Share

Bab 124

Author: Miss Secret
last update Huling Na-update: 2025-01-07 04:59:32

"Ma, kita nginep semalam dulu di sini ya. Mama tenangkan diri Mama, biar rileks. Jangan sampe kita pulang dalam keadaan kaya gini, bisa-bisa nanti Papa curiga," ujar Arumi, saat mobil yang mereka naiki, sampai di sebuah hotel.

Bu Dahlia, hanya terdiam, seolah pasrah dengan keinginan Arumi. Karena dia pun sebenarnya tahu, menenangkan diri hanyalah salah satu alasan Arumi.

Sedangkan alasan yang sebenarnya dia memilih untuk menginap adalah untuk berjalan-jalan, sekaligus belanja.

"Di hotel ini juga ada fasilitas spa, kalau Mama mau, nanti aku temani."

"Mama, mau istirahat di kamar aja, Arumi. Mama lagi nggak pengen ke mana-mana. Kalau kamu mau keluar, kamu bisa sendiri, 'kan?"

"Beneran Mama nggak apa-apa sendirian?" timpal Arumi cemas. Sebenarnya ada rasa tidak tega meninggalkan Bu Dahlia dalam keadaan seperti ini sendiri.

Bu Dahlia pun menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa. Mungkin, Mama juga butuh waktu buat sendiri."

"Ya udah, nanti aku keluar sendiri aja. Kita sekarang check in dul
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 125

    "Pa, Oma."Belum sempat Kanaya melanjutkan perkataannya, Alan menarik tangan Kanaya bergegas pergi. Setelah sebelumnya, mengucapkan terima kasih terlebih dulu pada petugas hotel yang masih berdiri di depannya."Terima kasih.""Sama-sama, Tuan.""Kenapa Pa?""Cepat berkemas, kita pulang sekarang, Naya." Sementara itu, di dalam sebuah kamar hotel,tangan Bu Dahlia tampak gemetar, memeluk lututnya seakan berusaha menahan rasa sakit yang menghimpit dadanya.Napasnya pendek dan terputus-putus, sesekali disertai isakan yang teredam. Wajahnya pucat, mencerminkan kelelahan emosional yang tak terkatakan. Pikirannya berputar-putar, mengulang kata-kata yang baru saja melukai hatinya.Dia berusaha berdiri, tapi lututnya lemah. Dunia di sekitarnya terasa hampa dan sepi. Semua kenangan yang dulu membuatnya bahagia kini terasa seperti belati yang menusuk tanpa ampun. Dalam keheningan, suara tangisnya menjadi satu-satunya penanda bahwa dia masih hidup, meskipun hatinya telah hancur berkeping-keping

    Huling Na-update : 2025-01-07
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 126

    Di saat itulah ponsel Arumi berbunyi. Lamunan Arumi pun tersentak, dia bergegas menghapus air mata yang mulai membasahi wajah, lalu mengangkat panggilan telepon tersebut.[Ya, halo.][Bu Arumi, Anda di mana? Ibu Anda ....][Oh iya sebentar, saya sudah sampai di hotel. Sebentar lagi saya ke atas.]Sebenarnya Arumi masih sangat penasaran dengan gerak-gerik Alan, dan Kanaya. Namun, untuk saat ini situasinya benar-benar tidak memungkinkan. Ada hal lebih penting yang harus dia lakukan.Arumi pun bergegas keluar dari restoran tersebut, menuju ke kamarnya, dan ketika dia baru saja membuka pintu kamar itu, Arumi melihat sosok ibunya kini sedang duduk di sofa dengan kepala tertunduk.Bahunya berguncang pelan, tanda ia sedang berusaha menahan tangis. Suara hujan di luar rumah menambah sunyi suasana.Sedangkan salah seorang pelayan hotel berdiri di sampingnya, memperhatikan Bu Dahlia dengan tatapan khawatir. Perlahan, Arumi mendekat dan duduk di samping sang ibu."Kamu boleh pergi, terima kasih

    Huling Na-update : 2025-01-08
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 127

