Share

Bab 179

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2025-02-08 18:56:22

Langit mendung menggantung rendah, seolah ikut menekan dada Alan yang dipenuhi amarah. Tangannya mencengkeram erat setir mobil, sementara kakinya menginjak pedal gas dengan kasar.

Jalanan di depan terasa sempit, padahal itu hanyalah perasaannya yang terbakar. Klakson berbunyi nyaring, bukan karena keadaan darurat, tetapi karena hatinya yang tak mampu lagi menahan gejolak emosi.

Alan yang begitu diselimuti amarah, menyalip sebuah mobil di depannya dengan gerakan tajam, hampir menyerempet trotoar.

Alan kemudian membentak sambil menekan klakson berulang kali. "Dasar brengsek! Bodoh, kalian!" umpat Alan kembali, sembari menghela napas kasar, jari-jarinya mengetuk-ngetuk setir dengan geram.

Detak jantung Alan masih berpacu cepat. Amarah di dadanya belum reda, justru semakin menyala seiring dengan ketidaksabaran yang menggumpal.

Beberapa saat kemudian, Alan yang masih diselimuti amarah pun akhirnya sampai di rumah orang tuanya.

Matahari mulai condong ke barat ketika Alan turun dari mobil,
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 180

    Perasaan Bu Sinta sungguh berkecamuk saat melihat wajah Alan yang kusut, matanya sembab, seperti baru saja menahan beban yang begitu berat. Dengan napas berat, dia menundukkan kepala, kedua tangannya meremas jemarinya sendiri.Sedangkan dirinya hanya bisa menatap dengan tatapan penuh kasih, sekaligus cemas."Alan, jangan ada yang kamu tutupi dari Mama, Nak."Alan menelan ludah, mencoba mengumpulkan keberanian. Suaranya bergetar saat ia mulai berbicara."Ma, beberapa saat yang lalu, aku melakukan tes DNA pada Kenan."Mulut Bu Sinta seketika terngaga. "A-apa, tes DNA? Tapi untuk apa? Kamu nggak yakin kalau Kenan itu anak kandungmu ...?""Dan hasilnya dia bukan darah dagingku … anak yang selama ini kupeluk, dan kebesaran ternyata bukan anak kandungku."Alan seketika kembali terisak. Suasana hening. Waktu seakan berhenti. Bu Sinta terkejut, matanya membesar, lalu mengerutkan kening seakan memastikan ia tidak salah dengar."Apa maksudmu, Alan? Kamu jangan nglantur. Kamu salah ngomong, 'kan

    Last Updated : 2025-02-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 181

    Beberapa Bulan Sebelumnya ....Di tengah derasnya badai salju yang mengguncang kota Shanghai, Rain melangkah tertatih di trotoar yang hampir tertutup sepenuhnya oleh tumpukan salju. Angin dingin menusuk hingga ke tulang, membuat setiap napas terasa berat.Di bawah terik matahari yang menyengat, seorang laki-laki berjalan tanpa arah di trotoar kota yang ramai.Bajunya yang kusut tertutup sebuah mantel, langkahnya gontai, dan wajahnya penuh dengan kelelahan yang tak hanya berasal dari tubuh, tapi juga dari jiwanya yang hancur. Tatapan orang-orang yang melintas hanya sesaat singgah padanya, penuh curiga dan kasihan, lalu berlalu seolah dia tak lebih dari bayangan yang mengusik kenyamanan dunia mereka.Setelah kejadian menyakitkan tepat seminggu yang lalu, Rain kini lontang lantung menjadi gelandangan di negeri orang, dia sendirian. Sedangkan asistennya sudah dia suruh pulang, karena istrinya akan melahirkan.Asisten Rain pulang dengan menggunakan sisa tabungan milik Rain yang dia miliki.

    Last Updated : 2025-02-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 182

    "Apakah Stela yang melakukan itu?" gumam Rain, menyebut sebuah nama yang beberapa waktu ini dia curigai, seraya memegang kemudi dengan erat.Stela Wang, sosok wanita berdarah Tiongkok yang dikenalnya beberapa bulan lalu. Stela merupakan cucu dari seorang pria paruh baya bernama Wang Xi Zhu, yang pernah Rain tolong ketika terjadi badai.Setelah berkenalan dengan keluarga bermarga Wang tersebut, kehidupan Rain berubah. Rain yang sudah tak memiliki uang sama sekali, diminta tinggal di apartemen kosong milik keluarga kaya tersebut.Tak hanya itu, setelah mengetahui jika Rain adalah seorang fotografer, dia diminta untuk memegang studio milik keluarga mereka yang terabaikan, karena sibuk mengutamakan bisnis yang lain.Berkat kerja keras Rain, serta dukungan dari Stela, dan Kakek Wang, studio tersebut pun hidup kembali. Setelah kerja kerasnya membuahkan hasil, Rain pulang ke Indonesia, untuk membuka studio, dan cabang bisnis yang lain.Sedangkan studio yang awalnya dia pegang di Shanghai, Ra

