Semua Bab Simpanan Ayah Angkat: Bab 121 - Bab 130

227 Bab

Bab 121

Malamnya ...."Habis telepon siapa, Pa?" tanya Kanaya pada Alan yang baru saja menelepon anak buahnya.Malam ini, mereka memang sudah berada di Bandung. Setelah Pak Rama pulang, keduanya tak mau membuang banyak waktu, dan segera berkemas menuju ke Bandung. Apalagi, saat dalam perjalanan, tiba-tiba Pak Rama menghubungi, dan mengatakan jika Arumi, dan Bu Dahlia juga besok akan melakukan perjalanan menuju ke Bandung. Keduanya kian dirundung penasaran, tentang apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh Arumi, dan juga Bu Dahlia."Anak buahku. Tadi Papa kasih tahu kalo Mama sama Oma kamu mau berangkat pukul tujuh pagi. Jadi kusuruh anak buahku buat stay di depan rumah mereka, setengah jam sebelum mereka berangkat."Kanaya pun mengangguk. "Semoga ada petunjuk mengenai kepergian mereka ke Bandung.""Iya, nanti kalau mereka sudah memasuki kawasan Bandung, anak buahku akan memberi tahu arah tujuan mereka.""Padahal, mereka juga tahu kalau kita lagi ada di Bandung loh!" timpal Kanaya, sontak penu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Bab 122

"Jadi, Mama masih ragu sama Kanaya? Mama takut kalau kisah masa lalu juga kembali terulang?" sahut Arumi, saat melihat Bu Dahlia masih saja terlihat ragu, dan cemas. Bu Dahlia tak menjawab, hanya memejamkan mata, sembari menahan gemuruh di dada. Perasaannya begitu berkecamuk. Padahal biasanya dia tak seperti ini.Ada begitu banyak ketakutan yang tak pernah Bu Dahlia rasakan sebelumnya, kini justru memenuhi isi otak, dan hatinya. Setelah puluhan tahun hidupnya merasa tenang, tanpa harus mencemaskan apapun. Namun, hal tersebut tak lagi dirasakannya sekarang. Sebenarnya, semua kekhawatiran ini bermula setelah melihat gelagat Arumi dalam berumah tangga. Sejak itulah, Bu Dahlia sudah merasakan firasat yang buruk. Hari demi hari Bu Dahlia lalui sembari menahan kecemasan. Dia benar-benar takut, apa yang menimpa dirinya juga terjadi pada rumah tangga Arumi, dan benar saja, tak berselang lama setelah firasat buruk itu selalu menghantuinya, Alan pun menceraikan Arumi.Meskipun sebenarnya Bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Bab 123

Seorang bocah kecil, berjinjit keluar dari kamar mandi. Setelah masuk ke kamarnya, bocah kecil itu membuka lemari, melihat-lihat pakaian di dalam lemari tersebut yang jumlahnya tidak terlalu banyak."Kanaya mau pake baju apa ya?" Bocah itu kemudian menutup lemari tersebut, lalu memandang dirinya di cermin."Kaca ajaib, bagusnya Naya hari ini pake baju apa ya?" tanya bocah tersebut. Keningnya berkerut dengan ekpresi lucu, seolah sedang bertanya pada cermin ajaib yang ada di depannya untuk memilih pakaian yang ada.Padahal Kanaya tahu, dia tidak memiliki baju yang banyak. Apalagi baju bagus. Memang bisa dikatakan, Kanaya sangat jarang membeli pakaian. Kalaupun ada pakaian bagus yang dikenakannya, bisa dipastikan pakaian itu adalah pemberian dari tetangga. Namun, Kanaya selalu senang memakainya dan tidak pernah mengeluh."Baik cermin ajaib, aku ngerti kok. Kamu pasti suruh aku pake baju itu lagi, aku ngerti kok kalo pake baju itu, aku kaya princes."Kanaya terkekeh, kemudian membuka le
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

