Share

Bab 177

Penulis: Miss Secret
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 16:43:55

Kanaya yang penasaran, lalu mengambil kertas yang dibawa oleh Alan yang dia letakkan begitu saja di samping tubuhnya. Kanaya lalu membaca kertas itu, dan betapa terkejutnya dia saat membaca kertas tersebut.

Kanaya tampak menutup mulutnya sambil melirik Alan yang saat ini masih terisak. Kanaya paham, ditampar kenyataan sepahit ini pasti sangat menyakitkan.

Rasanya memang tidak mudah menghadapi kenyataan tak terduga yang membuat hati Alan hancur berkeping-keping.

Alan tak menyangka jika rumah tangganya selama ini, ternyata seperti sebuah lelocon yang membuat dirinya terlihat bodoh.

Hasil tes itu seperti palu yang menghantam jiwanya, meremukkan segala kebanggaan yang selama ini ia genggam. Lima tahun lebih ia merawat, menyayangi, dan membesarkan Kenan dengan penuh kasih.

Air matanya jatuh, bukan karena marah, tapi karena hancur. Ia bukan sekadar kehilangan status sebagai ayah, tapi kehilangan makna dari setiap pengorbanannya.

Alan tahu, dalam menjalani rumah tangga mereka dulu, Arumi sa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 178

    Alan memarkir mobilnya di depan sebuah rumah mewah, yang dulu pernah menjadi tempat yang cukup istimewa baginya.Rumah tersebut, selalu membuat dadanya berdesir hebat tatkala hendak menemui seorang wanita yang membuat dirinya merasakan apa yang disebut cinta pertama. Saat ini, Alan memang mendatangi rumah Arumi. Tadi dia memang cuma berpamitan untuk menemui Kenan. Alan sengaja tak mengatakan hal tersebut pada Kanaya, karena jika Kanaya tahu Alan mendatangi Arumi untuk melupakan amarahnya, Kanaya pasti akan mencegah.Langkah Alan terasa berat saat mengetuk pintu. Hatinya masih dipenuhi amarah, kecewa, dan kebingungan setelah tahu kebenaran yang baru saja dia ketahui, tentang anak yang selama ini dia besarkan dengan penuh kasih ternyata bukan darah dagingnya.Pintu terbuka, seorang pembantu tampak berdiri di depan Alan."Bisa say bertemu dengan Arumi?" "Sebentar, Tuan. Silahkan Tuan Alan duduk dulu."Pembantu tersebut, lalu masuk ke dalam rumah. Sedangkan Alan masih berdiri di ambang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 179

    Langit mendung menggantung rendah, seolah ikut menekan dada Alan yang dipenuhi amarah. Tangannya mencengkeram erat setir mobil, sementara kakinya menginjak pedal gas dengan kasar. Jalanan di depan terasa sempit, padahal itu hanyalah perasaannya yang terbakar. Klakson berbunyi nyaring, bukan karena keadaan darurat, tetapi karena hatinya yang tak mampu lagi menahan gejolak emosi.Alan yang begitu diselimuti amarah, menyalip sebuah mobil di depannya dengan gerakan tajam, hampir menyerempet trotoar.Alan kemudian membentak sambil menekan klakson berulang kali. "Dasar brengsek! Bodoh, kalian!" umpat Alan kembali, sembari menghela napas kasar, jari-jarinya mengetuk-ngetuk setir dengan geram.Detak jantung Alan masih berpacu cepat. Amarah di dadanya belum reda, justru semakin menyala seiring dengan ketidaksabaran yang menggumpal.Beberapa saat kemudian, Alan yang masih diselimuti amarah pun akhirnya sampai di rumah orang tuanya.Matahari mulai condong ke barat ketika Alan turun dari mobil,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 180

    Perasaan Bu Sinta sungguh berkecamuk saat melihat wajah Alan yang kusut, matanya sembab, seperti baru saja menahan beban yang begitu berat. Dengan napas berat, dia menundukkan kepala, kedua tangannya meremas jemarinya sendiri.Sedangkan dirinya hanya bisa menatap dengan tatapan penuh kasih, sekaligus cemas."Alan, jangan ada yang kamu tutupi dari Mama, Nak."Alan menelan ludah, mencoba mengumpulkan keberanian. Suaranya bergetar saat ia mulai berbicara."Ma, beberapa saat yang lalu, aku melakukan tes DNA pada Kenan."Mulut Bu Sinta seketika terngaga. "A-apa, tes DNA? Tapi untuk apa? Kamu nggak yakin kalau Kenan itu anak kandungmu ...?""Dan hasilnya dia bukan darah dagingku … anak yang selama ini kupeluk, dan kebesaran ternyata bukan anak kandungku."Alan seketika kembali terisak. Suasana hening. Waktu seakan berhenti. Bu Sinta terkejut, matanya membesar, lalu mengerutkan kening seakan memastikan ia tidak salah dengar."Apa maksudmu, Alan? Kamu jangan nglantur. Kamu salah ngomong, 'kan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 181