    Last Updated : 2025-02-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 183

    "Mengapa kau melakukan ini, Stela? Jelaskan kenapa kau membuat nama baikku hancur?" "A-ku nggak bermaksud ...." "Nggak bermaksud? Bukankah buktinya sudah sangat nyata? Kau mau mengelak apa lagi, Stela?" Mata Stela tampak berkaca-kaca. "A-aku hanya ... aku hanya nggak ingin kehilanganmu."Rain tertawa sinis, penuh luka. "Apa kau bilang? Kehilangan aku? Aku benar-benar nggak ngerti maksud kamu, Stela. Kau sudah mendorongku ke jurang yang paling dalam, lalu kami bilang kamu nggak pengen kehilangan aku? Kehilangan apa yang kau maksud, hah?""Rain, aku nggak bisa nyimpan ini lagi. Aku mencintaimu! Aku udah lama nunggu waktu yang tepat, tapi aku sadar nggak ada waktu yang benar-benar sempurna. Aku ingin kamu tahu, kalau sejak awal kita ketemu, aku udah tertarik sama kamu. Setiap detik yang kita lewati bersama, selalu berharga buatku. Aku ingin ada di sisimu, ingin membuatmu bahagia … Aku benar-benar mencintaimu dengan tulus!" papar Stela dengan suara mantap, penuh keberanian.Stela menat

    Last Updated : 2025-02-10
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 184

    Kening Alan mengernyit. "Siapa yang datang, Sayang?""Rain ....""Rain?" sahut Alan, tak menyangka jika laki-laki tersebut, sampai berbuat senekad itu datang ke rumah sakit, untuk menemui Kanaya."Ya, beberapa saat setelah kamu pergi, dia tiba-tiba masuk ke ruangan ini.""Lalu, apa yang dia lakukan? Kamu baik-baik aja, 'kan? Dia nggak nyakitin kamu, 'kan?" Kanaya menggeleng sembari tersenyum simpul. "Nggak, dia cuma tanya apa kita yang menyebarkan tentang foto itu.""Terus kamu jawab apa?" sahut Alan penasaran. "Aku jawab kami nggak tahu apapun, karena kami nggak mau mencampuri kehidupan mereka. Lagi pula, sudut pandang foto-foto tersebut, banyak yang diambil dari ponsel Rain sendiri. Begitu pula dengan rekaman CCTV di apartemen itu. Kita juga sama sekali nggak tahu di mana apartemennya bukan? Jadi, nggak mungkin kita mengambil rekaman di apartemen tersebut.""Jawaban kamu udah benar, Sayang. Pacar aku emang pinter."Alan mengacak-acak rambut Kanaya, lalu mengecup keningnya. "Aku sa

    Last Updated : 2025-02-10
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 185

    Kamar itu terasa dingin, padahal cuaca pagi ini begitu cerah. Lampu kecil di sudut ruangan masih menyala, tetapi Arumi tidak ada di sana.Selimut kusut, dan ponselnya tergeletak di atas ranjang. Rain melangkah lebih dekat, mencoba mencari petunjuk. Tidak ada tas atau jaket yang hilang. Jendela kamar sedikit terbuka, membuat semilir angin masuk perlahan, menggoyangkan tirai putih tipis yang menari dengan sunyi.Dada Rain mulai sesak. Rain duduk di sudut kamar, menatap ponsel yang sejak tadi bisu. Ponsel tersebut, ponsel baru milik Arumi yang dibelikan oleh Pak Rama, setelah laki-laki paruh baya itu berpura-pura jika ponsel Arumi rusak.Rain mengingat kembali percakapan terakhir dengannya. Tak ada pertengkaran, tak ada tanda-tanda jika dia akan pergi. Lalu, mengapa? Mengapa Arumi tiba-tiba menghilang?"Ada apa, Rain? Di mana Arumi?" tanya Pak Rama yang kini sudah berdiri di ambang pintu.Rain menoleh, lalu berkata, "Saat saya masuk ke kamar ini, Arumi udah nggak ada di sini" A-apa maks

    Last Updated : 2025-02-11
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 186

