Share

Bab 127

Penulis: Miss Secret
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 19:45:14

Keesokan Harinya ....

Masa orientasi akhirnya berakhir. Saat ini, Kanaya sudah mulai menjalani aktivitas perkuliahan sebagai mahasiswa baru.

"Memang dia cantik, tapi apa bagusnya wanita kerempeng itu? Selera Arga benar-benar rendah," gumam Vanel, saat melihat Arga yang sedari tadi terus menatap Kanaya.

"Ini nggak bisa dibiarkan," sambungnya kembali, seraya menatap nanar pada keduanya. Apalagi kini Arga tampak berjalan mendekat ke arah Kanaya.

Suasana kantin siang ini, cukup ramai dengan suara obrolan dan dentingan sendok garpu. Arga membawa nampan berisi makanan, lalu tersenyum ramah, dan duduk di depan Kanaya.

"Ini tempat favoritku, boleh nggak aku juga ikut gabung di sini?" sapa Arga, sambil menaruh nampan di meja.

Kanaya yang sedang sibuk menyeruput jusnya sedikit terkejut, tetapi cepat-cepat tersenyum sopan. "Iya, Kak. Silakan, maaf kami nggak tahu kalau meja ini tempat favorit Kakak. Kalau gitu, kita pindah aja."

Kanaya melirik pada dua orang temannya, Anya, dan Ocha. Namun, kedu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 128

    "Dia? Bukankah ...?""Kenapa dia ada di sini?"Kanaya bergumam lirih, sembari melontarkan berbagai pertanyaan di bibirnya. Namun, ketika Kanaya sedang hanyut dalam lamunannya, tiba-tiba ponselnya berdering, menandakan ada panggilan yang masuk.[Halo, iya, Pa.][Sayang, Papa udah di luar.][Oke, tunggu bentar ya, Pa. Aku lagi di toilet.]Setelah Kanaya menutup panggilan tersebut, ketika hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya."Naya ...!" Kanaya seketika menutup mata, tatkala mengenali suara yang memanggilnya. Padahal, dia sudah menghindar. Namun, entah mengapa, Arga selalu mengetahui keberadaan dirinya. Laki-laki itu, seolah memiliki radar untuk mengetahui di mana Kanaya berada.Kanaya pun menoleh, lalu tersenyum pada Arga yang kini sudah berdiri di depannya."Nay, aku anter, ya.""Nggak usah, aku udah dijemput Papa di depan. Aku keluar dulu ya, Kak," pamit Kanaya, lalu bergegas pergi meninggalkan Arga begitu saja."Kanaya, tunggu. Aku mau ng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 129

    Wanita itu duduk di sudut kamar, cahaya remang-remang dari lampu meja menyoroti wajahnya yang lelah. Matanya sembab, penuh jejak air mata yang seakan tak lagi bisa ditahan.Janji-janji manis yang dulu membuatnya terbang kini terasa seperti belati yang menusuk perlahan. Kata-kata penuh harapan berubah menjadi kebohongan yang membakar kepercayaannya. Ia terjebak dalam pusaran pikiran yang terus mengulang, “Mengapa aku percaya? Mengapa aku begitu bodoh?”"Kenapa aku bisa kehilangan uang sebanyak itu?"Kesunyian malam menjadi saksi bisu dari kekacauan yang bergejolak di dalam dirinya. Dia ingin berteriak, ingin melarikan diri dari rasa sakit ini, tetapi kakinya terasa lumpuh. Frustrasi itu menelannya hidup-hidup, membuatnya merasa kecil, rapuh, dan tak berdaya. Di balik amarah dan kecewa, ada luka dalam yang tak bisa ia sembuhkan seorang diri.Di tengah rasa sakit, dan hancur yang melanda dirinya, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Wanita itu tak menyahut, tapi detik berikutnya, pintu kama

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Kanaya

    Kanaya .... Setidaknya itulah panggilan orang-orang padaku. Sejujurnya, aku tak tahu banyak tentang asal usulku. Satu hal yang aku ingat menjadi titik balik hidupku adalah ketika seorang wanita yang selalu ada di sampingku tiba-tiba tertidur dan tak pernah membuka matanya kembali. Mungkin, itukah yang disebut dengan kematian? Ya, dulu aku memang tak terlalu paham alur kehidupan. Saat itu, aku hanyalah seorang gadis kecil yang hanya bisa menangis melihatnya tertidur dan tak pernah lagi membuka matanya saat kupanggil. Biasanya, jika aku bangun, sudah ada berbagai makanan yang ada di hadapanku. Namun, tidak dengan hari yang begitu kelam ini. Aku masih mengingat jelas kejadian itu. Ketika aku bangun, keanehan terjadi karena di depanku tidak ada makanan yang biasa kutemukan. Aku pun menghampiri wanita yang kusebut dengan sebutan Mama. Kulihat, dia masih tertidur dengan begitu lelap. Beberapa kali aku memanggilnya, tapi dia masih saja memejamkan mata. Akhirnya aku pun menangis ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 2