Bab 124

"Ma, kita nginep semalam dulu di sini ya. Mama tenangkan diri Mama, biar rileks. Jangan sampe kita pulang dalam keadaan kaya gini, bisa-bisa nanti Papa curiga," ujar Arumi, saat mobil yang mereka naiki, sampai di sebuah hotel. Bu Dahlia, hanya terdiam, seolah pasrah dengan keinginan Arumi. Karena dia pun sebenarnya tahu, menenangkan diri hanyalah salah satu alasan Arumi.Sedangkan alasan yang sebenarnya dia memilih untuk menginap adalah untuk berjalan-jalan, sekaligus belanja."Di hotel ini juga ada fasilitas spa, kalau Mama mau, nanti aku temani.""Mama, mau istirahat di kamar aja, Arumi. Mama lagi nggak pengen ke mana-mana. Kalau kamu mau keluar, kamu bisa sendiri, 'kan?""Beneran Mama nggak apa-apa sendirian?" timpal Arumi cemas. Sebenarnya ada rasa tidak tega meninggalkan Bu Dahlia dalam keadaan seperti ini sendiri. Bu Dahlia pun menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa. Mungkin, Mama juga butuh waktu buat sendiri." "Ya udah, nanti aku keluar sendiri aja. Kita sekarang check in dul
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Bab 125

"Pa, Oma."Belum sempat Kanaya melanjutkan perkataannya, Alan menarik tangan Kanaya bergegas pergi. Setelah sebelumnya, mengucapkan terima kasih terlebih dulu pada petugas hotel yang masih berdiri di depannya."Terima kasih.""Sama-sama, Tuan.""Kenapa Pa?""Cepat berkemas, kita pulang sekarang, Naya." Sementara itu, di dalam sebuah kamar hotel,tangan Bu Dahlia tampak gemetar, memeluk lututnya seakan berusaha menahan rasa sakit yang menghimpit dadanya.Napasnya pendek dan terputus-putus, sesekali disertai isakan yang teredam. Wajahnya pucat, mencerminkan kelelahan emosional yang tak terkatakan. Pikirannya berputar-putar, mengulang kata-kata yang baru saja melukai hatinya.Dia berusaha berdiri, tapi lututnya lemah. Dunia di sekitarnya terasa hampa dan sepi. Semua kenangan yang dulu membuatnya bahagia kini terasa seperti belati yang menusuk tanpa ampun. Dalam keheningan, suara tangisnya menjadi satu-satunya penanda bahwa dia masih hidup, meskipun hatinya telah hancur berkeping-keping
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Bab 126

Di saat itulah ponsel Arumi berbunyi. Lamunan Arumi pun tersentak, dia bergegas menghapus air mata yang mulai membasahi wajah, lalu mengangkat panggilan telepon tersebut.[Ya, halo.][Bu Arumi, Anda di mana? Ibu Anda ....][Oh iya sebentar, saya sudah sampai di hotel. Sebentar lagi saya ke atas.]Sebenarnya Arumi masih sangat penasaran dengan gerak-gerik Alan, dan Kanaya. Namun, untuk saat ini situasinya benar-benar tidak memungkinkan. Ada hal lebih penting yang harus dia lakukan.Arumi pun bergegas keluar dari restoran tersebut, menuju ke kamarnya, dan ketika dia baru saja membuka pintu kamar itu, Arumi melihat sosok ibunya kini sedang duduk di sofa dengan kepala tertunduk.Bahunya berguncang pelan, tanda ia sedang berusaha menahan tangis. Suara hujan di luar rumah menambah sunyi suasana.Sedangkan salah seorang pelayan hotel berdiri di sampingnya, memperhatikan Bu Dahlia dengan tatapan khawatir. Perlahan, Arumi mendekat dan duduk di samping sang ibu."Kamu boleh pergi, terima kasih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

Bab 127

Keesokan Harinya ....Masa orientasi akhirnya berakhir. Saat ini, Kanaya sudah mulai menjalani aktivitas perkuliahan sebagai mahasiswa baru."Memang dia cantik, tapi apa bagusnya wanita kerempeng itu? Selera Arga benar-benar rendah," gumam Vanel, saat melihat Arga yang sedari tadi terus menatap Kanaya."Ini nggak bisa dibiarkan," sambungnya kembali, seraya menatap nanar pada keduanya. Apalagi kini Arga tampak berjalan mendekat ke arah Kanaya.Suasana kantin siang ini, cukup ramai dengan suara obrolan dan dentingan sendok garpu. Arga membawa nampan berisi makanan, lalu tersenyum ramah, dan duduk di depan Kanaya."Ini tempat favoritku, boleh nggak aku juga ikut gabung di sini?" sapa Arga, sambil menaruh nampan di meja.Kanaya yang sedang sibuk menyeruput jusnya sedikit terkejut, tetapi cepat-cepat tersenyum sopan. "Iya, Kak. Silakan, maaf kami nggak tahu kalau meja ini tempat favorit Kakak. Kalau gitu, kita pindah aja."Kanaya melirik pada dua orang temannya, Anya, dan Ocha. Namun, kedu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

