Share

Bab 185

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2025-02-11 13:24:07

Kamar itu terasa dingin, padahal cuaca pagi ini begitu cerah. Lampu kecil di sudut ruangan masih menyala, tetapi Arumi tidak ada di sana.

Selimut kusut, dan ponselnya tergeletak di atas ranjang. Rain melangkah lebih dekat, mencoba mencari petunjuk. Tidak ada tas atau jaket yang hilang. Jendela kamar sedikit terbuka, membuat semilir angin masuk perlahan, menggoyangkan tirai putih tipis yang menari dengan sunyi.

Dada Rain mulai sesak. Rain duduk di sudut kamar, menatap ponsel yang sejak tadi bisu. Ponsel tersebut, ponsel baru milik Arumi yang dibelikan oleh Pak Rama, setelah laki-laki paruh baya itu berpura-pura jika ponsel Arumi rusak.

Rain mengingat kembali percakapan terakhir dengannya. Tak ada pertengkaran, tak ada tanda-tanda jika dia akan pergi. Lalu, mengapa? Mengapa Arumi tiba-tiba menghilang?

"Ada apa, Rain? Di mana Arumi?" tanya Pak Rama yang kini sudah berdiri di ambang pintu.

Rain menoleh, lalu berkata, "Saat saya masuk ke kamar ini, Arumi udah nggak ada di sini

" A-apa maks
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 186

    Beberapa Jam Sebelumnya ....Di tengah sunyi, menjelang dini hari, Arumi duduk di balkon, menatap rembulan yang menggantung sendu di langit. Cahaya temaramnya seolah mengerti luka yang bersemayam di hatinya—luka yang tak bisa ia suarakan, hanya bisa dia rasakan.Semalaman ini, dia memang tak bisa terlelap, setelah melihat bagaimana interaksi Alan, dan Kanaya di rumah sakit. Rasanya sungguh sangat sulit memejamkan mata di saat seluruh indra di tubuhnya bergejolak, menahan kecamuk di dada.Hati Arumi remuk, bukan karena perpisahan semata, tetapi karena harapan yang dia titipkan pada seseorang yang ternyata tak lagi bisa menggenggamnya. Rasanya begitu berat melepas seseorang yeng baru saja dia cintai dengan segenap jiwa. Memang selama ini, dia yang salah, Arumi selalu menjunjung tinggi egonya hingga pernikahan itu hancur.Arumi baru menyadari, setelah Alan pergi, ternyata dunia tak lagi sama. Lagu-lagu yang dulu indah kini hanya jadi gema menyakitkan. Tempat-tempat yang dulu penuh kenan

    Last Updated : 2025-02-11
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 187

    Suasana rumah sakit pagi ini terlihat ramai. Lorong-lorongnya dipenuhi langkah cepat petugas medis, dan orang-orang yang sedang menjenguk sanak saudara, ataupun kerabat.Akan tetapi, saat memasuki ruang perawatan, suasana lebih sunyi. Hanya terdengar bisikan lembut dokter dan perawat yang bekerja dengan penuh kehati-hatian. Pasien terbaring dengan selimut putih rapi, beberapa di antaranya terhubung ke alat bantu pernapasan atau infus yang menjuntai dari tiang besi.Perlahan Pak Rama membuka pintu ruang perawatan Kanaya yang hening. Di atas ranjang gadis muda itu terbaring, wajah sudah tak lagi pucat seperti beberapa waktu lalu Pak Rama menjenguknya.Pagi ini, Pak Rama memang memilih untuk mengunjungi Kanaya, dibandingkan untuk mencari Arumi, setelah beberapa saat lalu merasa gundah karena tiba-tiba Arumi menghilang.Entah mengapa, kata hati Pak Rama memilih pergi ke rumah sakit. Selain itu, dalam benaknya, Pak Rama juga beranggapan jika Arumi sudah dewasa, tak selayaknya hal-hal seper

    Last Updated : 2025-02-12
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 188