    Beberapa Jam Sebelumnya ....Di tengah sunyi, menjelang dini hari, Arumi duduk di balkon, menatap rembulan yang menggantung sendu di langit. Cahaya temaramnya seolah mengerti luka yang bersemayam di hatinya—luka yang tak bisa ia suarakan, hanya bisa dia rasakan.Semalaman ini, dia memang tak bisa terlelap, setelah melihat bagaimana interaksi Alan, dan Kanaya di rumah sakit. Rasanya sungguh sangat sulit memejamkan mata di saat seluruh indra di tubuhnya bergejolak, menahan kecamuk di dada.Hati Arumi remuk, bukan karena perpisahan semata, tetapi karena harapan yang dia titipkan pada seseorang yang ternyata tak lagi bisa menggenggamnya. Rasanya begitu berat melepas seseorang yeng baru saja dia cintai dengan segenap jiwa. Memang selama ini, dia yang salah, Arumi selalu menjunjung tinggi egonya hingga pernikahan itu hancur.Arumi baru menyadari, setelah Alan pergi, ternyata dunia tak lagi sama. Lagu-lagu yang dulu indah kini hanya jadi gema menyakitkan. Tempat-tempat yang dulu penuh kenan

    Last Updated : 2025-02-11
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 187

    Suasana rumah sakit pagi ini terlihat ramai. Lorong-lorongnya dipenuhi langkah cepat petugas medis, dan orang-orang yang sedang menjenguk sanak saudara, ataupun kerabat.Akan tetapi, saat memasuki ruang perawatan, suasana lebih sunyi. Hanya terdengar bisikan lembut dokter dan perawat yang bekerja dengan penuh kehati-hatian. Pasien terbaring dengan selimut putih rapi, beberapa di antaranya terhubung ke alat bantu pernapasan atau infus yang menjuntai dari tiang besi.Perlahan Pak Rama membuka pintu ruang perawatan Kanaya yang hening. Di atas ranjang gadis muda itu terbaring, wajah sudah tak lagi pucat seperti beberapa waktu lalu Pak Rama menjenguknya.Pagi ini, Pak Rama memang memilih untuk mengunjungi Kanaya, dibandingkan untuk mencari Arumi, setelah beberapa saat lalu merasa gundah karena tiba-tiba Arumi menghilang.Entah mengapa, kata hati Pak Rama memilih pergi ke rumah sakit. Selain itu, dalam benaknya, Pak Rama juga beranggapan jika Arumi sudah dewasa, tak selayaknya hal-hal seper

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 234

    Pak Rama keluar dari kamar setelah tidur siang. Dia masih sedikit mengantuk, tetapi begitu melihat Arumi duduk sendiri, dia langsung mendekat padanya. Lalu bertanya, "Kenapa sendiri? Rain sama Kanaya mana?"Arumi menoleh dari ponselnya dan menjawab tanpa banyak berpikir, "Rain udah pulang, terus Kanaya tadi pergi sama Alan."Pak Rama mengerutkan kening. "Pergi ke mana?"Arumi mengangkat bahu. "Gak tahu pasti, tadi sih dia bilang ada urusan sebentar."Pak Rama terdiam sejenak, lalu menghela napas pelan. Laki-laki paruh baya itu lalu duduk di samping Arumi.Arumi yang melihat jika ayahnya duduk di sampingnya seketika menoleh. Sejujurnya, di dalam hati Arumi, ada begitu banyak hal yang ingin dia tanyakan. Namun, Arumi bingung harus memulai dari mana."Arumi ...."Pak Rama bisa melihat tatapan Arumi yang tampak kosong, seolah pikirannya tengah berkelana di tempat yang jauh.Sedangkan di sampingnya, Pak Rama, duduk dengan ekspresi penuh keraguan. Arumi yang melihat gelagat Pak Rama, entah

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 233

    Arumi menoleh, menatap Rain sejenak sembari menggenggam cangkir kopinya dengan kedua tangan. Sorot matanya terlihat kosong, seolah pikirannya melayang entah ke mana. Rain memperhatikannya dengan seksama, mencoba membaca ekspresi di wajah Arumi."Kamu dari tadi liatin mereka terus. kamu cemburu?" sambung Rain kembali, memperjelas pertanyaannya yang belum sempat dijawab. "Hah? Maksud kamu?""Sejak tadi, kamu merhatiin mereka terus. Kalo aku ajak ngobrol, kamu lebih banyak diam. Apa kehadiranku justru buat kamu nggak nyaman?"Arumi tersenyum tipis, mencoba terlihat biasa saja. "Nggak, aku cuma, masih butuh adaptasi dengan situasi rumah. Selain itu aku juga masih mencoba berusaha mengingat masa lalu. Aku penasaran dengan masa laluku."Rain miringkan kepala, menatapnya dalam-dalam. "Masa lalu yang berhubungan dengan Alan?"Arumi tersentak, cangkir di tangannya hampir terlepas. Dia menatap Rain dengan tatapan terkejut, lalu mengalihkan pandangannya."Kenapa tiba-tiba bawa-bawa Alan? Kenapa