    Keesokan Harinya ....Masa orientasi akhirnya berakhir. Saat ini, Kanaya sudah mulai menjalani aktivitas perkuliahan sebagai mahasiswa baru."Memang dia cantik, tapi apa bagusnya wanita kerempeng itu? Selera Arga benar-benar rendah," gumam Vanel, saat melihat Arga yang sedari tadi terus menatap Kanaya."Ini nggak bisa dibiarkan," sambungnya kembali, seraya menatap nanar pada keduanya. Apalagi kini Arga tampak berjalan mendekat ke arah Kanaya.Suasana kantin siang ini, cukup ramai dengan suara obrolan dan dentingan sendok garpu. Arga membawa nampan berisi makanan, lalu tersenyum ramah, dan duduk di depan Kanaya."Ini tempat favoritku, boleh nggak aku juga ikut gabung di sini?" sapa Arga, sambil menaruh nampan di meja.Kanaya yang sedang sibuk menyeruput jusnya sedikit terkejut, tetapi cepat-cepat tersenyum sopan. "Iya, Kak. Silakan, maaf kami nggak tahu kalau meja ini tempat favorit Kakak. Kalau gitu, kita pindah aja."Kanaya melirik pada dua orang temannya, Anya, dan Ocha. Namun, kedu

    Huling Na-update : 2025-01-08
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 128

    "Dia? Bukankah ...?""Kenapa dia ada di sini?"Kanaya bergumam lirih, sembari melontarkan berbagai pertanyaan di bibirnya. Namun, ketika Kanaya sedang hanyut dalam lamunannya, tiba-tiba ponselnya berdering, menandakan ada panggilan yang masuk.[Halo, iya, Pa.][Sayang, Papa udah di luar.][Oke, tunggu bentar ya, Pa. Aku lagi di toilet.]Setelah Kanaya menutup panggilan tersebut, ketika hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya."Naya ...!" Kanaya seketika menutup mata, tatkala mengenali suara yang memanggilnya. Padahal, dia sudah menghindar. Namun, entah mengapa, Arga selalu mengetahui keberadaan dirinya. Laki-laki itu, seolah memiliki radar untuk mengetahui di mana Kanaya berada.Kanaya pun menoleh, lalu tersenyum pada Arga yang kini sudah berdiri di depannya."Nay, aku anter, ya.""Nggak usah, aku udah dijemput Papa di depan. Aku keluar dulu ya, Kak," pamit Kanaya, lalu bergegas pergi meninggalkan Arga begitu saja."Kanaya, tunggu. Aku mau ng

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 129

    Wanita itu duduk di sudut kamar, cahaya remang-remang dari lampu meja menyoroti wajahnya yang lelah. Matanya sembab, penuh jejak air mata yang seakan tak lagi bisa ditahan.Janji-janji manis yang dulu membuatnya terbang kini terasa seperti belati yang menusuk perlahan. Kata-kata penuh harapan berubah menjadi kebohongan yang membakar kepercayaannya. Ia terjebak dalam pusaran pikiran yang terus mengulang, “Mengapa aku percaya? Mengapa aku begitu bodoh?”"Kenapa aku bisa kehilangan uang sebanyak itu?"Kesunyian malam menjadi saksi bisu dari kekacauan yang bergejolak di dalam dirinya. Dia ingin berteriak, ingin melarikan diri dari rasa sakit ini, tetapi kakinya terasa lumpuh. Frustrasi itu menelannya hidup-hidup, membuatnya merasa kecil, rapuh, dan tak berdaya. Di balik amarah dan kecewa, ada luka dalam yang tak bisa ia sembuhkan seorang diri.Di tengah rasa sakit, dan hancur yang melanda dirinya, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Wanita itu tak menyahut, tapi detik berikutnya, pintu kama

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 130

    Keesokan Harinya ....Di depan sebuah sekolah yang ramai. Seorang pria, berusia hampir40-an, mengenakan kemeja rapi yang terlihat sederhana, berdiri di samping seorang perempuan muda, berusia 18 tahunan, dengan rambut diikat dan mengenakan pakaian casual, tapi anggun. Mereka sedang menunggu di dekat gerbang sekolah.Tak berapa lama, seorang anak laki-laki keluar dari kerumunan siswa, dengan ransel besar di punggungnya, dan tersenyum lebar ketika melihat kedua sosok yang menunggu."Papa ... Kak Naya ...!" Pria itu merendahkan tubuhnya untuk menyambut sang anak, lalu mengacak-acak rambutnya dengan kasih sayang. Begitu pula, perempuan di sampingnya yang juga memberikan senyuman hangat."Seneng banget deh, bisa dijemput Kak Naya sama Papa.""Kita makan siang bareng ya, kebetulan jam kuliah Kak Naya hari ini kosong, diganti hari yang lain.""Hore ... makan siangnya, Kenan yang pilih ya!" pekik bocah tersebut.Alan, dan Kanaya pun mengangguk. Mereka bertiga kemudian berjalan ke arah mobil,

    Huling Na-update : 2025-01-10
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 131