    Satu Minggu Kemudian ....Sinar matahari pagi menyentuh kulit Kanaya dengan lembut saat sedang berjemur di depan halaman rumah orang tua Alan pagi ini.Sudah satu minggu lamanya dia keluar dari rumah sakit. Meskipun masih ada jejak kelelahan di wajahnya, tetapi matanya memancarkan tekad untuk kehidupan yang baru.Pagi ini, Kanaya mengenakan midi dress sederhana berwarna pastel. Ada perban yang masih terpasang di beberapa bagian tubuhnya. Kanaya duduk tenang sembari menikmati secangkir teh, seiring dengan terpaan hangat cahaya matahari.Udara segar menyeruak, saat Kanaya mengambil napas dalam-dalam. Meskipun, terkadang masih terasa asing setelah berhari-hari terkungkung dalam aroma antiseptik dan dinginnya ruangan rumah sakit.Tak dapat dipungkiri, masih ada trauma tersendiri yang membuat Kanaya masih enggan untuk bepergian. Setiap langkah terasa seperti pengingat akan kecelakaan yang nyaris merenggut hidupnya.Saat masih mengingat sekelebat kejadian itu, tiba-tiba sebuah tepukan hanga

    Last Updated : 2025-02-12
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 189

    Matahari mulai terbenam di ujung cakrawala, memancarkan cahaya emas ke seluruh pantai. Ombak lembut berkejaran ke daratan, menciptakan simfoni alami yang menenangkan hati. Di atas pasir yang halus, seorang laki-laki dan wanita duduk berdampingan di atas tikar. Mereka memandangi cakrawala, menikmati keheningan yang sarat dengan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Wajah Arumi, masih tampak sendu, tetapi mulai menemukan secercah ketenangan. Hari ini, Rain memang sengaja membawanya ke pantai ini untuk menyembuhkan luka yang dia rasakan.Arumi menarik napas dalam. "Aku merasa seperti separuh diriku hilang. Sulit untuk menemukan cara memulai lagi."Rain menatap lembut ke arahnya. "Kamu nggak perlu menemukan semua jawabannya hari ini. Kadang, cukup dengan mengambil satu langkah kecil ke depan.""Aku takut. Gimana kalau aku membuat keputusan yang salah lagi?" sahut Arumi, sembari tersenyum kecut."Kesalahan itu bagian dari perjalanan. Tapi kamu juga punya kekuatan besar yang se

    Last Updated : 2025-02-13
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 190

    Beberapa saat kemudian, Arumi melangkah keluar dari kamar mandi hotel dengan langkah pelan dan percaya diri. Uap hangat masih menguar dari celah pintu yang terbuka sedikit, menambah kesan dramatis pada kehadirannya.Tubuhnya dibalut bathrobe putih lembut, sangat pas di tubuhnya, membentuk lekuk yang sempurna tanpa terlalu banyak mengekspos. Rambutnya masih setengah basah, beberapa helai jatuh dengan alami di sekitar wajahnya, memberikan kesan segar dan menggoda.Cahaya lampu hotel yang lembut menyinari kulitnya yang tampak bercahaya, sementara aroma sabun dan lotion melayang tipis di udara, meninggalkan jejak kehadirannya di setiap sudut ruangan.Matanya, tajam dan berkilau, memancarkan kepercayaan diri yang tak terbantahkan. Setiap gerakannya—dari menyibakkan rambut ke belakang hingga membenarkan simpul bathrobe—terlihat alami, tapi penuh daya tarik.Sementara itu, Rain yang tengah duduk santai di ujung ranjang sambil memainkan ponsel, mendongak tanpa sadar. Waktu seakan berhenti saa

    Last Updated : 2025-02-13
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 191

    Di ruang kerjanya yang sunyi, Alan duduk dengan gelas kopi yang telah dingin di atas meja. Matanya menatap kosong ke luar jendela, hujan turun deras membasahi kota. Jam di dinding berdetak lambat, seakan mempermainkan kesabarannya.Alan menyalakan sebatang rokok, asapnya membubung perlahan. Setiap tarikan napas membawanya kembali ke masa lalu yang pahit—saat dia masih bersama mantan istrinya, Arumi. Wanita yang pernah dia cintai sepenuh hati, tetapi juga wanita yang telah menghancurkan hidupnya dengan tipu daya dan pengkhianatan.Kini dia menunggu laporan dari anak buahnya, Bimo, yang tengah menyelidiki sesuatu hal yang pernah diperbuat Arumi di masa lalu.Alan bukannya ingin mengungkit masa lalu mereka. Namun, setelah mereka berpisah, Alan baru mengetahui bagaimana liciknya Arumi, yang telah membohongi, dan memecundangi dirinya selama bertahun-tahun.Tiba-tiba, suara ponsel berdering. Alan mengangkatnya tanpa ragu. Suara Bimo terdengar tegas di ujung sana."Bos, saya sudah mengetahui

