mengenali siapa sosok tersebut. Wanita itu pun akhirnya bergumam lirih, "Opa Rama."Alan yang mendengar gumaman lirih itu pun beranjak dari tempat duduk yang ada di samping Kanaya. Lalu, keluar untuk menemui sosok yang Kanaya sebutkan. Meskipun, tadi sosok tersebut begitu marah padanya.Akan tetapi, Alan tak peduli. Bagaimanapun juga, dia tetap ingin bersikap jantan, layaknya seorang laki-laki yang mencintai kekasihnya dengan tulus, tanpa adanya rasa takut mendapat tekanan dari pihak manapun, termasuk orang tua kandungnya."Apa Papa mau masuk?"Pak Rama hanya diam. Netranya terus melihat Kanaya dari celah pintu, memperhatikan putrinya yang masih terbaring lemah tak berdaya, dengan begitu banyak alat medis yang menopangnya."Apa Papa tid

    Last Updated : 2025-01-16
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 142

    Di saat itulah, siluet seseorang terlihat mendekat dari kegelapan malam, dan Bu Dahlia tahu siapa sosok tersebut."Papa ...?" gumaman lirih dari bibir Bu Dahlia yang terlihat bergetar pun terdengar. Kini, laki-laki itu menatap nyalang pada istrinya."Kau mau melarikan diri, Dahlia? Jangan berani macam-macam denganku! Bukankah sudah kukatakan, aku nggak akan tinggal diam setelah apa yang kau lakukan?"Bu Dahlia tergagap, ingin bersuara. Namun, kerongkongannya seakan tercekat."Bukan Mama, tapi aku, Pa! Aku yang udah ajak Mama melarikan diri, karena aku nggak mau Papa nyakitin Mama!" sahut Arumi dengan begitu ketus.Pak Rama pun terkekeh. "Apa kau bilang? Kamu nggak mau disakiti? Apa kalian nggak sadar kalian sudah menyakiti dua insan nggak berdosa. Bahkan, juga sudah menghilangkan nyawanya!""Ingat Pa, Mama nglakuin itu karena Papa udah nyakitin Mama dengan menikahi Tante Cempaka!""Cih, waktu itu kau masih ingusan, dan belum tahu kehidupan rumah tangga, Arumi. Mamamu, sama seperti dir

    Last Updated : 2025-01-17
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 143

    "Ah, aw sakit sekali!" pekiknya kembali saat merasakan sakit yang semakin tak tertahankan, apalagi darah yang mengalir kini semakin deras."Hei kenapa kau lambat sekali! Cepat bawa aku ke rumah sakit!" bentak Arumi pada Fabian yang tengah berjalan menuruni tangga."Iya sabar, Nyonya."Fabian lalu bergegas membantu Arumi untuk berdiri, kemudian memapahnya menuju ke mobil yang ada di depan rumah.Pembantu rumah tangga yang mendengar teriakkan Arumi pun ikut bangun, dan menemani Arumi ke rumah sakit.Beberapa saat kemudian, ketika masih dalam perjalanan, tiba-tiba saja, perut Arumi semakin terasa mulas, bahkan rasanya ada sebuah bongkahan yang keluar dari bagian bawah tubuh."Ah, ah ... sakit ... aaaaaaa!""Anda kenapa, Nona?" tanya Fabian, dan pembantu rumah tangga yang menemani.Keduanya tampak cemas melihat keadaan Arumi yang terlihat begitu pucat. Meskipun AC di dalam mobil tersebut, dibilang cukup dingin.Akan tetapi, keringat Arumi kian deras membasahi seluruh tubuh. Sedangkan tang

    Last Updated : 2025-01-18
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 144

    Alan baru saja keluar dari ruang ICU, ketika tiba-tiba Bu Sinta mendekat padanya dengan raut wajah panik."Nanti siang Kanaya bisa dipindahkan ke ruang perawatan. Kondisinya sudah cukup stabil," terang Alan, sebelum Bu Sinta mengucapkan sepatah kata pun."Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu."Alan pun mengangguk, sembari mengamati raut ketegangan di wajah Bu Sinta. Wanita paruh baya itu, tampak sedang ingin mengatakan sesuatu, tapi ragu."Ada apa, Ma?""Emh Alan ....""Apa lagi yang diperbuat oleh Arumi?" tebak Alan dengan yakin, kecemasan yang diperlihatkan Bu Sinta, pasti ada hubungannya dengan Arumi.Bu Sinta mendesah pelan. "Arumi keguguran, tapi dia justru memanfaatkan kejadian itu untuk semakin memojokkan kalian. Sekarang, caci maki pada kalian, kian kencang di dunia maya. Mama takut, nantinya juga berdampak bagi perusahaan kamu."Alan pun terkekeh, seolah tak peduli citranya hancur. "Alan, kok malah ketawa sih? Foto-foto Arumi yang terlihat frustasi karena diselingkuhi, dan k