    Malam itu, hujan turun rintik-rintik, menambah keheningan yang mencekam di dalam sebuah kamar.Arumi berdiri, di jendela tepi balkon kamar. Tangannya yang menggenggam ponsel, tampak bergetar. Matanya terpaku pada pemandangan di layar ponsel, di mana Alan, pria yang selama ini dia yakini sangat mencintainya, saling menindih dengan wanita yang sudah dia angkat sebagai putrinya sendiri.Detik itu, dia melihat bagaimana tangan Alan menyentuh wajah Kanaya dengan lembut. Lalu, tanpa ragu, pria itu mendekat dan mencium wanita tersebut. Ciuman yang penuh kehangatan, ciuman yang dulu hanya dia miliki.Dunia seakan runtuh di hadapannya. Jantungnya berdegup kencang. Namun, entah mengapa tubuhnya terasa beku, tak mampu bergerak. Matanya panas, air mata mendesak keluar, tetapi ia menahannya sekuat tenaga. Ia tak ingin membuat suara, tak ingin merusak momen itu.Perasaan sakit menyeruak, seperti ribuan jarum menusuk hatinya. Dia ingin berteriak, meluapkan emosi yang membuncah. Namun, yang keluar ha

    Huling Na-update : 2025-01-10
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 132

    Di dalam kamar tidur yang gelap dengan hanya sedikit cahaya bulan yang masuk melalui jendela.Suasana tampak hening, tapi penuh ketegangan. Suara jam berdetak menjadi latar belakang yang menambah kesan sunyi.Pak Rama, masih duduk di tepi tempat tidur, matanya terbuka lebar meskipun malam sudah larut. Dia tampak memikirkan sesuatu, alisnya berkerut, dan tatapannya kosong, tetapi sesekali melirik istrinya yang sedang tidur gelisah di sampingnya.Tiba-tiba, Bu Dahlia berteriak keras dalam tidurnya. "Tidak! Jangan ... aku tidak bermaksud ...!"Bu Dahlia terbangun dengan napas terengah-engah. Wajahnya berkeringat, matanya membelalak, jelas sekali ia baru saja mengalami mimpi buruk. Dia kemudian duduk di tepi ranjang, mengusap wajah dengan kedua tangannya, mencoba menenangkan diri.Pak Rama menoleh cepat, tetapi dia tetap duduk diam, memerhatikan istrinya dengan pandangan curiga.Pak Rama mulai membuka suara dengan nada tenang, tetapi penuh intimidasi. "Apa yang kamu mimpikan, Dahlia? Kede

    Huling Na-update : 2025-01-11

Pinakabagong kabanata

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 243

    Rain melirik Arumi, kekasihnya, yang tampak sendu saat menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Tatapan wanita itu kosong, seolah pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Rain mengeratkan genggamannya di tangan Arumi, mencoba mengalirkan kehangatan, tetapi Arumi tetap terpaku.Alan, mantan suami Arumi, duduk dengan tenang di seberang mereka, mengucapkan ijab kabul dengan suara mantap. Setiap kata yang keluar dari bibir pria itu seperti bilah pisau yang mengiris perasaan Arumi. Rain bisa merasakan tarikan napas berat dari kekasihnya, seolah dia sedang berjuang keras menahan sesuatu di dalam hatinya.Rain tahu, meski kini Arumi adalah miliknya, ada bagian dari hati wanita itu yang masih berdamai dengan luka lama, dan di momen ini, Rain yakin, luka itu kembali menganga.Wanita itu masih terpaku menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Wajahnya terlihat tenang, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang sulit diartikan.Perlahan, Rain meraih tangan Arumi, menggenggamnya dengan lembut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 242

    Pagi ini, mentari bersinar lembut, menyapa dengan kehangatan yang membalut langit dalam semburat jingga keemasan. Angin sepoi-sepoi berbisik di antara dedaunan, menyertai aroma bunga-bunga segar yang menghiasi pelataran rumah besar tempat pernikahan Kanaya berlangsung.Kanaya baru saja selesai dirias. Wajahnya tampak begitu cantik dengan balutan make-up pernikahan yang sempurna. Dia menatap bayangannya di cermin, mengagumi bagaimana setiap detail dirancang untuk hari istimewanya. Jemarinya perlahan merapikan gaun yang membalut tubuhnya, memastikan segalanya tampak sempurna.Senyum manisnya merekah seperti mawar yang baru bermekaran. Matanya berbinar, mencerminkan harapan dan kebahagiaan yang memenuhi hatinya. Hari ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya, dan dia siap melangkah dengan penuh keyakinan.Saat ini, gadis itu berdiri di depan cermin dengan gaun pengantinnya yang anggun. Jemarinya sedikit gemetar saat merapikan kerudung yang menjuntai indah. Dia menatap bayangannya de