Bab 128

"Dia? Bukankah ...?""Kenapa dia ada di sini?"Kanaya bergumam lirih, sembari melontarkan berbagai pertanyaan di bibirnya. Namun, ketika Kanaya sedang hanyut dalam lamunannya, tiba-tiba ponselnya berdering, menandakan ada panggilan yang masuk.[Halo, iya, Pa.][Sayang, Papa udah di luar.][Oke, tunggu bentar ya, Pa. Aku lagi di toilet.]Setelah Kanaya menutup panggilan tersebut, ketika hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya."Naya ...!" Kanaya seketika menutup mata, tatkala mengenali suara yang memanggilnya. Padahal, dia sudah menghindar. Namun, entah mengapa, Arga selalu mengetahui keberadaan dirinya. Laki-laki itu, seolah memiliki radar untuk mengetahui di mana Kanaya berada.Kanaya pun menoleh, lalu tersenyum pada Arga yang kini sudah berdiri di depannya."Nay, aku anter, ya.""Nggak usah, aku udah dijemput Papa di depan. Aku keluar dulu ya, Kak," pamit Kanaya, lalu bergegas pergi meninggalkan Arga begitu saja."Kanaya, tunggu. Aku mau ng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Bab 129

Wanita itu duduk di sudut kamar, cahaya remang-remang dari lampu meja menyoroti wajahnya yang lelah. Matanya sembab, penuh jejak air mata yang seakan tak lagi bisa ditahan.Janji-janji manis yang dulu membuatnya terbang kini terasa seperti belati yang menusuk perlahan. Kata-kata penuh harapan berubah menjadi kebohongan yang membakar kepercayaannya. Ia terjebak dalam pusaran pikiran yang terus mengulang, “Mengapa aku percaya? Mengapa aku begitu bodoh?”"Kenapa aku bisa kehilangan uang sebanyak itu?"Kesunyian malam menjadi saksi bisu dari kekacauan yang bergejolak di dalam dirinya. Dia ingin berteriak, ingin melarikan diri dari rasa sakit ini, tetapi kakinya terasa lumpuh. Frustrasi itu menelannya hidup-hidup, membuatnya merasa kecil, rapuh, dan tak berdaya. Di balik amarah dan kecewa, ada luka dalam yang tak bisa ia sembuhkan seorang diri.Di tengah rasa sakit, dan hancur yang melanda dirinya, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Wanita itu tak menyahut, tapi detik berikutnya, pintu kama
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Bab 130

Keesokan Harinya ....Di depan sebuah sekolah yang ramai. Seorang pria, berusia hampir40-an, mengenakan kemeja rapi yang terlihat sederhana, berdiri di samping seorang perempuan muda, berusia 18 tahunan, dengan rambut diikat dan mengenakan pakaian casual, tapi anggun. Mereka sedang menunggu di dekat gerbang sekolah.Tak berapa lama, seorang anak laki-laki keluar dari kerumunan siswa, dengan ransel besar di punggungnya, dan tersenyum lebar ketika melihat kedua sosok yang menunggu."Papa ... Kak Naya ...!" Pria itu merendahkan tubuhnya untuk menyambut sang anak, lalu mengacak-acak rambutnya dengan kasih sayang. Begitu pula, perempuan di sampingnya yang juga memberikan senyuman hangat."Seneng banget deh, bisa dijemput Kak Naya sama Papa.""Kita makan siang bareng ya, kebetulan jam kuliah Kak Naya hari ini kosong, diganti hari yang lain.""Hore ... makan siangnya, Kenan yang pilih ya!" pekik bocah tersebut.Alan, dan Kanaya pun mengangguk. Mereka bertiga kemudian berjalan ke arah mobil,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
23
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status