    Last Updated : 2025-01-18
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 145

    "Ada apa sih, Bob. Jangan bikin orang takut deh!" pekik Arumi panik, saat melihat raut kecemasan di wajah Boby. Laki-laki gemulai itu pun mendekat ke arah Arumi, dan Pak Rama."Arumi gawat ...!" Boby menjawab, sembari menatap penuh ketakutan pada Pak Rama. "Boby ngomong yang jelas dong!" Arumi kian dilanda kepanikan. Sedangkan Boby, kini terlihat ragu. Apalagi Pak Raja menatapnya penuh intimidasi. "Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau takut padaku?"Pak Rama ikut bersuara, dan akhirnya Arumi pun mengerti mengapa Boby terlihat enggan bercerita. Asistennya itu pasti merasa cemas dengan keberadaan Pak Rama.Boby dan Arumi pun akhirnya saling melempar kode. "Ada apa ini, Boby?" tanya Pak Rama kembali yang kini semakin curiga, saat melihat laki-laki itu justru tak mengungkapkan kecemasannya."Nggak ada apa-apa, cuma panik tiba-tiba kondisi Arumi kaya gini."Pak Rama pun mengangguk, lalu menghembuskan napas panjang. "Pa, dari tadi malam Papa di sini temenin Arumi. Sekarang, ud

    Last Updated : 2025-01-19
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 146

    Alan pun mendekat pada Bu Sinta. "Ada apa, Ma?""Lihat ini!" Bu Sinta memberikan ponselnya pada Alan, lalu dengan seksama laki-laki itu membaca sebuah postingan yang kini terlihat mulai ramai dengan berbagai komentar miring dari netizen.Alan tertegun sejenak, perasaannya begitu campur aduk, melihat postingan tentang sebuah skandal besar influencer terkenal yang baru saja diungkap, dan infkueencer tersebut adalah Arumi. Foto-foto, dan video Arumi dengan Leo kini tersebar begitu cepat di dunia maya.Wajah yang terpampang di layar sempat membuatnya membeku. Alan juga sempat menggosok matanya, memastikan bahwa ia tidak salah lihat. Beberapa saat yang lalu, dia merasa begitu putus asa, bahkan sempat berniat membawa Kanaya ke luar negeri.Akan tetapi, kondisi sekarang sepertinya mulai berbeda. Alan tahu, hujatan padanya tak lantas surut, tetapi berita yang kini beredar, menandakan jika posisinya, dan Arumi pun seimbang.Alan kemudian menscroll layar ponsel tersebut, dan melihat sebuah aku

    Last Updated : 2025-01-19
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 147

    Beberapa Saat Sebelumya ....Pak Rama yang sudah berjalan menjauh dari ruang perawatan Arumi, saat menyadari jika sosok Boby telah masuk, dan mendekat pada Arumi, kini berbalik.Dengan hati-hati, laki-laki paruh baya itu, berdiri di depan pintu sembari menempelkan telinganya di pintu tersebut, untuk mendengarkan percakapan Arumi, dan Boby."Bagaimana semua ini bisa terjadi? Siapa yang melakukan ini, Bob? Apa yang harus kita lakukan?""Kita harus memberikan penjelasan yang membuat publik percaya, Arumi.""Tapi, kita juga harus punya bukti kuat untuk membantahnya, Bob. Kalau nggak, mereka nggak bakal percaya.""Aku mereka percaya?""Mereka tunggu penjelasan dari kamu, Arumi."Aku nggak kuat, Bob.""Arumi, kamu harus kuat. Kalau kita nggak tanggapi ini, mereka bakal bikin cerita lebih buruk. Kamu tahu kan gimana media bekerja.""Aku nggak peduli! Semua ini terlalu berat. Orang-orang bakal benci aku.""Arumi, fokus. Kamu influencer terkenal. Kita buat klarifikasi yang jujur, tapi terukur.

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 225

    Kakek Wang bergegas mengambil ponsel Rain yang menunjukkan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan Stela."Kakek, Rain bohong, bukti-bukti itu palsu!" seru Stela, mencoba meyakinkan kakeknya. Namun, pria paruh baya itu tak bergeming, dan tetap melihat semua bukti-bukti tersebut.Stela berniat mendekat, untuk mengambil ponsel milik Rain. Namun, buru-buru dicegah oleh dua orang bodyguard Kakek Wang.Sementara itu, bisik-bisik mulai menyebar di antara para tamu. Beberapa orang mencoba mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi, sementara yang lain memilih menjauh, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dalam hitungan menit, suasana kian tegang. Tuan rumah yang semula tersenyum ramah kini terlihat gelisah, keringat dingin membasahi dahinya."Ada apa?" tanya seseorang dengan suara hati-hati.Namun, sebelum ada jawaban, seorang anggota keluarga tuan rumah memberi isyarat agar para tamu segera meninggalkan tempat. Tanpa banyak bertanya, mereka mulai beringsut keluar, beberapa dengan langkah ter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 224