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 241

    Di sudut taman rumah sakit jiwa, di bawah pohon kamboja yang bunganya mulai berguguran, seorang wanita tua duduk sendiri di bangku besi yang mulai berkarat.Rambutnya kusut, sebagian telah memutih, dan gaun lusuh yang dia kenakan tampak terlalu besar untuk tubuhnya yang semakin kurus. Namun, ada sesuatu yang menenangkan dalam caranya duduk, tenang, dan anggun, seolah dunia yang dulu pernah menghancurkannya kini tak lagi punya kuasa atasnya.Dia tersenyum, senyum yang bukan dibuat-buat. Senyum yang bukan karena bahagia, tetapi karena menerima. Matanya kosong, tapi di kedalaman sorotnya, ada sesuatu yang sulit dijelaskan—keikhlasan. Seakan semua luka, semua kepedihan yang pernah membawanya ke tempat ini, telah dia genggam, lalu dia lepaskan dengan ringan.Angin sore berembus lembut, mengayun ujung selendangnya yang lusuh. Beberapa pasien lain berjalan mondar-mandir di taman itu, beberapa berbicara sendiri, beberapa hanya diam seperti patung. Namun, Bu Dahlia berbeda, dia tidak berbicara

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 240

    Hujan turun dengan lembut, membasahi dedaunan di halaman rumah Rain. Hawa dingin menyusup melalui celah jendela, menciptakan suasana sendu yang seolah menggambarkan isi hatinya.Sudah beberapa hari sejak Arumi kembali, kepulangannya tidak seperti yang diharapkan Rain. Wanita yang dia cintai selalu berdiri di depannya dengan tatapan kosong, tak lagi mengenalnya, tak lagi mengingat kisah mereka. Yang lebih menyakitkan, ingatan yang tersisa justru tentang pria lain, mantan suaminya, Alan.Hal tersebut, membuat Rain ragu untuk menemui Arumi, dan beberapa hari terakhir, dia memilih tak datang ke rumah kekasihnya. Padahal Arumi sudah menunggunya. Malam itu, Arumi pun memutuskan untuk datang ke rumah Rain. Gadis itu berdiri di ambang pintu, mengetuk pelan pintu rumah tersebut. Lalu, tak berapa lama, pintu itu pun terbuka, dan Bu Hani berdiri di depannya."Selamat malam, Bu.""Oh Arumi, ayo masuk, Nak." Bu Hani menyuruh Arumi masuk ke dalam rumah dengan lembut, sambil memperhatikan wajah ga

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 239

    Arumi menatap secangkir cappuccino di hadapannya, uap hangat mengepul pelan, seolah menari di udara. Namun, pikirannya jauh lebih dingin dan berkabut daripada minuman itu. Di depannya, Kanaya duduk dengan tenang, sesekali mengaduk minumannya tanpa benar-benar meminumnya."Jadi ...." Arumi membuka suara, suaranya terdengar ragu. "Apa aku benar-benar mencintainya?"Kanaya mengangkat wajahnya, menatap kakak tirinya dengan sorot lembut tapi penuh berhati-hati. "Yang aku tahu, kalian sudah menjalin hubungan cukup lama. Kalau tentang bagaimana perasaanmu padanya, aku nggak tahu."Arumi mengangguk pelan, mencoba mencerna kata-kata itu. Kekasih, kata itu terdengar begitu asing. Dia menggigit bibir, menatap jemarinya sendiri yang menggenggam sendok kecil. "Tapi, aku sama sekali nggak ingat sedikitpun tentang dia. Bahkan, saat berada di sampingnya tak ada sama sekali getaran layaknya orang jatuh cinta."Kanaya menghela napas. "Itu wajar. Amnesiamu membuatmu melupakan banyak hal. Tapi Rain ....