    Sejak saat itu, aku diasuh oleh sepasang suami istri tersebut. Mama bernama Arumi, sedangkan Papa bernama Alan. Mereka berdua, belum lama menikah. Pernikahan mereka baru berjalan selama enam bulan. Awalnya memang ada penolakan dari Papa Alan ketika aku mulai tinggal dengan mereka. Namun, seiring berjalannya waktu, hati Papa Alan mencair, Papa Alan mulai menerima kehadiranku. Bahkan, juga sangat menyayangiku. Papa Alan juga yang mengurus berkas-berkas agar secepatnya aku bisa masuk dalam kartu keluarga mereka. Logikanya, mana ada yang tidak tertarik pada gadis kecil yang begitu lucu, dan juga cantik sepertiku. Aku tumbuh dalam kasih sayang, dan penuh kebahagiaan. Lalu, ketika aku memasuki bangku sekolah, nilai akademikku selalu memuaskan. Hal tersebut, tentunya membuat kedua orang tua angkatku sangat bangga. Tak hanya mereka, tapi juga orang tua dari Papa Alan, dan Mama Arumi yang kupanggil dengan sebutan Oma, dan Opa. Mereka sangat menyayangiku. Keluarga hangat itu, seperti t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 3

    Sejak saat itu, selama dua kali dalam satu minggu, Mr Alex memberikan jam tambahan untukku. Meskipun, jam tambahan itu dilakukan di sekolah, dan hanya membahas pelajaran, tapi tak mengapa. Yang terpenting aku bisa berduaan dengannya.Tentunya aku sangat bahagia. Tidak ada seorang pun siswa lain yang mengganggu kami. Ya, logika saja, pelajaran fisika, bukan pelajaran yang disukai oleh para siswa. Jadi, wajar jika mereka tidak mau dengan sengaja mengikuti tambahan tanpa diminta.Pertemuan, serta interaksi yang cukup intens itu akhirnya membuat kami dekat. Aku sudah tidak lagi merasa canggung, dan salah tingkah di dekatnya.Selain itu, aku juga tidak ingin pelajaran tambahan ini berakhir. Jadi, aku sengaja bersikap tidak terlalu pintar di depan Mr Alex. Aku selalu berpura-pura menanyakan sesuatu bagian yang sebenarnya cukup aku mengerti.Memang aku sadar, aku salah. Tidak seharusnya aku jatuh cinta, dan membiarkan perasaan ini tumbuh pada laki-laki yang sudah beristri. Namun, terkadang h

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 4

    Tiba-tiba gerakan Mr Alex terhenti ketika mendengar suara ponselnya yang berdering. "Astaga ...!" pekiknya, saat menyadari apa yang dia lakukan denganku. Laki-laki dewasa itu pun menarik tangannya dan, menjauh dariku. "Kanaya, maaf ...."Mr Alex mengusap wajahnya dengan kasar sembari menghembuskan napas berat. Dia tampak begitu menyesal dengan apa yang telah dia lakukan. Lebih tepatnya, dengan apa yang kami lakukan."Kanaya maaf ..." Permintaan maaf itu kembali terucap, dan justru membuatku merasa sungkan."Mr Alex, aku juga minta maaf. Aku juga tidak berniat melakukan semua ini pada Anda. Aku tidak sengaja tadi ....""Ya, aku tahu. Kita sama-sama khilaf," potong Mr Alex, ketika aku juga beralibi pada kata khilaf untuk menutup rasa maluku."Mr, sekali lagi maafkan aku. Aku harus pulang sekarang juga." Aku bangkit dari atas sofa, tak mau berlama-lama lagi di tempat ini yang justru semakin membuatku begitu salah tingkah.Di saat itulah, ponsel Mr Alex kembali berdering. Lalu, dia ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 5

