Semua Bab Simpanan Ayah Angkat: Bab 121 - Bab 125

125 Bab

Bab 121

Malamnya ...."Habis telepon siapa, Pa?" tanya Kanaya pada Alan yang baru saja menelepon anak buahnya.Malam ini, mereka memang sudah berada di Bandung. Setelah Pak Rama pulang, keduanya tak mau membuang banyak waktu, dan segera berkemas menuju ke Bandung. Apalagi, saat dalam perjalanan, tiba-tiba Pak Rama menghubungi, dan mengatakan jika Arumi, dan Bu Dahlia juga besok akan melakukan perjalanan menuju ke Bandung. Keduanya kian dirundung penasaran, tentang apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh Arumi, dan juga Bu Dahlia."Anak buahku. Tadi Papa kasih tahu kalo Mama sama Oma kamu mau berangkat pukul tujuh pagi. Jadi kusuruh anak buahku buat stay di depan rumah mereka, setengah jam sebelum mereka berangkat."Kanaya pun mengangguk. "Semoga ada petunjuk mengenai kepergian mereka ke Bandung.""Iya, nanti kalau mereka sudah memasuki kawasan Bandung, anak buahku akan memberi tahu arah tujuan mereka.""Padahal, mereka juga tahu kalau kita lagi ada di Bandung loh!" timpal Kanaya, sontak penu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Bab 122

"Jadi, Mama masih ragu sama Kanaya? Mama takut kalau kisah masa lalu juga kembali terulang?" sahut Arumi, saat melihat Bu Dahlia masih saja terlihat ragu, dan cemas. Bu Dahlia tak menjawab, hanya memejamkan mata, sembari menahan gemuruh di dada. Perasaannya begitu berkecamuk. Padahal biasanya dia tak seperti ini.Ada begitu banyak ketakutan yang tak pernah Bu Dahlia rasakan sebelumnya, kini justru memenuhi isi otak, dan hatinya. Setelah puluhan tahun hidupnya merasa tenang, tanpa harus mencemaskan apapun. Namun, hal tersebut tak lagi dirasakannya sekarang. Sebenarnya, semua kekhawatiran ini bermula setelah melihat gelagat Arumi dalam berumah tangga. Sejak itulah, Bu Dahlia sudah merasakan firasat yang buruk. Hari demi hari Bu Dahlia lalui sembari menahan kecemasan. Dia benar-benar takut, apa yang menimpa dirinya juga terjadi pada rumah tangga Arumi, dan benar saja, tak berselang lama setelah firasat buruk itu selalu menghantuinya, Alan pun menceraikan Arumi.Meskipun sebenarnya Bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Bab 123

Seorang bocah kecil, berjinjit keluar dari kamar mandi. Setelah masuk ke kamarnya, bocah kecil itu membuka lemari, melihat-lihat pakaian di dalam lemari tersebut yang jumlahnya tidak terlalu banyak."Kanaya mau pake baju apa ya?" Bocah itu kemudian menutup lemari tersebut, lalu memandang dirinya di cermin."Kaca ajaib, bagusnya Naya hari ini pake baju apa ya?" tanya bocah tersebut. Keningnya berkerut dengan ekpresi lucu, seolah sedang bertanya pada cermin ajaib yang ada di depannya untuk memilih pakaian yang ada.Padahal Kanaya tahu, dia tidak memiliki baju yang banyak. Apalagi baju bagus. Memang bisa dikatakan, Kanaya sangat jarang membeli pakaian. Kalaupun ada pakaian bagus yang dikenakannya, bisa dipastikan pakaian itu adalah pemberian dari tetangga. Namun, Kanaya selalu senang memakainya dan tidak pernah mengeluh."Baik cermin ajaib, aku ngerti kok. Kamu pasti suruh aku pake baju itu lagi, aku ngerti kok kalo pake baju itu, aku kaya princes."Kanaya terkekeh, kemudian membuka le
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

Bab 124

"Ma, kita nginep semalam dulu di sini ya. Mama tenangkan diri Mama, biar rileks. Jangan sampe kita pulang dalam keadaan kaya gini, bisa-bisa nanti Papa curiga," ujar Arumi, saat mobil yang mereka naiki, sampai di sebuah hotel. Bu Dahlia, hanya terdiam, seolah pasrah dengan keinginan Arumi. Karena dia pun sebenarnya tahu, menenangkan diri hanyalah salah satu alasan Arumi.Sedangkan alasan yang sebenarnya dia memilih untuk menginap adalah untuk berjalan-jalan, sekaligus belanja."Di hotel ini juga ada fasilitas spa, kalau Mama mau, nanti aku temani.""Mama, mau istirahat di kamar aja, Arumi. Mama lagi nggak pengen ke mana-mana. Kalau kamu mau keluar, kamu bisa sendiri, 'kan?""Beneran Mama nggak apa-apa sendirian?" timpal Arumi cemas. Sebenarnya ada rasa tidak tega meninggalkan Bu Dahlia dalam keadaan seperti ini sendiri. Bu Dahlia pun menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa. Mungkin, Mama juga butuh waktu buat sendiri." "Ya udah, nanti aku keluar sendiri aja. Kita sekarang check in dul
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Bab 125

"Pa, Oma."Belum sempat Kanaya melanjutkan perkataannya, Alan menarik tangan Kanaya bergegas pergi. Setelah sebelumnya, mengucapkan terima kasih terlebih dulu pada petugas hotel yang masih berdiri di depannya."Terima kasih.""Sama-sama, Tuan.""Kenapa Pa?""Cepat berkemas, kita pulang sekarang, Naya." Sementara itu, di dalam sebuah kamar hotel,tangan Bu Dahlia tampak gemetar, memeluk lututnya seakan berusaha menahan rasa sakit yang menghimpit dadanya.Napasnya pendek dan terputus-putus, sesekali disertai isakan yang teredam. Wajahnya pucat, mencerminkan kelelahan emosional yang tak terkatakan. Pikirannya berputar-putar, mengulang kata-kata yang baru saja melukai hatinya.Dia berusaha berdiri, tapi lututnya lemah. Dunia di sekitarnya terasa hampa dan sepi. Semua kenangan yang dulu membuatnya bahagia kini terasa seperti belati yang menusuk tanpa ampun. Dalam keheningan, suara tangisnya menjadi satu-satunya penanda bahwa dia masih hidup, meskipun hatinya telah hancur berkeping-keping
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status