    Last Updated : 2025-02-14
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 192

    Pagi menjelang dengan sinar matahari yang hangat merayap melalui celah-celah tirai jendela. Rain baru saja menghentikan laju mobilnya, lalu melirik pada Arumi. "Ayo turun!"Arumi masih terdiam, ragu, sekaligus takut. Tak dapat dipungkiri, mimpi buruk yang dialami Arumi membuat wanita itu seketika merasakan firasat buruk, hingga detik ini dia selalu diselimuti kecemasan yang memeluk hatinya."Arumi, kenapa kamu masih tegang gitu? Aku lihat kamu sejak tadi nggak tenang. Apa tentang mimpi buruk itu?"Arumi mendesah pelan, lalu mengangguk."Iya, aku masih takut banget. Aku juga takut Papa marah kalo tahu kita nginep bareng."Rain pun menggenggam jemari Arumi. "Tadi malem, kita nggak punya pilihan, hujannya deras, juga banjir. Kita nggak mungkin pulang. Kamu tenang aja, selama ada aku, nggak ada yang perlu dicemaskan, lagipula, setelah semua selesai, Papa kamu juga suruh kita nikah, 'kan?"Arumi pun mengangguk perlahan. "Sayang, rileks ya. Kamu nggak usah terlalu keras sama diri kamu sendi

    Last Updated : 2025-02-14
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 193

    Arumi menggenggam ujung bajunya dengan tangan gemetar. Matanya berair, pandangannya kabur oleh air mata yang terus mengalir tanpa henti. Bentakan, serta tamparan keras padanya masih bergema di dalam kepala, berulang-ulang seperti gema yang menyayat hati. Pipinya pun terasa perih, seperti hatinya."Kenapa kamu selalu saja mengecewakan Papa, Arumi? Kau sudah sedewasa ini, tapi mengapa Papa belum pernah menemukan sisi positif dalam hidupmu!""Kamu nggak pernah buat Papa bangga, karena kau cuma bisa membuat kami malu, dan kecewa dengan sikapmu itu!""Mulai hari ini, aku udah nggak sudi mengangapmu sebagai anakku!" bentak Pak Rama dengan suara menggelegar.Kata demi kata yang terlontar, begitu menusuk jiwa Arumi, seperti pisau tajam. Dia tahu, ayahnya marah bukan tanpa alasan, tapi rasanya tetap menyakitkan. Dia tahu, dia yang bersalah, tapi apa dia tak bisa diberi kesempatan? Bukankah sekarang dia sedang memperbaiki hidup, dan membuka lembaran baru?Dada Arumi terasa sesak, campur aduk a

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 227

    Di sisi lain, Rain melangkah memasuki lobi hotel dengan tergesa-gesa. Napasnya masih memburu setelah bergegas ke tempat ini begitu mendapat kabar dari Alan. Pandangannya menyapu ruangan, mencari sosok yang sejak tadi memenuhi pikirannya—Arumi.Alan meneleponnya sejam yang lalu, suaranya berat dan tegang. "Aku sudah berhasil membawa Arumi keluar dari rumah sakit. Dia aman sekarang. Aku membawanya ke hotel ini." Itu saja yang Alan katakan sebelum menutup telepon.Setelah menyelesaikan urusannya dengan Kakek Wang dan Stela, Rain bergegas menuju ke hotel, tempat Arumi dan Alan saat ini berada.Tanpa banyak bicara, Rain melangkah menuju lift, hatinya berdebar kencang saat mengetuk pintu kamar hotel tersebut.Tak berapa lama, pintu kamar terbuka, Rain mendapati Alan berdiri di depannya."Di mana Arumi?""Di dalam, kamu masuk saja temani dia bicara, atau menonton televisi. Dia terlihat bimbang, dan mengatakan kesulitan untuk tidur."Rain pun mengangguk, lalu bergegas masuk ke kamar tersebut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 226