    Beberapa Bulan Sebelumnya ....Di tengah derasnya badai salju yang mengguncang kota Shanghai, Rain melangkah tertatih di trotoar yang hampir tertutup sepenuhnya oleh tumpukan salju. Angin dingin menusuk hingga ke tulang, membuat setiap napas terasa berat.Di bawah terik matahari yang menyengat, seorang laki-laki berjalan tanpa arah di trotoar kota yang ramai.Bajunya yang kusut tertutup sebuah mantel, langkahnya gontai, dan wajahnya penuh dengan kelelahan yang tak hanya berasal dari tubuh, tapi juga dari jiwanya yang hancur. Tatapan orang-orang yang melintas hanya sesaat singgah padanya, penuh curiga dan kasihan, lalu berlalu seolah dia tak lebih dari bayangan yang mengusik kenyamanan dunia mereka.Setelah kejadian menyakitkan tepat seminggu yang lalu, Rain kini lontang lantung menjadi gelandangan di negeri orang, dia sendirian. Sedangkan asistennya sudah dia suruh pulang, karena istrinya akan melahirkan.Asisten Rain pulang dengan menggunakan sisa tabungan milik Rain yang dia miliki.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 182

    "Apakah Stela yang melakukan itu?" gumam Rain, menyebut sebuah nama yang beberapa waktu ini dia curigai, seraya memegang kemudi dengan erat.Stela Wang, sosok wanita berdarah Tiongkok yang dikenalnya beberapa bulan lalu. Stela merupakan cucu dari seorang pria paruh baya bernama Wang Xi Zhu, yang pernah Rain tolong ketika terjadi badai.Setelah berkenalan dengan keluarga bermarga Wang tersebut, kehidupan Rain berubah. Rain yang sudah tak memiliki uang sama sekali, diminta tinggal di apartemen kosong milik keluarga kaya tersebut.Tak hanya itu, setelah mengetahui jika Rain adalah seorang fotografer, dia diminta untuk memegang studio milik keluarga mereka yang terabaikan, karena sibuk mengutamakan bisnis yang lain.Berkat kerja keras Rain, serta dukungan dari Stela, dan Kakek Wang, studio tersebut pun hidup kembali. Setelah kerja kerasnya membuahkan hasil, Rain pulang ke Indonesia, untuk membuka studio, dan cabang bisnis yang lain.Sedangkan studio yang awalnya dia pegang di Shanghai, Ra

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 183

    "Mengapa kau melakukan ini, Stela? Jelaskan kenapa kau membuat nama baikku hancur?" "A-ku nggak bermaksud ...." "Nggak bermaksud? Bukankah buktinya sudah sangat nyata? Kau mau mengelak apa lagi, Stela?" Mata Stela tampak berkaca-kaca. "A-aku hanya ... aku hanya nggak ingin kehilanganmu."Rain tertawa sinis, penuh luka. "Apa kau bilang? Kehilangan aku? Aku benar-benar nggak ngerti maksud kamu, Stela. Kau sudah mendorongku ke jurang yang paling dalam, lalu kami bilang kamu nggak pengen kehilangan aku? Kehilangan apa yang kau maksud, hah?""Rain, aku nggak bisa nyimpan ini lagi. Aku mencintaimu! Aku udah lama nunggu waktu yang tepat, tapi aku sadar nggak ada waktu yang benar-benar sempurna. Aku ingin kamu tahu, kalau sejak awal kita ketemu, aku udah tertarik sama kamu. Setiap detik yang kita lewati bersama, selalu berharga buatku. Aku ingin ada di sisimu, ingin membuatmu bahagia … Aku benar-benar mencintaimu dengan tulus!" papar Stela dengan suara mantap, penuh keberanian.Stela menat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 184