    KEESOKAN HARINYA ....Saat ini, aku duduk di ruang tunggu bandara sembari menatap langit pagi ini yang terlihat begitu cerah. Aku memang akan kembali ke Indonesian dengan penerbangan pagi.Ketika sedang asyik melamun, ingatanku kembali tertuju pada kejadian tadi malam tatkala Mr Alex, tiba-tiba berada di toilet, dan menyuruhku untuk menemuinya di ruang kerjanya.Akan tetapi, aku mengabaikan permintaan lelaki dewasa itu. Aku memilih bergegas pulang, dan menghindar darinya. Sungguh, aku tak lagi peduli, dengan apa yang akan dia katakan. Aku memilih pulang, meskipun, pesta perpisahan itu belum usai. Sejujurnya, aku pun tak terlalu nyaman di tengah keramaian pesta. Selain itu, selama aku bersekolah di sana, aku juga tidak banyak memiliki teman. Jadi, perpisahan ini, terasa biasa saja.Kuakui, aku tidak memiliki kenangan yang mendalam di sana. Satu-satunya kenangan yang membekas di hatiku, adalah kisah cintaku yang bertepuk sebelah tangan pada Mr Alex. Namun, aku juga sadar, mencintai seo

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 6

    "Maaf, Maaf untuk apa Kanaya?" tanya Mama Arumi, yang cukup terkejut mendengar permintaan maaf dariku.Aku pun menarik kedua sudut bibir, menyunggingkan senyum manis. Bersikap seolah, semuanya baik-baik saja. Ya, seharusnya begitu. Seharusnya semua memang baik-baik saja kalau aku tidak memulai perasaan konyol ini."Aku minta maaf nggak jadi nglanjutin kuliah di Singapore. Aku minta maaf, udah ngecewain Papa sama Mama."Mama pun tersenyum simpul, lalu mencubit pipiku gemas. "Kamu ini ada-ada aja deh. Mama sama Papa, 'kan cuma kasih saran. Selanjutnya, itu tergantung kamu. Kalau kamu nggak nyaman hidup sendiri, ngapain dilanjutin?"Jawaban bijak Mama, membuatku merasa tenang. Memang aku merasa bersalah tidak mengikuti permintaan mereka untuk melanjutkan study di Singapore. Namun, sebenarnya tujuan utama aku meminta maaf, bukan untuk itu. Aku meminta maaf, karena diam-diam mengagumi Papa Alan."Makasih ya, Ma. Mama tetap yang terbaik.""Udah, hal kaya gitu nggak usah dipikirin. Sekarang,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27

Bab terbaru

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 129

    Wanita itu duduk di sudut kamar, cahaya remang-remang dari lampu meja menyoroti wajahnya yang lelah. Matanya sembab, penuh jejak air mata yang seakan tak lagi bisa ditahan.Janji-janji manis yang dulu membuatnya terbang kini terasa seperti belati yang menusuk perlahan. Kata-kata penuh harapan berubah menjadi kebohongan yang membakar kepercayaannya. Ia terjebak dalam pusaran pikiran yang terus mengulang, “Mengapa aku percaya? Mengapa aku begitu bodoh?”"Kenapa aku bisa kehilangan uang sebanyak itu?"Kesunyian malam menjadi saksi bisu dari kekacauan yang bergejolak di dalam dirinya. Dia ingin berteriak, ingin melarikan diri dari rasa sakit ini, tetapi kakinya terasa lumpuh. Frustrasi itu menelannya hidup-hidup, membuatnya merasa kecil, rapuh, dan tak berdaya. Di balik amarah dan kecewa, ada luka dalam yang tak bisa ia sembuhkan seorang diri.Di tengah rasa sakit, dan hancur yang melanda dirinya, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Wanita itu tak menyahut, tapi detik berikutnya, pintu kama

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 128

    "Dia? Bukankah ...?""Kenapa dia ada di sini?"Kanaya bergumam lirih, sembari melontarkan berbagai pertanyaan di bibirnya. Namun, ketika Kanaya sedang hanyut dalam lamunannya, tiba-tiba ponselnya berdering, menandakan ada panggilan yang masuk.[Halo, iya, Pa.][Sayang, Papa udah di luar.][Oke, tunggu bentar ya, Pa. Aku lagi di toilet.]Setelah Kanaya menutup panggilan tersebut, ketika hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya."Naya ...!" Kanaya seketika menutup mata, tatkala mengenali suara yang memanggilnya. Padahal, dia sudah menghindar. Namun, entah mengapa, Arga selalu mengetahui keberadaan dirinya. Laki-laki itu, seolah memiliki radar untuk mengetahui di mana Kanaya berada.Kanaya pun menoleh, lalu tersenyum pada Arga yang kini sudah berdiri di depannya."Nay, aku anter, ya.""Nggak usah, aku udah dijemput Papa di depan. Aku keluar dulu ya, Kak," pamit Kanaya, lalu bergegas pergi meninggalkan Arga begitu saja."Kanaya, tunggu. Aku mau ng