    "Kamu baru sembuh, aku nggak mungkin tega mengatakan bagian paling menyakitkan dalam rumah tangga kita.""Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Sepintas, aku masih ingat senyuman hangatmu padaku, tapi sekarang kenapa jadi seperti ini? Siapa yang salah, aku atau kamu?"Alan menghela napas, menatap keluar jendela sejenak sebelum kembali menatap Arumi."Nggak penting siapa yang salah, kita berdua memang sudah tidak satu tujuan. Terlalu banyak ketidakcocokan, dan pola pikir."Arumi mengernyit, merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Tapi kenapa tatapanmu begitu dingin padaku? Apa aku yang salah?"Alan menggeleng pelan. "Ini bukan tentang siapa yang salah. Kita memang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku, begitu pula kamu. Aku sering kali merasa diabaikan sebagai seorang suami, dan kau berpikir aku ngga pernah mengerti keadaanmu. Kita sering bertengkar, hal-hal kecil jadi besar. Kita lelah, tapi tidak ada yang mau mengalah."Arumi menatap

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 223

    Di Sisi Lain....Setelah memberi tahu Rain jika dia berhasil meyakinkan pihak rumah sakit untuk membawa pulang Arumi, Alan melangkah memasuki ruang perawatan dengan langkah ragu. Keraguan itu, bukan karena dia takut. Namun, lebih pada sosok yang akan dia temui.Di ranjang, seorang wanita duduk bersandar pada bantal, matanya kosong menatap jendela. Arumi, mantan istrinya. Wanita yang pernah dia cintai lebih dari apapun, tapi dulu. Bukan sekarang.Alan mendekat, menarik kursi, lalu duduk di depannya. "Arumi ...."Arumi mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap Alan dengan tatapan asing."Maaf, Anda?"Alan merasakan sesuatu yang mencengkeram hatinya. Ini aneh. Perempuan yang dulu dia kenal begitu dalam, kini menatapnya seperti orang asing."Aku Alan, aku temanmu dulu."Arumi mengerutkan kening, seolah mencoba menangkap sesuatu di pikirannya. Nama Alan memang terdengar tak asing. Apalagi, kemarin sosok laki-laki yang menemuinya juga mengatakan jika hari ini Alan akan menemuinya."Ala

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 222

    Malam itu, rumah besar milik Kakek Wang berubah menjadi pusat kemewahan dan kegembiraan. Dikelilingi taman yang luas dengan lampu-lampu berkelap-kelip, pesta yang diadakan di mansion megah itu bagaikan perayaan para bangsawan. Para tamu berdatangan dalam pakaian terbaik mereka—gaun berkilauan dan setelan jas mahal—sambil membawa gelas sampanye yang berkilauan di bawah cahaya lampu gantung kristal raksasa.Di tengah aula utama yang luas, sebuah orkestra memainkan musik klasik yang lembut, sementara para pelayan berlalu-lalang dengan nampan berisi hidangan mewah: kaviar, lobster, dan anggur terbaik dari seluruh dunia. Taman belakang yang dihiasi air mancur dan patung-patung marmer menjadi tempat bagi mereka yang ingin berbincang lebih santai, dengan suara tawa dan gelak kebahagiaan memenuhi udara.Kakek Wang, seorang miliarder yang dikenal karena kemurahan hatinya, berdiri di balkon lantai dua, mengangkat gelasnya dan menyampaikan pidato singkat. Dengan senyuman bijaksana, dia menyambut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 221

    Kanaya berdiri di depan cermin besar, tubuhnya dibalut gaun pengantin berwarna putih gading dengan renda yang halus. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dadanya yang berdebar.Cahaya dari lampu gantung di butik membuat wajahnya tampak lebih lembut, tapi tidak bisa menghilangkan bayangan kegundahan di matanya. Ocha, yang duduk di sofa butik, menatapnya penuh kagum."Ya ampun, Nay. Kamu cantik banget, aku yakin Mas Alan bakalan terpesona liat kamu. Aku foto ya, nanti kamu kirim ke calon suami kamu!" pekik Ocha, dengan sorot mata berbinar, kagum akan kecantikan sahabatnya.Kanaya tersenyum kecil, lalu merapikan bagian lengan gaunnya. "Tapi aku malu.""Ck ngapain malu sih. Aku aja yang cewek terpesona. Apalagi Mas Alan!" sahut Ocha, seraya tertawa kecil.Kanaya ikut tersenyum, tapi hanya sebentar. Matanya kembali menatap pantulan dirinya di cermin, seakan mencari sesuatu yang hilang."Nay, lo kenapa sih kaya sedih gitu? Nggak cocok sama gaunnya?"Kanaya menggeleng pelan. "