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 232

    Arumi berdiri di balkon kamar, jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Tatapannya terpaku pada sosok laki-laki yang baru saja melangkah masuk ke rumahnya, Alan. Pria yang diam-diam selalu mengisi pikirannya, yang kehadirannya selalu dia nantikan. Namun, juga yang seharusnya tidak dia rasakan seperti ini.Senyum Alan yang hangat membuat hatinya bergetar, tetapi dalam waktu yang sama, perasaan bersalah mencengkeramnya erat. Bagaimana bisa dia merasa bahagia melihat pria yang sebentar lagi menjadi milik adiknya?"Bukankah Kanaya sedang pergi?" batin Arumi, bersamaan dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Wanita itu kemudian menoleh, menatap Rain yang masih duduk di sofa."Rain, radi kamu bilang bawa makanan buat aku?"Rain pun mengangguk samar. Bisa dibilang, perasaannya belum baik-baik saja saat melihat sikap Arumi."Bagaimana kalau kita makan di bawah."Rain kembali mengangguk, mengiyakan permintaan Arumi. Meskipun, dia tahu maksud Arumi memintanya ke bawah, pasti karena ingi

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 231

    Kanaya mengaduk-aduk minumannya dengan gelisah, sesekali menatap ke arah luar jendela kafe. Cuaca yang panas menyengat di luar sana, menambah suasana hatinya yang sedang kacau, kian memanas. Di depannya, Ocha menyandarkan dagu di tangan, mengamati keresahan di wajah Kanaya dengan saksama."Kamu kenapa sih, Nay?""Aku ngrasa kalo Kak Arumi kayaknya nggak suka sama aku."Ocha mengernyit, berpikir sejenak sebelum bertanya, "Emangnya dari dulu dia bener-bener tulus sama lo?"Ocha pun terkekeh, lalu mendapat balasan tatapan mata tajam dari Kanaya. "Aku serius, Cha. Kalau Kak Arumi amnesia, seharusnya dia nggak inget masa lalu kita, 'kan? Tapi kenapa sikap dia gitu?""Emang, dia ngapain aja ke lo, Nay?"Kanaya mengigit bibir bawahnya, sembari mengerutkan kening. "Tadi malem waktu aku anter susu buat dia, dia malah bentak aku. Waktu kami sarapan, dia nggak bales sapaanku. Saat sarapan, dia juga cuma mau ngobrol sama Papa, terus waktu aku pamit mau pergi sama kamu, dia nggak nyahut sama sekal

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 230

    "Arumi, ibu kandung Kanaya sudah meninggal." Pak Rama menjawab dengan nada bicara rendah. Arumi pun mengernyit. Dia pikir, ibu kandungnya tak berada di rumah tersebut karena posisinya direbut oleh ibu kandung Kanaya. Namun, ternyata tebakannya salah."Arumi lebih baik kamu istirahat dulu. Biar bibi yang antar kamu. Bi tolong antarkan Arumi ke kamar!" perintah Pak Rama.Seorang pembantu rumah tangga lalu mendekat ke arah mereka. Kemudian mengantarkan Arumi ke kamarnya."Non Arumi kalo ada apa-apa, Non bisa panggil bibi ya!" ujar pembantu rumah tangga tersebut setelah mereka berada di dalam kamar Arumi. Wanita itu pun mengangguk perlahan, lalu mengamati sekeliling kamarnya. Arumi menarik napas dalam, merasakan aroma lembut dari ruangan yang terasa begitu asing, tapi entah mengapa juga familiar.Pandangan Arumi menyapu sekeliling. Dinding-dinding berwarna pastel, rak buku kecil di sudut ruangan, dan tirai putih yang bergoyang perlahan diterpa angin dari jendela yang sedikit terbuka. Se