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 238

    Arumi terdiam di dalam mobil yang berhenti di depan rumah megah itu, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi bukan itu yang membuatnya gemetar, melainkan ketakutan yang mencengkeram hatinya. Setelah sekian lama, akhirnya dia memberanikan diri datang ke rumah mantan mertuanya, tempat Kenan kini tinggal.Di sampingnya, Kanaya menyentuh lengannya pelan. “Kak, kalau belum siap, kita bisa balik,” bisiknya, suaranya lembut tapi penuh dukungan. Kayana mengatakan itu bukannya tanpa alasan, karena pesan yang dikirimkan Alan pun terlihat ambigu.Alan tak mengatakan Kenan mau bertemu dengan Arumi atau tidak, hanya menyuruh mereka untuk datang.Arumi menghela napas panjang. “Aku harus melakukan ini, Nay. Aku sudah terlalu lama membiarkan jarak di antara kami.”Kanaya mengangguk, meski dia tahu ini tidak akan mudah. Dia tahu, Kenan, yang selama ini menyimpan luka dan kebencian, mungkin tidak akan menerima Arumi begitu saja dengan mudah.Keduanya pun turun dari

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 237

    Alan dan Bu Sinta duduk berhadapan dengan Kenan di ruang tengah. Wajah mereka penuh harap, sementara Kenan menundukkan kepala, tangannya erat menggenggam mobil-mobilan birunya.“Mama mau ketemu kamu, Kenan.”Suara Bu Sinta terdengar lembut, seolah takut membuatnya marah. Namun, Kenan menggeleng cepat. “Nggak mau.”Anak itu masih menolak, meskipun sudah lama dia tak bertemu dengan Arumi. Alan sebenarnya paham, memang hal tersebut membuat luka yang besar di dalam hati. Kejadian itu memang sudah lama berlalu, tapi Kenan masih ingat malam itu, di mana dia melihat Arumi bermesraan dengan pria lain yang bukan ayahnya. Meskipun sebenarnya laki-laki itu adalah ayah kandungnya sendiri. Namun, Kenan tak mengetahui itu, yang Kenan tahu, ayah kandungnya hanyalah Alan.Sejak saat itu, Arumi menjadi sesuatu yang asing baginya. Kenan seolah membuat jauh-jauh wanita itu dalam hidupnya.“Tapi, Kenan. Mama Arumi kangen sama kamu,” bujuk Bu Sinta lagi. Meskipun Bu Sinta tak terlalu menyukai Arumi. Nam

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 236

    Di dalam kamar milik Arumi yang berwarna pastel dengan pencahayaan temaram dari lampu meja, Arumi dan Kanaya, duduk di atas sofa. Arumi bersandar pada sofa tersebut, sementara Kanaya duduk dengan gelagat canggung di sampingnya, memainkan ujung pakaian yang dia kenakan dengan jemarinya.Kanaya tak tahu apa yang akan Arumi bicarakan. Sejujurnya di dalam hati Kanaya, ada rasa cemas dengan apa yang akan dikatakan oleh Arumi. Kanaya menggigit bibirnya, menahan perasaan yang campur aduk.Sedangkan Arumi, menghela napas pelan, menatap langit-langit sejenak sebelum mengalihkan pandangannya pada Kanaya."Aku minta maaf ...."Suara lirih Arumi memutus keheningan. Matanya kini tampak berkaca-kaca, menggenggam gelas kopi yang mulai mendingin. Beberapa minggu terakhir adalah mimpi buruk baginya—kehilangan ingatan, perasaan kacau, dan prasangka yang salah terhadap Kanaya."Minta maaf untuk apa, Kak?"Kanaya menatap Arumi dengan sabar, meskipun jelas ada luka di matanya. Arumi menarik napas dalam, m

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 235

    Arumi menatap wajah lelaki paruh baya di depannya dengan mata nanar. Ayahnya baru saja menceritakan tentang siapa dirinya sebelum amnesia merenggut sebagian ingatannya. Namun, alih-alih menemukan ketenangan, yang dia rasakan justru kesedihan yang begitu dalam.Apalagi saat mengetahui jika ternyata ibunya masuk rumah sakit jiwa akibat tekanan batin karena telah berbuat jahat pada ibu kandung Kanaya sampai meninggal. Arumi benar-benar tak menyangka jika kehidupan masa lalunya seburuk itu."Dulu Mama kamu juga sengaja suruh kamu buat angkat Kanaya sebagai anak, beberapa hari setelah ibunya Kanaya meninggal. Dia melakukan itu karena merasa bersalah, apalagi saat itu Kanaya juga menjadi gelandang."Arumi memejamkan mata, hatinya seakan teriris mendengar penuturan demi penuturan ayahnya yang terasa begitu menyakitkan."Jadi, aku dulu seperti itu?" Suara Arumi bergetar, nyaris tak terdengar.Pak Rama mengangguk perlahan, wajahnya penuh luka yang tak kasat mata. "Kau pernah menjadi wanita yan

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status