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 220

    Di sebuah ruang perawatan rumah sakit yang diterangi cahaya lembut dari jendela, Rain duduk di tepi ranjang pasien setelah beberapa saat berusaha menenangkan Arumi.Wajah itu, menyimpan kelelahan, tapi sorot matanya penuh harapan saat menatap perempuan yang duduk di depannya. Arumi—atau kini, yang hanya mengenal dirinya sebagai Celine—terlihat ragu. Tatapannya kosong, seolah berusaha mengaitkan kembali kepingan memori yang hilang."Dengarkan aku, kamu bukan Celine, kamu Arumi. Aku tahu ini membingungkan, tapi aku mohon, percayalah padaku.""A-aku nggak ngerti. Semua orang bilang aku Celine. Stela bilang jangan pernah percaya orang lain, kecuali dirinya.""Stela bohong. Namamu Arumi."Rain menggeleng, suaranya tegas tapi terdengar lembut. Arumi kemudian mengerutkan kening, matanya berkabut."Kalau benar, kenapa aku nggak ingat kalo aku Arumi?""Lalu, apa kau juga ingat jati dirimu sebagai Celine?" sahut Rain, kemudian menarik napas dalam, berusaha menahan emosi."Tapi kenapa Stela bila

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 219

    Di dalam ruang tengah, Rain menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Cahaya dari layar memantul di matanya yang penuh amarah dan kekecewaan. Napasnya memburu, dadanya naik turun seiring gelombang emosi yang meluap di dalam dirinya. Beberapa saat yang lalu, dia menyadap ponsel milik Stela, dan menemukan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan.Bukti, percakapan, rencana. Semua tertulis jelas. Stela adalah dalang di balik kecelakaan Arumi.Rain mengeratkan genggamannya pada ponselnya sendiri, seakan benda itu bisa membantunya mengendalikan amarah yang hampir meledak. Pikirannya berputar, mengulang-ulang momen saat dia melihat bagaimana mobil tersebut terbakar, bagaimana hancurnya dia saat mengira jika Arumi telah meninggal, dan ternyata semua itu palsu. Semua itu adalah konspirasi semata yang sangat menyakiti hatinya. Rain pikir itu kecelakaan biasa. Takdir buruk yang menimpa tanpa peringatan. Namun, tidak. Itu ulah Stela. Orang yang selama ini ada di dekatnya.Rahangnya mengera

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 218

    Atmosfer ruang tamu itu terasa panas meskipun AC yang menyala, menunjukkan suhu rendah. Lampu terang yang menyinari membuat bayangan wajah mereka terlihat lebih tegang.Alan duduk di sofa dengan tubuh sedikit condong ke depan, kedua tangannya saling menggenggam erat. Kanaya berdiri di dekat jendela, menggigit bibir bawahnya, sembari mendengar penjelasan Rain di ujung sambungan telepon.Sementara Pak Rama, duduk di kursi berhadapan dengan Alan. Wajahnya kusut, matanya merah dan penuh kecemasan.Di atas meja, secangkir kopi yang disajikan sejak tadi sudah dingin, tak ada yang sempat menyentuhnya. Udara di ruangan itu seperti membeku setelah Alan menyampaikan kabar yang baru saja ia dapatkan.Setelah Kanaya menutup sambungan telepon tersebut, gadis itu tampak menghela napas berat."Aku baru saja mendapat kabar dari Rain. Dia bilang, tadi saat menunggu ibunya yang masuk rumah sakit, Rain melihat seseorang yang mirip Arumi di sebuah rumah sakit tersenyum. Namun, saat Rain mendekat, wanita

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 217

    Di ruang makan yang luas dan elegan, sebuah meja panjang berhiaskan lilin serta peralatan makan berlapis perak tersusun rapi. Lampu kristal menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya keemasan yang hangat. Aroma hidangan menguar, memenuhi ruangan dengan keharuman menggoda.Pak Rama meletakkan garpunya dengan tenang, lalu menatap putrinya dengan penuh perhatian."Udah sampe sejauh mana persiapan pernikahan kamu sama Alan?"Kanaya tersenyum malu-malu, meletakkan sendoknya, lalu menatap ayahnya dengan sorot mata berbinar."Hampir 75 persen, Pa. Besok kita mau fitting baju pengantin. Kita nggak undang banyak tamu, karena lebih ke acara private party."Pak Rama mengangguk pelan, ekspresinya tenang, tapi penuh makna. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu menghela napas pendek sebelum berbicara."Pernikahan itu bukan sekedar tentang cinta, Kanaya. Tapi juga tentang kesiapan, tanggung jawab, dan kesabaran. Kamu harus ingat itu, dan jangan pernah melakukan kesalahan seperti yang perna

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status