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 229

    "Ka-kamu?" "Kak Arumi, ini Naya. Adik Kak Arumi. Adik tiri Kak Arumi."Arumi seketika berdiri membatu mendengarnya, tatapannya kosong, pikirannya kalut. Tangannya gemetar, mencengkeram ujung gaun yang dia kenakan seolah itu satu-satunya pegangan agar dia tidak jatuh ke dalam jurang kekecewaan. Napasnya pendek dan tersendat, berusaha menenangkan badai yang berkecamuk di dadanya. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin dunia sekejam ini padanya? Baru saja dia mengingat Alan sebagai suaminya, meskipun kini ternyata telah berstatus sebagai mantan, tapi lagi-lagi dia harus ditampar kenyataan pahit jika calon istri mantan suaminya adalah adiknya sendiri, Kanaya.Alan, satu-satunya sosok yang membuat hatinya bergetar, dan membuat Arumi sepintas mengingat masa lalu, ternyata akan menikah dengan wanita lain.Mengetahui hal tersebut saja sudah cukup menyakitkan. Namun yang menghancurkan hatinya saat ini adalah kenyataan bahwa perempuan itu adalah adiknya sendiri.Detik itu juga, Arumi ingin mara

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 228

    Rain menatap sendu ke luar jendela pesawat, memperhatikan awan-awan yang berarak seperti gumpalan kapas tak berujung. Cahaya senja membias di antaranya, menciptakan gradasi jingga yang seharusnya terasa hangat, tetapi baginya hanya menghadirkan kehampaan.Di balik kaca tebal itu, dunia tampak begitu tenang. Tidak seperti hatinya yang berkecamuk. Napasnya pelan, nyaris seperti bisikan, seiring pikirannya melayang ke daratan yang perlahan menjauh di bawah sana. Ke rumah yang kini terasa asing. Ke wanita yang selalu dia panggil dengan penuh kasih, tapi kini seolah tak lagi mengenalnya.Arumi mengalami amnesia sejak kecelakaan itu. Dia tahu prosesnya sampai pada detik ini tidak akan mudah, tapi Rain tak pernah membayangkan, bahwa yang kembali dalam ingatan perempuan itu bukanlah dirinya, melainkan lelaki lain, Alan, mantan suaminya."Aku ingat dia Alan. Kami dulu pernah menikah dan memiliki dua orang anak."Perkataan itu terus terngiang dalam benak Rain, dan yang membuat hatinya kian mema

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 227

    Di sisi lain, Rain melangkah memasuki lobi hotel dengan tergesa-gesa. Napasnya masih memburu setelah bergegas ke tempat ini begitu mendapat kabar dari Alan. Pandangannya menyapu ruangan, mencari sosok yang sejak tadi memenuhi pikirannya—Arumi.Alan meneleponnya sejam yang lalu, suaranya berat dan tegang. "Aku sudah berhasil membawa Arumi keluar dari rumah sakit. Dia aman sekarang. Aku membawanya ke hotel ini." Itu saja yang Alan katakan sebelum menutup telepon.Setelah menyelesaikan urusannya dengan Kakek Wang dan Stela, Rain bergegas menuju ke hotel, tempat Arumi dan Alan saat ini berada.Tanpa banyak bicara, Rain melangkah menuju lift, hatinya berdebar kencang saat mengetuk pintu kamar hotel tersebut.Tak berapa lama, pintu kamar terbuka, Rain mendapati Alan berdiri di depannya."Di mana Arumi?""Di dalam, kamu masuk saja temani dia bicara, atau menonton televisi. Dia terlihat bimbang, dan mengatakan kesulitan untuk tidur."Rain pun mengangguk, lalu bergegas masuk ke kamar tersebut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 226

    Kanaya menatap langit-langit kamar dengan mata yang tetap terbuka meski malam sudah begitu larut. Lampu tidur di sudut ruangan memancarkan cahaya redup, menciptakan bayangan samar di dinding. Namun, bukan gelap yang membuatnya sulit memejamkan mata, melainkan bayangan di dalam pikirannya sendiri.Pikirannya terus melayang pada satu sosok Alan, dan yang lebih menyakitkan, pada perempuan yang saat ini sedang bersamanya, Arumi.Sejujurnya Kanaya menyadari jika tidak sepantasnya dia memiliki perasaan tak nyaman seperti ini. Arumi adalah kakaknya, dan Alan datang ke Shanghai dengan tujuan menyelamatkan Arumi, tidak lebih. Namun, bagaimanapun juga Arumi adalah mantan istri Alan. Kenyataan itu, tak bisa lepas dan membuat kecemburuan tersendiri di dalam hatinya.Kanaya menghela napas panjang, mencoba meredakan kegelisahan yang semakin memenuhi dada. Dia ingin percaya, ingin berpikir bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan. Namun, mengapa hatinya tetap saja berdegup tak karuan?Kanaya berusaha m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status