    Kanaya menatap langit-langit kamar dengan mata yang tetap terbuka meski malam sudah begitu larut. Lampu tidur di sudut ruangan memancarkan cahaya redup, menciptakan bayangan samar di dinding. Namun, bukan gelap yang membuatnya sulit memejamkan mata, melainkan bayangan di dalam pikirannya sendiri.Pikirannya terus melayang pada satu sosok Alan, dan yang lebih menyakitkan, pada perempuan yang saat ini sedang bersamanya, Arumi.Sejujurnya Kanaya menyadari jika tidak sepantasnya dia memiliki perasaan tak nyaman seperti ini. Arumi adalah kakaknya, dan Alan datang ke Shanghai dengan tujuan menyelamatkan Arumi, tidak lebih. Namun, bagaimanapun juga Arumi adalah mantan istri Alan. Kenyataan itu, tak bisa lepas dan membuat kecemburuan tersendiri di dalam hatinya.Kanaya menghela napas panjang, mencoba meredakan kegelisahan yang semakin memenuhi dada. Dia ingin percaya, ingin berpikir bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan. Namun, mengapa hatinya tetap saja berdegup tak karuan?Kanaya berusaha m

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 225

    Kakek Wang bergegas mengambil ponsel Rain yang menunjukkan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan Stela."Kakek, Rain bohong, bukti-bukti itu palsu!" seru Stela, mencoba meyakinkan kakeknya. Namun, pria paruh baya itu tak bergeming, dan tetap melihat semua bukti-bukti tersebut.Stela berniat mendekat, untuk mengambil ponsel milik Rain. Namun, buru-buru dicegah oleh dua orang bodyguard Kakek Wang.Sementara itu, bisik-bisik mulai menyebar di antara para tamu. Beberapa orang mencoba mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi, sementara yang lain memilih menjauh, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dalam hitungan menit, suasana kian tegang. Tuan rumah yang semula tersenyum ramah kini terlihat gelisah, keringat dingin membasahi dahinya."Ada apa?" tanya seseorang dengan suara hati-hati.Namun, sebelum ada jawaban, seorang anggota keluarga tuan rumah memberi isyarat agar para tamu segera meninggalkan tempat. Tanpa banyak bertanya, mereka mulai beringsut keluar, beberapa dengan langkah ter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 224

    "Kamu baru sembuh, aku nggak mungkin tega mengatakan bagian paling menyakitkan dalam rumah tangga kita.""Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Sepintas, aku masih ingat senyuman hangatmu padaku, tapi sekarang kenapa jadi seperti ini? Siapa yang salah, aku atau kamu?"Alan menghela napas, menatap keluar jendela sejenak sebelum kembali menatap Arumi."Nggak penting siapa yang salah, kita berdua memang sudah tidak satu tujuan. Terlalu banyak ketidakcocokan, dan pola pikir."Arumi mengernyit, merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Tapi kenapa tatapanmu begitu dingin padaku? Apa aku yang salah?"Alan menggeleng pelan. "Ini bukan tentang siapa yang salah. Kita memang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku, begitu pula kamu. Aku sering kali merasa diabaikan sebagai seorang suami, dan kau berpikir aku ngga pernah mengerti keadaanmu. Kita sering bertengkar, hal-hal kecil jadi besar. Kita lelah, tapi tidak ada yang mau mengalah."Arumi menatap

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 223

    Di Sisi Lain....Setelah memberi tahu Rain jika dia berhasil meyakinkan pihak rumah sakit untuk membawa pulang Arumi, Alan melangkah memasuki ruang perawatan dengan langkah ragu. Keraguan itu, bukan karena dia takut. Namun, lebih pada sosok yang akan dia temui.Di ranjang, seorang wanita duduk bersandar pada bantal, matanya kosong menatap jendela. Arumi, mantan istrinya. Wanita yang pernah dia cintai lebih dari apapun, tapi dulu. Bukan sekarang.Alan mendekat, menarik kursi, lalu duduk di depannya. "Arumi ...."Arumi mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap Alan dengan tatapan asing."Maaf, Anda?"Alan merasakan sesuatu yang mencengkeram hatinya. Ini aneh. Perempuan yang dulu dia kenal begitu dalam, kini menatapnya seperti orang asing."Aku Alan, aku temanmu dulu."Arumi mengerutkan kening, seolah mencoba menangkap sesuatu di pikirannya. Nama Alan memang terdengar tak asing. Apalagi, kemarin sosok laki-laki yang menemuinya juga mengatakan jika hari ini Alan akan menemuinya."Ala

