Home / Rumah Tangga / Simpanan Ayah Angkat / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Simpanan Ayah Angkat: Chapter 181 - Chapter 190

227 Chapters

Bab 181

Beberapa Bulan Sebelumnya ....Di tengah derasnya badai salju yang mengguncang kota Shanghai, Rain melangkah tertatih di trotoar yang hampir tertutup sepenuhnya oleh tumpukan salju. Angin dingin menusuk hingga ke tulang, membuat setiap napas terasa berat.Di bawah terik matahari yang menyengat, seorang laki-laki berjalan tanpa arah di trotoar kota yang ramai.Bajunya yang kusut tertutup sebuah mantel, langkahnya gontai, dan wajahnya penuh dengan kelelahan yang tak hanya berasal dari tubuh, tapi juga dari jiwanya yang hancur. Tatapan orang-orang yang melintas hanya sesaat singgah padanya, penuh curiga dan kasihan, lalu berlalu seolah dia tak lebih dari bayangan yang mengusik kenyamanan dunia mereka.Setelah kejadian menyakitkan tepat seminggu yang lalu, Rain kini lontang lantung menjadi gelandangan di negeri orang, dia sendirian. Sedangkan asistennya sudah dia suruh pulang, karena istrinya akan melahirkan.Asisten Rain pulang dengan menggunakan sisa tabungan milik Rain yang dia miliki.
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 182

"Apakah Stela yang melakukan itu?" gumam Rain, menyebut sebuah nama yang beberapa waktu ini dia curigai, seraya memegang kemudi dengan erat.Stela Wang, sosok wanita berdarah Tiongkok yang dikenalnya beberapa bulan lalu. Stela merupakan cucu dari seorang pria paruh baya bernama Wang Xi Zhu, yang pernah Rain tolong ketika terjadi badai.Setelah berkenalan dengan keluarga bermarga Wang tersebut, kehidupan Rain berubah. Rain yang sudah tak memiliki uang sama sekali, diminta tinggal di apartemen kosong milik keluarga kaya tersebut.Tak hanya itu, setelah mengetahui jika Rain adalah seorang fotografer, dia diminta untuk memegang studio milik keluarga mereka yang terabaikan, karena sibuk mengutamakan bisnis yang lain.Berkat kerja keras Rain, serta dukungan dari Stela, dan Kakek Wang, studio tersebut pun hidup kembali. Setelah kerja kerasnya membuahkan hasil, Rain pulang ke Indonesia, untuk membuka studio, dan cabang bisnis yang lain.Sedangkan studio yang awalnya dia pegang di Shanghai, Ra
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 183

"Mengapa kau melakukan ini, Stela? Jelaskan kenapa kau membuat nama baikku hancur?" "A-ku nggak bermaksud ...." "Nggak bermaksud? Bukankah buktinya sudah sangat nyata? Kau mau mengelak apa lagi, Stela?" Mata Stela tampak berkaca-kaca. "A-aku hanya ... aku hanya nggak ingin kehilanganmu."Rain tertawa sinis, penuh luka. "Apa kau bilang? Kehilangan aku? Aku benar-benar nggak ngerti maksud kamu, Stela. Kau sudah mendorongku ke jurang yang paling dalam, lalu kami bilang kamu nggak pengen kehilangan aku? Kehilangan apa yang kau maksud, hah?""Rain, aku nggak bisa nyimpan ini lagi. Aku mencintaimu! Aku udah lama nunggu waktu yang tepat, tapi aku sadar nggak ada waktu yang benar-benar sempurna. Aku ingin kamu tahu, kalau sejak awal kita ketemu, aku udah tertarik sama kamu. Setiap detik yang kita lewati bersama, selalu berharga buatku. Aku ingin ada di sisimu, ingin membuatmu bahagia … Aku benar-benar mencintaimu dengan tulus!" papar Stela dengan suara mantap, penuh keberanian.Stela menat
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 184