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 127

    Keesokan Harinya ....Masa orientasi akhirnya berakhir. Saat ini, Kanaya sudah mulai menjalani aktivitas perkuliahan sebagai mahasiswa baru."Memang dia cantik, tapi apa bagusnya wanita kerempeng itu? Selera Arga benar-benar rendah," gumam Vanel, saat melihat Arga yang sedari tadi terus menatap Kanaya."Ini nggak bisa dibiarkan," sambungnya kembali, seraya menatap nanar pada keduanya. Apalagi kini Arga tampak berjalan mendekat ke arah Kanaya.Suasana kantin siang ini, cukup ramai dengan suara obrolan dan dentingan sendok garpu. Arga membawa nampan berisi makanan, lalu tersenyum ramah, dan duduk di depan Kanaya."Ini tempat favoritku, boleh nggak aku juga ikut gabung di sini?" sapa Arga, sambil menaruh nampan di meja.Kanaya yang sedang sibuk menyeruput jusnya sedikit terkejut, tetapi cepat-cepat tersenyum sopan. "Iya, Kak. Silakan, maaf kami nggak tahu kalau meja ini tempat favorit Kakak. Kalau gitu, kita pindah aja."Kanaya melirik pada dua orang temannya, Anya, dan Ocha. Namun, kedu

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 126

    Di saat itulah ponsel Arumi berbunyi. Lamunan Arumi pun tersentak, dia bergegas menghapus air mata yang mulai membasahi wajah, lalu mengangkat panggilan telepon tersebut.[Ya, halo.][Bu Arumi, Anda di mana? Ibu Anda ....][Oh iya sebentar, saya sudah sampai di hotel. Sebentar lagi saya ke atas.]Sebenarnya Arumi masih sangat penasaran dengan gerak-gerik Alan, dan Kanaya. Namun, untuk saat ini situasinya benar-benar tidak memungkinkan. Ada hal lebih penting yang harus dia lakukan.Arumi pun bergegas keluar dari restoran tersebut, menuju ke kamarnya, dan ketika dia baru saja membuka pintu kamar itu, Arumi melihat sosok ibunya kini sedang duduk di sofa dengan kepala tertunduk.Bahunya berguncang pelan, tanda ia sedang berusaha menahan tangis. Suara hujan di luar rumah menambah sunyi suasana.Sedangkan salah seorang pelayan hotel berdiri di sampingnya, memperhatikan Bu Dahlia dengan tatapan khawatir. Perlahan, Arumi mendekat dan duduk di samping sang ibu."Kamu boleh pergi, terima kasih

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 125

    "Pa, Oma."Belum sempat Kanaya melanjutkan perkataannya, Alan menarik tangan Kanaya bergegas pergi. Setelah sebelumnya, mengucapkan terima kasih terlebih dulu pada petugas hotel yang masih berdiri di depannya."Terima kasih.""Sama-sama, Tuan.""Kenapa Pa?""Cepat berkemas, kita pulang sekarang, Naya." Sementara itu, di dalam sebuah kamar hotel,tangan Bu Dahlia tampak gemetar, memeluk lututnya seakan berusaha menahan rasa sakit yang menghimpit dadanya.Napasnya pendek dan terputus-putus, sesekali disertai isakan yang teredam. Wajahnya pucat, mencerminkan kelelahan emosional yang tak terkatakan. Pikirannya berputar-putar, mengulang kata-kata yang baru saja melukai hatinya.Dia berusaha berdiri, tapi lututnya lemah. Dunia di sekitarnya terasa hampa dan sepi. Semua kenangan yang dulu membuatnya bahagia kini terasa seperti belati yang menusuk tanpa ampun. Dalam keheningan, suara tangisnya menjadi satu-satunya penanda bahwa dia masih hidup, meskipun hatinya telah hancur berkeping-keping