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 222

    Malam itu, rumah besar milik Kakek Wang berubah menjadi pusat kemewahan dan kegembiraan. Dikelilingi taman yang luas dengan lampu-lampu berkelap-kelip, pesta yang diadakan di mansion megah itu bagaikan perayaan para bangsawan. Para tamu berdatangan dalam pakaian terbaik mereka—gaun berkilauan dan setelan jas mahal—sambil membawa gelas sampanye yang berkilauan di bawah cahaya lampu gantung kristal raksasa.Di tengah aula utama yang luas, sebuah orkestra memainkan musik klasik yang lembut, sementara para pelayan berlalu-lalang dengan nampan berisi hidangan mewah: kaviar, lobster, dan anggur terbaik dari seluruh dunia. Taman belakang yang dihiasi air mancur dan patung-patung marmer menjadi tempat bagi mereka yang ingin berbincang lebih santai, dengan suara tawa dan gelak kebahagiaan memenuhi udara.Kakek Wang, seorang miliarder yang dikenal karena kemurahan hatinya, berdiri di balkon lantai dua, mengangkat gelasnya dan menyampaikan pidato singkat. Dengan senyuman bijaksana, dia menyambut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 221

    Kanaya berdiri di depan cermin besar, tubuhnya dibalut gaun pengantin berwarna putih gading dengan renda yang halus. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dadanya yang berdebar.Cahaya dari lampu gantung di butik membuat wajahnya tampak lebih lembut, tapi tidak bisa menghilangkan bayangan kegundahan di matanya. Ocha, yang duduk di sofa butik, menatapnya penuh kagum."Ya ampun, Nay. Kamu cantik banget, aku yakin Mas Alan bakalan terpesona liat kamu. Aku foto ya, nanti kamu kirim ke calon suami kamu!" pekik Ocha, dengan sorot mata berbinar, kagum akan kecantikan sahabatnya.Kanaya tersenyum kecil, lalu merapikan bagian lengan gaunnya. "Tapi aku malu.""Ck ngapain malu sih. Aku aja yang cewek terpesona. Apalagi Mas Alan!" sahut Ocha, seraya tertawa kecil.Kanaya ikut tersenyum, tapi hanya sebentar. Matanya kembali menatap pantulan dirinya di cermin, seakan mencari sesuatu yang hilang."Nay, lo kenapa sih kaya sedih gitu? Nggak cocok sama gaunnya?"Kanaya menggeleng pelan. "

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 220

    Di sebuah ruang perawatan rumah sakit yang diterangi cahaya lembut dari jendela, Rain duduk di tepi ranjang pasien setelah beberapa saat berusaha menenangkan Arumi.Wajah itu, menyimpan kelelahan, tapi sorot matanya penuh harapan saat menatap perempuan yang duduk di depannya. Arumi—atau kini, yang hanya mengenal dirinya sebagai Celine—terlihat ragu. Tatapannya kosong, seolah berusaha mengaitkan kembali kepingan memori yang hilang."Dengarkan aku, kamu bukan Celine, kamu Arumi. Aku tahu ini membingungkan, tapi aku mohon, percayalah padaku.""A-aku nggak ngerti. Semua orang bilang aku Celine. Stela bilang jangan pernah percaya orang lain, kecuali dirinya.""Stela bohong. Namamu Arumi."Rain menggeleng, suaranya tegas tapi terdengar lembut. Arumi kemudian mengerutkan kening, matanya berkabut."Kalau benar, kenapa aku nggak ingat kalo aku Arumi?""Lalu, apa kau juga ingat jati dirimu sebagai Celine?" sahut Rain, kemudian menarik napas dalam, berusaha menahan emosi."Tapi kenapa Stela bila

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 219

    Di dalam ruang tengah, Rain menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Cahaya dari layar memantul di matanya yang penuh amarah dan kekecewaan. Napasnya memburu, dadanya naik turun seiring gelombang emosi yang meluap di dalam dirinya. Beberapa saat yang lalu, dia menyadap ponsel milik Stela, dan menemukan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan.Bukti, percakapan, rencana. Semua tertulis jelas. Stela adalah dalang di balik kecelakaan Arumi.Rain mengeratkan genggamannya pada ponselnya sendiri, seakan benda itu bisa membantunya mengendalikan amarah yang hampir meledak. Pikirannya berputar, mengulang-ulang momen saat dia melihat bagaimana mobil tersebut terbakar, bagaimana hancurnya dia saat mengira jika Arumi telah meninggal, dan ternyata semua itu palsu. Semua itu adalah konspirasi semata yang sangat menyakiti hatinya. Rain pikir itu kecelakaan biasa. Takdir buruk yang menimpa tanpa peringatan. Namun, tidak. Itu ulah Stela. Orang yang selama ini ada di dekatnya.Rahangnya mengera

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status