Share

Bab 199

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2025-02-18 16:31:13

Angin berhembus lembut, membawa aroma hangus dan asap yang masih menggantung di udara. Rain berlari dengan napas terengah-engah, setelah turun dari mobil.

Jantungnya berdegup keras seperti genderang perang di dadanya. Dari kejauhan kejauhan, ia melihat cahaya merah dan biru berkedip-kedip, berbaur dengan nyala api yang menyala-nyala.

Langkah kakinya terhenti di tepian jalan yang penuh puing-puing. Di hadapannya, mobil yang pernah dia kenali dengan baik—mobil yang membawa kekasihnya ke mana pun mereka pergi bersama—kini tak lebih dari kerangka hangus, terpanggang tanpa ampun. Bau logam terbakar dan karet yang meleleh menusuk indra penciumannya.

Matanya menyapu sekitar dengan liar, berharap menemukan wajah yang dirindukannya dalam kondisi selamat, walau hanya secercah harapan yang tersisa. Polisi dan petugas medis tampak sibuk, tapi tak ada satu pun yang memberinya jawaban saat ia bertanya dengan suara yang hampir pecah.

"Di mana dia?" suaranya nyaris seperti erangan, tercekik oleh kep
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 200

    Suasana pemakaman pagi ini, dipenuhi dengan kesedihan yang mendalam. Langit mendung, seakan ikut merasakan duka yang melanda. Jenazah Arumi yang telah dipersiapkan di rumah, dibalut kain kafan putih yang rapi dan dihiasi dengan wewangian. Kini, jenazah terbaring dalam peti kayu, siap untuk diantar ke tempat peristirahatan terakhir.Sesampainya di pemakaman, mobil jenazah berhenti pelan di dekat pintu masuk pemakaman. Liang kubur yang telah digali dalam. Tanah di sekitar kubur terlihat masih basah, menambah kesan hening dan sakral.Angin berhembus perlahan, menyapu wajah para pelayat yang berdiri di sekitar liang kubur, seakan membawa pesan-pesan terakhir dari orang yang telah pergi. Rintihan isak tangis terdengar di antara kebisuan, sementara suara langkah kaki para pelayat terdengar berat, seperti membawa beban yang tak terkatakan.Cuaca yang redup, menciptakan bayangan samar-samar di antara pepohonan yang mengelilingi pemakaman. Semua orang tampak terdiam, meresapi kepergian yang

    Last Updated : 2025-02-18
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 201

    Satu Bulan Kemudian ....Matahari pagi menyinari bangunan kampus yang berdiri angkuh di tengah kota. Hembusan angin yang membawa aroma rerumputan basah menyelimuti suasana. Seorang wanita berdiri di depan gerbang kampus, memandangi dengan tatapan penuh rasa rindu yang tak bertepi.Setelah beberapa bulan terakhir ini, Kanaya absen karena kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya, dan juga kasus skandal yang mendera, dia akhirnya kembali ke tempat yang pernah menjadi tempatnya menimba ilmu.Tangannya menggenggam pagar besi hitam untuk menaiki tangga di depan lobby kampus. Pandangannya menyapu tiap sudut bangunan yang sarat dengan kenangan.Untuk saat ini, Kanaya tak ingin langsung menuju ke ruangan tujuannya dia datang ke kampus ini. Namun, dia ingin bernostalgia sejenak.Langkah pertama yang diambilnya terasa berat, seolah setiap jengkal tanah membawa beban emosional yang sulit terucap. Dia berjalan perlahan melewati taman kecil tempatnya dulu menghabiskan waktu belajar dan bercanda de

    Last Updated : 2025-02-19
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 202

    Tanpa Arga tahu, saat ini ada seorang mahasiswi yang menatapnya kesal."Ck, sia-sia tadi gue kompor-komporin yang lain buat bully Kanaya kalo ternyata hasilnya kaya gini. Arga malah bela Kanaya habis-habisan!""Dasarnya Arganya aja yang masih aja ngejar Kanaya. Mau dia berbuat seburuk apapun, Arga kayaknya nggak peduli. Cinta itu buta, Vanel."Vanel kembali menggerutu kesal. Selama ini, dia memang selalu berusaha menjatuhkan Kanaya. Bahkan, pernah menguncinya di kamar mandi. Namun, usaha itu selalu saja gagal."Tapi ini di luar nalar, Lia. Arga masih aja bela gadis udik itu, setelah semua perbuatan bejat yang Kanaya lakukan.""Vanel, gue tahu lo kecewa. Tapi Arga juga berhak memilih siapa yang dia suka. Masalah hati itu rumit, dan nggak bisa dipaksakan.""Jangan bilang aku nggak berhak marah. Kami udah dijodohkan sejak kecil, Lia. Selain itu, aku juga udah berusaha menjatuhkan Kanaya dengan menambahkan berita buruk tentang skandalnya yang tersebar. Aku juga udah coba bikin Arga tahu s

    Last Updated : 2025-02-19
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 203