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 124

    "Ma, kita nginep semalam dulu di sini ya. Mama tenangkan diri Mama, biar rileks. Jangan sampe kita pulang dalam keadaan kaya gini, bisa-bisa nanti Papa curiga," ujar Arumi, saat mobil yang mereka naiki, sampai di sebuah hotel. Bu Dahlia, hanya terdiam, seolah pasrah dengan keinginan Arumi. Karena dia pun sebenarnya tahu, menenangkan diri hanyalah salah satu alasan Arumi.Sedangkan alasan yang sebenarnya dia memilih untuk menginap adalah untuk berjalan-jalan, sekaligus belanja."Di hotel ini juga ada fasilitas spa, kalau Mama mau, nanti aku temani.""Mama, mau istirahat di kamar aja, Arumi. Mama lagi nggak pengen ke mana-mana. Kalau kamu mau keluar, kamu bisa sendiri, 'kan?""Beneran Mama nggak apa-apa sendirian?" timpal Arumi cemas. Sebenarnya ada rasa tidak tega meninggalkan Bu Dahlia dalam keadaan seperti ini sendiri. Bu Dahlia pun menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa. Mungkin, Mama juga butuh waktu buat sendiri." "Ya udah, nanti aku keluar sendiri aja. Kita sekarang check in dul

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 123

    Seorang bocah kecil, berjinjit keluar dari kamar mandi. Setelah masuk ke kamarnya, bocah kecil itu membuka lemari, melihat-lihat pakaian di dalam lemari tersebut yang jumlahnya tidak terlalu banyak."Kanaya mau pake baju apa ya?" Bocah itu kemudian menutup lemari tersebut, lalu memandang dirinya di cermin."Kaca ajaib, bagusnya Naya hari ini pake baju apa ya?" tanya bocah tersebut. Keningnya berkerut dengan ekpresi lucu, seolah sedang bertanya pada cermin ajaib yang ada di depannya untuk memilih pakaian yang ada.Padahal Kanaya tahu, dia tidak memiliki baju yang banyak. Apalagi baju bagus. Memang bisa dikatakan, Kanaya sangat jarang membeli pakaian. Kalaupun ada pakaian bagus yang dikenakannya, bisa dipastikan pakaian itu adalah pemberian dari tetangga. Namun, Kanaya selalu senang memakainya dan tidak pernah mengeluh."Baik cermin ajaib, aku ngerti kok. Kamu pasti suruh aku pake baju itu lagi, aku ngerti kok kalo pake baju itu, aku kaya princes."Kanaya terkekeh, kemudian membuka le

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 122

    "Jadi, Mama masih ragu sama Kanaya? Mama takut kalau kisah masa lalu juga kembali terulang?" sahut Arumi, saat melihat Bu Dahlia masih saja terlihat ragu, dan cemas. Bu Dahlia tak menjawab, hanya memejamkan mata, sembari menahan gemuruh di dada. Perasaannya begitu berkecamuk. Padahal biasanya dia tak seperti ini.Ada begitu banyak ketakutan yang tak pernah Bu Dahlia rasakan sebelumnya, kini justru memenuhi isi otak, dan hatinya. Setelah puluhan tahun hidupnya merasa tenang, tanpa harus mencemaskan apapun. Namun, hal tersebut tak lagi dirasakannya sekarang. Sebenarnya, semua kekhawatiran ini bermula setelah melihat gelagat Arumi dalam berumah tangga. Sejak itulah, Bu Dahlia sudah merasakan firasat yang buruk. Hari demi hari Bu Dahlia lalui sembari menahan kecemasan. Dia benar-benar takut, apa yang menimpa dirinya juga terjadi pada rumah tangga Arumi, dan benar saja, tak berselang lama setelah firasat buruk itu selalu menghantuinya, Alan pun menceraikan Arumi.Meskipun sebenarnya Bu

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 121

    Malamnya ...."Habis telepon siapa, Pa?" tanya Kanaya pada Alan yang baru saja menelepon anak buahnya.Malam ini, mereka memang sudah berada di Bandung. Setelah Pak Rama pulang, keduanya tak mau membuang banyak waktu, dan segera berkemas menuju ke Bandung. Apalagi, saat dalam perjalanan, tiba-tiba Pak Rama menghubungi, dan mengatakan jika Arumi, dan Bu Dahlia juga besok akan melakukan perjalanan menuju ke Bandung. Keduanya kian dirundung penasaran, tentang apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh Arumi, dan juga Bu Dahlia."Anak buahku. Tadi Papa kasih tahu kalo Mama sama Oma kamu mau berangkat pukul tujuh pagi. Jadi kusuruh anak buahku buat stay di depan rumah mereka, setengah jam sebelum mereka berangkat."Kanaya pun mengangguk. "Semoga ada petunjuk mengenai kepergian mereka ke Bandung.""Iya, nanti kalau mereka sudah memasuki kawasan Bandung, anak buahku akan memberi tahu arah tujuan mereka.""Padahal, mereka juga tahu kalau kita lagi ada di Bandung loh!" timpal Kanaya, sontak penu

DMCA.com Protection Status