Kening Alan mengernyit. "Siapa yang datang, Sayang?""Rain ....""Rain?" sahut Alan, tak menyangka jika laki-laki tersebut, sampai berbuat senekad itu datang ke rumah sakit, untuk menemui Kanaya."Ya, beberapa saat setelah kamu pergi, dia tiba-tiba masuk ke ruangan ini.""Lalu, apa yang dia lakukan? Kamu baik-baik aja, 'kan? Dia nggak nyakitin kamu, 'kan?" Kanaya menggeleng sembari tersenyum simpul. "Nggak, dia cuma tanya apa kita yang menyebarkan tentang foto itu.""Terus kamu jawab apa?" sahut Alan penasaran. "Aku jawab kami nggak tahu apapun, karena kami nggak mau mencampuri kehidupan mereka. Lagi pula, sudut pandang foto-foto tersebut, banyak yang diambil dari ponsel Rain sendiri. Begitu pula dengan rekaman CCTV di apartemen itu. Kita juga sama sekali nggak tahu di mana apartemennya bukan? Jadi, nggak mungkin kita mengambil rekaman di apartemen tersebut.""Jawaban kamu udah benar, Sayang. Pacar aku emang pinter."Alan mengacak-acak rambut Kanaya, lalu mengecup keningnya. "Aku sa
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 185

Kamar itu terasa dingin, padahal cuaca pagi ini begitu cerah. Lampu kecil di sudut ruangan masih menyala, tetapi Arumi tidak ada di sana.Selimut kusut, dan ponselnya tergeletak di atas ranjang. Rain melangkah lebih dekat, mencoba mencari petunjuk. Tidak ada tas atau jaket yang hilang. Jendela kamar sedikit terbuka, membuat semilir angin masuk perlahan, menggoyangkan tirai putih tipis yang menari dengan sunyi.Dada Rain mulai sesak. Rain duduk di sudut kamar, menatap ponsel yang sejak tadi bisu. Ponsel tersebut, ponsel baru milik Arumi yang dibelikan oleh Pak Rama, setelah laki-laki paruh baya itu berpura-pura jika ponsel Arumi rusak.Rain mengingat kembali percakapan terakhir dengannya. Tak ada pertengkaran, tak ada tanda-tanda jika dia akan pergi. Lalu, mengapa? Mengapa Arumi tiba-tiba menghilang?"Ada apa, Rain? Di mana Arumi?" tanya Pak Rama yang kini sudah berdiri di ambang pintu.Rain menoleh, lalu berkata, "Saat saya masuk ke kamar ini, Arumi udah nggak ada di sini" A-apa maks
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 186

Beberapa Jam Sebelumnya ....Di tengah sunyi, menjelang dini hari, Arumi duduk di balkon, menatap rembulan yang menggantung sendu di langit. Cahaya temaramnya seolah mengerti luka yang bersemayam di hatinya—luka yang tak bisa ia suarakan, hanya bisa dia rasakan.Semalaman ini, dia memang tak bisa terlelap, setelah melihat bagaimana interaksi Alan, dan Kanaya di rumah sakit. Rasanya sungguh sangat sulit memejamkan mata di saat seluruh indra di tubuhnya bergejolak, menahan kecamuk di dada.Hati Arumi remuk, bukan karena perpisahan semata, tetapi karena harapan yang dia titipkan pada seseorang yang ternyata tak lagi bisa menggenggamnya. Rasanya begitu berat melepas seseorang yeng baru saja dia cintai dengan segenap jiwa. Memang selama ini, dia yang salah, Arumi selalu menjunjung tinggi egonya hingga pernikahan itu hancur.Arumi baru menyadari, setelah Alan pergi, ternyata dunia tak lagi sama. Lagu-lagu yang dulu indah kini hanya jadi gema menyakitkan. Tempat-tempat yang dulu penuh kenan
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 187

Suasana rumah sakit pagi ini terlihat ramai. Lorong-lorongnya dipenuhi langkah cepat petugas medis, dan orang-orang yang sedang menjenguk sanak saudara, ataupun kerabat.Akan tetapi, saat memasuki ruang perawatan, suasana lebih sunyi. Hanya terdengar bisikan lembut dokter dan perawat yang bekerja dengan penuh kehati-hatian. Pasien terbaring dengan selimut putih rapi, beberapa di antaranya terhubung ke alat bantu pernapasan atau infus yang menjuntai dari tiang besi.Perlahan Pak Rama membuka pintu ruang perawatan Kanaya yang hening. Di atas ranjang gadis muda itu terbaring, wajah sudah tak lagi pucat seperti beberapa waktu lalu Pak Rama menjenguknya.Pagi ini, Pak Rama memang memilih untuk mengunjungi Kanaya, dibandingkan untuk mencari Arumi, setelah beberapa saat lalu merasa gundah karena tiba-tiba Arumi menghilang.Entah mengapa, kata hati Pak Rama memilih pergi ke rumah sakit. Selain itu, dalam benaknya, Pak Rama juga beranggapan jika Arumi sudah dewasa, tak selayaknya hal-hal seper
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 188

