"Kamu udah telat? Telat berapa hari?" tanya Alan, dengan ekspresi yang sulit Kanaya terka."Sebenarnya baru telat dua hari sih.""Coba nanti kalau udah telat satu minggu, kamu tes. Kamu tenang aja, aku nggak akan ninggalin kamu. Sebentar lagi kita juga menikah."Kanaya mengangguk ragu, antara cemas, juga takut. Alan menarik napas dalam, kemudian menarik tubuh Kanaya ke dalam dekapannya, membiarkan kehangatan tubuh Kanaya menyatu dengan tubuhnya.Di balik jendela kamar, matahari masih bersinar terang. Sinarnya menyengat, bagaikan cinta kedua insan itu yang begitu membara.Alan bisa merasakan helaan napas Kanaya yang masih tersengal, bercampur dengan sesuatu yang lebih dalam—keraguan, mungkin juga ketakutan.“Sayang, kamu kenapa? Takut?"Kanaya tak langsung menjawab. Jemarinya yang mungil menggenggam selimut, seakan mencari pegangan dalam pikirannya sendiri. Alan mengecup puncak kepalanya, mencoba menyalurkan ketenangan.“Kalau sesuatu terjadi, dan Papa sampai tahu, aku takut, Mas."Ala
Last Updated : 2025-02-23 Read more