    Kening Alan mengernyit. "Siapa yang datang, Sayang?""Rain ....""Rain?" sahut Alan, tak menyangka jika laki-laki tersebut, sampai berbuat senekad itu datang ke rumah sakit, untuk menemui Kanaya."Ya, beberapa saat setelah kamu pergi, dia tiba-tiba masuk ke ruangan ini.""Lalu, apa yang dia lakukan? Kamu baik-baik aja, 'kan? Dia nggak nyakitin kamu, 'kan?" Kanaya menggeleng sembari tersenyum simpul. "Nggak, dia cuma tanya apa kita yang menyebarkan tentang foto itu.""Terus kamu jawab apa?" sahut Alan penasaran. "Aku jawab kami nggak tahu apapun, karena kami nggak mau mencampuri kehidupan mereka. Lagi pula, sudut pandang foto-foto tersebut, banyak yang diambil dari ponsel Rain sendiri. Begitu pula dengan rekaman CCTV di apartemen itu. Kita juga sama sekali nggak tahu di mana apartemennya bukan? Jadi, nggak mungkin kita mengambil rekaman di apartemen tersebut.""Jawaban kamu udah benar, Sayang. Pacar aku emang pinter."Alan mengacak-acak rambut Kanaya, lalu mengecup keningnya. "Aku sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 185

    Kamar itu terasa dingin, padahal cuaca pagi ini begitu cerah. Lampu kecil di sudut ruangan masih menyala, tetapi Arumi tidak ada di sana.Selimut kusut, dan ponselnya tergeletak di atas ranjang. Rain melangkah lebih dekat, mencoba mencari petunjuk. Tidak ada tas atau jaket yang hilang. Jendela kamar sedikit terbuka, membuat semilir angin masuk perlahan, menggoyangkan tirai putih tipis yang menari dengan sunyi.Dada Rain mulai sesak. Rain duduk di sudut kamar, menatap ponsel yang sejak tadi bisu. Ponsel tersebut, ponsel baru milik Arumi yang dibelikan oleh Pak Rama, setelah laki-laki paruh baya itu berpura-pura jika ponsel Arumi rusak.Rain mengingat kembali percakapan terakhir dengannya. Tak ada pertengkaran, tak ada tanda-tanda jika dia akan pergi. Lalu, mengapa? Mengapa Arumi tiba-tiba menghilang?"Ada apa, Rain? Di mana Arumi?" tanya Pak Rama yang kini sudah berdiri di ambang pintu.Rain menoleh, lalu berkata, "Saat saya masuk ke kamar ini, Arumi udah nggak ada di sini" A-apa maks

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11

Bab terbaru

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 243

    Rain melirik Arumi, kekasihnya, yang tampak sendu saat menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Tatapan wanita itu kosong, seolah pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Rain mengeratkan genggamannya di tangan Arumi, mencoba mengalirkan kehangatan, tetapi Arumi tetap terpaku.Alan, mantan suami Arumi, duduk dengan tenang di seberang mereka, mengucapkan ijab kabul dengan suara mantap. Setiap kata yang keluar dari bibir pria itu seperti bilah pisau yang mengiris perasaan Arumi. Rain bisa merasakan tarikan napas berat dari kekasihnya, seolah dia sedang berjuang keras menahan sesuatu di dalam hatinya.Rain tahu, meski kini Arumi adalah miliknya, ada bagian dari hati wanita itu yang masih berdamai dengan luka lama, dan di momen ini, Rain yakin, luka itu kembali menganga.Wanita itu masih terpaku menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Wajahnya terlihat tenang, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang sulit diartikan.Perlahan, Rain meraih tangan Arumi, menggenggamnya dengan lembut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 242

    Pagi ini, mentari bersinar lembut, menyapa dengan kehangatan yang membalut langit dalam semburat jingga keemasan. Angin sepoi-sepoi berbisik di antara dedaunan, menyertai aroma bunga-bunga segar yang menghiasi pelataran rumah besar tempat pernikahan Kanaya berlangsung.Kanaya baru saja selesai dirias. Wajahnya tampak begitu cantik dengan balutan make-up pernikahan yang sempurna. Dia menatap bayangannya di cermin, mengagumi bagaimana setiap detail dirancang untuk hari istimewanya. Jemarinya perlahan merapikan gaun yang membalut tubuhnya, memastikan segalanya tampak sempurna.Senyum manisnya merekah seperti mawar yang baru bermekaran. Matanya berbinar, mencerminkan harapan dan kebahagiaan yang memenuhi hatinya. Hari ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya, dan dia siap melangkah dengan penuh keyakinan.Saat ini, gadis itu berdiri di depan cermin dengan gaun pengantinnya yang anggun. Jemarinya sedikit gemetar saat merapikan kerudung yang menjuntai indah. Dia menatap bayangannya de