Satu Minggu Kemudian ....Sinar matahari pagi menyentuh kulit Kanaya dengan lembut saat sedang berjemur di depan halaman rumah orang tua Alan pagi ini.Sudah satu minggu lamanya dia keluar dari rumah sakit. Meskipun masih ada jejak kelelahan di wajahnya, tetapi matanya memancarkan tekad untuk kehidupan yang baru.Pagi ini, Kanaya mengenakan midi dress sederhana berwarna pastel. Ada perban yang masih terpasang di beberapa bagian tubuhnya. Kanaya duduk tenang sembari menikmati secangkir teh, seiring dengan terpaan hangat cahaya matahari.Udara segar menyeruak, saat Kanaya mengambil napas dalam-dalam. Meskipun, terkadang masih terasa asing setelah berhari-hari terkungkung dalam aroma antiseptik dan dinginnya ruangan rumah sakit.Tak dapat dipungkiri, masih ada trauma tersendiri yang membuat Kanaya masih enggan untuk bepergian. Setiap langkah terasa seperti pengingat akan kecelakaan yang nyaris merenggut hidupnya.Saat masih mengingat sekelebat kejadian itu, tiba-tiba sebuah tepukan hanga
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 189

Matahari mulai terbenam di ujung cakrawala, memancarkan cahaya emas ke seluruh pantai. Ombak lembut berkejaran ke daratan, menciptakan simfoni alami yang menenangkan hati. Di atas pasir yang halus, seorang laki-laki dan wanita duduk berdampingan di atas tikar. Mereka memandangi cakrawala, menikmati keheningan yang sarat dengan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Wajah Arumi, masih tampak sendu, tetapi mulai menemukan secercah ketenangan. Hari ini, Rain memang sengaja membawanya ke pantai ini untuk menyembuhkan luka yang dia rasakan.Arumi menarik napas dalam. "Aku merasa seperti separuh diriku hilang. Sulit untuk menemukan cara memulai lagi."Rain menatap lembut ke arahnya. "Kamu nggak perlu menemukan semua jawabannya hari ini. Kadang, cukup dengan mengambil satu langkah kecil ke depan.""Aku takut. Gimana kalau aku membuat keputusan yang salah lagi?" sahut Arumi, sembari tersenyum kecut."Kesalahan itu bagian dari perjalanan. Tapi kamu juga punya kekuatan besar yang se
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 190

Beberapa saat kemudian, Arumi melangkah keluar dari kamar mandi hotel dengan langkah pelan dan percaya diri. Uap hangat masih menguar dari celah pintu yang terbuka sedikit, menambah kesan dramatis pada kehadirannya.Tubuhnya dibalut bathrobe putih lembut, sangat pas di tubuhnya, membentuk lekuk yang sempurna tanpa terlalu banyak mengekspos. Rambutnya masih setengah basah, beberapa helai jatuh dengan alami di sekitar wajahnya, memberikan kesan segar dan menggoda.Cahaya lampu hotel yang lembut menyinari kulitnya yang tampak bercahaya, sementara aroma sabun dan lotion melayang tipis di udara, meninggalkan jejak kehadirannya di setiap sudut ruangan.Matanya, tajam dan berkilau, memancarkan kepercayaan diri yang tak terbantahkan. Setiap gerakannya—dari menyibakkan rambut ke belakang hingga membenarkan simpul bathrobe—terlihat alami, tapi penuh daya tarik.Sementara itu, Rain yang tengah duduk santai di ujung ranjang sambil memainkan ponsel, mendongak tanpa sadar. Waktu seakan berhenti saa
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
23
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status