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 241

    Di sudut taman rumah sakit jiwa, di bawah pohon kamboja yang bunganya mulai berguguran, seorang wanita tua duduk sendiri di bangku besi yang mulai berkarat.Rambutnya kusut, sebagian telah memutih, dan gaun lusuh yang dia kenakan tampak terlalu besar untuk tubuhnya yang semakin kurus. Namun, ada sesuatu yang menenangkan dalam caranya duduk, tenang, dan anggun, seolah dunia yang dulu pernah menghancurkannya kini tak lagi punya kuasa atasnya.Dia tersenyum, senyum yang bukan dibuat-buat. Senyum yang bukan karena bahagia, tetapi karena menerima. Matanya kosong, tapi di kedalaman sorotnya, ada sesuatu yang sulit dijelaskan—keikhlasan. Seakan semua luka, semua kepedihan yang pernah membawanya ke tempat ini, telah dia genggam, lalu dia lepaskan dengan ringan.Angin sore berembus lembut, mengayun ujung selendangnya yang lusuh. Beberapa pasien lain berjalan mondar-mandir di taman itu, beberapa berbicara sendiri, beberapa hanya diam seperti patung. Namun, Bu Dahlia berbeda, dia tidak berbicara

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 240

    Hujan turun dengan lembut, membasahi dedaunan di halaman rumah Rain. Hawa dingin menyusup melalui celah jendela, menciptakan suasana sendu yang seolah menggambarkan isi hatinya.Sudah beberapa hari sejak Arumi kembali, kepulangannya tidak seperti yang diharapkan Rain. Wanita yang dia cintai selalu berdiri di depannya dengan tatapan kosong, tak lagi mengenalnya, tak lagi mengingat kisah mereka. Yang lebih menyakitkan, ingatan yang tersisa justru tentang pria lain, mantan suaminya, Alan.Hal tersebut, membuat Rain ragu untuk menemui Arumi, dan beberapa hari terakhir, dia memilih tak datang ke rumah kekasihnya. Padahal Arumi sudah menunggunya. Malam itu, Arumi pun memutuskan untuk datang ke rumah Rain. Gadis itu berdiri di ambang pintu, mengetuk pelan pintu rumah tersebut. Lalu, tak berapa lama, pintu itu pun terbuka, dan Bu Hani berdiri di depannya."Selamat malam, Bu.""Oh Arumi, ayo masuk, Nak." Bu Hani menyuruh Arumi masuk ke dalam rumah dengan lembut, sambil memperhatikan wajah ga

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 239

    Arumi menatap secangkir cappuccino di hadapannya, uap hangat mengepul pelan, seolah menari di udara. Namun, pikirannya jauh lebih dingin dan berkabut daripada minuman itu. Di depannya, Kanaya duduk dengan tenang, sesekali mengaduk minumannya tanpa benar-benar meminumnya."Jadi ...." Arumi membuka suara, suaranya terdengar ragu. "Apa aku benar-benar mencintainya?"Kanaya mengangkat wajahnya, menatap kakak tirinya dengan sorot lembut tapi penuh berhati-hati. "Yang aku tahu, kalian sudah menjalin hubungan cukup lama. Kalau tentang bagaimana perasaanmu padanya, aku nggak tahu."Arumi mengangguk pelan, mencoba mencerna kata-kata itu. Kekasih, kata itu terdengar begitu asing. Dia menggigit bibir, menatap jemarinya sendiri yang menggenggam sendok kecil. "Tapi, aku sama sekali nggak ingat sedikitpun tentang dia. Bahkan, saat berada di sampingnya tak ada sama sekali getaran layaknya orang jatuh cinta."Kanaya menghela napas. "Itu wajar. Amnesiamu membuatmu melupakan banyak hal. Tapi Rain ....

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 238

    Arumi terdiam di dalam mobil yang berhenti di depan rumah megah itu, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi bukan itu yang membuatnya gemetar, melainkan ketakutan yang mencengkeram hatinya. Setelah sekian lama, akhirnya dia memberanikan diri datang ke rumah mantan mertuanya, tempat Kenan kini tinggal.Di sampingnya, Kanaya menyentuh lengannya pelan. “Kak, kalau belum siap, kita bisa balik,” bisiknya, suaranya lembut tapi penuh dukungan. Kayana mengatakan itu bukannya tanpa alasan, karena pesan yang dikirimkan Alan pun terlihat ambigu.Alan tak mengatakan Kenan mau bertemu dengan Arumi atau tidak, hanya menyuruh mereka untuk datang.Arumi menghela napas panjang. “Aku harus melakukan ini, Nay. Aku sudah terlalu lama membiarkan jarak di antara kami.”Kanaya mengangguk, meski dia tahu ini tidak akan mudah. Dia tahu, Kenan, yang selama ini menyimpan luka dan kebencian, mungkin tidak akan menerima Arumi begitu saja dengan mudah.Keduanya pun turun dari

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 237

    Alan dan Bu Sinta duduk berhadapan dengan Kenan di ruang tengah. Wajah mereka penuh harap, sementara Kenan menundukkan kepala, tangannya erat menggenggam mobil-mobilan birunya.“Mama mau ketemu kamu, Kenan.”Suara Bu Sinta terdengar lembut, seolah takut membuatnya marah. Namun, Kenan menggeleng cepat. “Nggak mau.”Anak itu masih menolak, meskipun sudah lama dia tak bertemu dengan Arumi. Alan sebenarnya paham, memang hal tersebut membuat luka yang besar di dalam hati. Kejadian itu memang sudah lama berlalu, tapi Kenan masih ingat malam itu, di mana dia melihat Arumi bermesraan dengan pria lain yang bukan ayahnya. Meskipun sebenarnya laki-laki itu adalah ayah kandungnya sendiri. Namun, Kenan tak mengetahui itu, yang Kenan tahu, ayah kandungnya hanyalah Alan.Sejak saat itu, Arumi menjadi sesuatu yang asing baginya. Kenan seolah membuat jauh-jauh wanita itu dalam hidupnya.“Tapi, Kenan. Mama Arumi kangen sama kamu,” bujuk Bu Sinta lagi. Meskipun Bu Sinta tak terlalu menyukai Arumi. Nam

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 236

    Di dalam kamar milik Arumi yang berwarna pastel dengan pencahayaan temaram dari lampu meja, Arumi dan Kanaya, duduk di atas sofa. Arumi bersandar pada sofa tersebut, sementara Kanaya duduk dengan gelagat canggung di sampingnya, memainkan ujung pakaian yang dia kenakan dengan jemarinya.Kanaya tak tahu apa yang akan Arumi bicarakan. Sejujurnya di dalam hati Kanaya, ada rasa cemas dengan apa yang akan dikatakan oleh Arumi. Kanaya menggigit bibirnya, menahan perasaan yang campur aduk.Sedangkan Arumi, menghela napas pelan, menatap langit-langit sejenak sebelum mengalihkan pandangannya pada Kanaya."Aku minta maaf ...."Suara lirih Arumi memutus keheningan. Matanya kini tampak berkaca-kaca, menggenggam gelas kopi yang mulai mendingin. Beberapa minggu terakhir adalah mimpi buruk baginya—kehilangan ingatan, perasaan kacau, dan prasangka yang salah terhadap Kanaya."Minta maaf untuk apa, Kak?"Kanaya menatap Arumi dengan sabar, meskipun jelas ada luka di matanya. Arumi menarik napas dalam, m

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 235

    Arumi menatap wajah lelaki paruh baya di depannya dengan mata nanar. Ayahnya baru saja menceritakan tentang siapa dirinya sebelum amnesia merenggut sebagian ingatannya. Namun, alih-alih menemukan ketenangan, yang dia rasakan justru kesedihan yang begitu dalam.Apalagi saat mengetahui jika ternyata ibunya masuk rumah sakit jiwa akibat tekanan batin karena telah berbuat jahat pada ibu kandung Kanaya sampai meninggal. Arumi benar-benar tak menyangka jika kehidupan masa lalunya seburuk itu."Dulu Mama kamu juga sengaja suruh kamu buat angkat Kanaya sebagai anak, beberapa hari setelah ibunya Kanaya meninggal. Dia melakukan itu karena merasa bersalah, apalagi saat itu Kanaya juga menjadi gelandang."Arumi memejamkan mata, hatinya seakan teriris mendengar penuturan demi penuturan ayahnya yang terasa begitu menyakitkan."Jadi, aku dulu seperti itu?" Suara Arumi bergetar, nyaris tak terdengar.Pak Rama mengangguk perlahan, wajahnya penuh luka yang tak kasat mata. "Kau pernah menjadi wanita yan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status