    Hujan rintik membasahi tanah merah yang masih basah oleh air mata. Di depan nisan sederhana bertuliskan namanya, Rain berdiri kaku, seolah jiwanya terjebak di antara dua dunia. Setiap tetesan hujan yang jatuh terasa seperti beban tak kasatmata yang menekan dada, mengingatkan dirinya pada kenyataan yang tak bisa dipungkiri pungkiri, jika kekasihnya telah pergi.Rain masih bisa mengingatnya dengan jelas—senyum hangatnya, tawa kecil yang selalu menenangkan hatinya, dan mata yang memandang dengan sorot mata cantik yang tak bisa dideskripsikan.Semua kenangan itu sekarang hanya bayangan, serpihan yang menari di sudut pikiranku. Hari itu, dia terlambat satu jam saat panggilan terakhir darinya masuk ke ponsel.Pada akhirnya, satu jam itu harus ditukar dengan penyesalan tak berujung. Ketika Rain baru saja menyelesaikan pekerjaannya, kabar itu datang seperti petir di siang bolong.Kini, Rain bagaikan manusia yang tak memiliki harapan. Patah hati yang dia rasakan bukan sekadar luka, melainkan k

    Last Updated : 2025-02-20
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 204

    Langit biru terhampar luas di balik jendela kecil pesawat. Awan-awan putih menggumpal seperti kapas raksasa, mengambang bebas seolah tanpa tujuan. Di kursinya, seorang laki-laki duduk diam, matanya tertuju pada horizon jauh. Wajahnya tenang, tapi matanya menyimpan beban yang sulit diterjemahkan dalam kata-kata.Setiap gumpalan awan mengingatkannya pada senyuman lembut yang dulu selalu dia lihat setiap pagi. Dia dapat membayangkan kekasihnya di sana, berdiri di atas awan, tertawa dengan cahaya matahari menyinari wajahnya. Kenangan itu muncul tiba-tiba, seperti potongan film yang tak berkesudahan.Tangannya perlahan mengusap cincin sederhana yang masih melingkar di jarinya—kenangan terakhir yang nyata darinya. Dia teringat obrolan mereka suatu sore, duduk di pantai dengan langit yang berwarna keemasan.Mata laki-laki itu mulai berembun, tapi dia tidak menyeka air matanya. Dia membiarkan rasa itu mengalir bersama angin yang berhembus tipis dalam kabin. Rasa kehilangan yang begitu dalam,

    Last Updated : 2025-02-20
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 205

    Pada pagi yang berkabut, tim medis forensik tiba di lokasi pemakaman untuk melaksanakan proses ekshumasi dan autopsi atas permintaan pihak berwenang. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk mengungkap fakta-fakta yang mungkin dapat memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai jenazah yang akan diautopsi.Langkah pertama, area sekitar makam dipasangi pembatas guna menjaga keamanan dan privasi. Setelah izin resmi ditunjukkan, tim mulai menggali liang lahat dengan hati-hati, menggunakan peralatan yang telah disterilkan. Suasana penuh kehormatan menyelimuti proses ini, dengan keluarga, dan perwakilan pihak terkait yang hadir di sekitar lokasi.Kanaya, menemani Pak Rama di pemakaman tersebut, untuk mengambil sample bagian tubuh jenazah yang diduga milik Arumi untuk dilakukan tes DNA.Saat kejadian kecelakaan tersebut, mereka memang tidak melakukan autopsi. Karena mereka pikir, yang di dalam mobil itu, hanyalah supir pribadi Rain, dan Arumi saja.Mereka tak tahu jika di dalam mobil tersebut

    Last Updated : 2025-02-20
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 206

    Alan berdiri di depan jendela besar kantornya, menatap ke luar dengan sorot mata yang tajam. Malam sudah larut, dan hanya ada beberapa lampu jalan yang menyala menerangi kota. Lalu, tiba-tiba suara ketukan di pintu memecah keheningan. Alan menoleh dan memberikan isyarat agar orang yang mengetuk masuk."Masuk."Pintu ruangan itu pun terbuka. "Apa sudah ada kabar?" tanya Alan, dengan begitu tergesa-gesa, pada anak buahnya yang bernama Johan."Belum banyak, Bos. Kami sempat melihat CCTV di jalanan yang dilalui oleh mobil yang dinaiki oleh Nyonya Arumi, dan dari CCTV tersebut, ada sesuatu yang terlihat aneh.""Apa yang kalian temukan?" sahut Alan, yang memang sudah menduga ada yang tidak beres dengan semua ini."Dari beberapa CCTV yang kami lihat, sepertinya ada dua buah mobil yang menguntit mobil tersebut." Kening Alan mengernyit. "Ada dua buah mobil? Jadi, kemungkinan mobil yang dinaiki Arumi, diikuti oleh dua mobil itu, lalu dipepet hingga oleng, dan meledak." Johan pun mengangguk.

    Last Updated : 2025-02-21
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 207

    "Maaf kakek, saat ini saya masih dalam keadaan berduka, dan belum ingin membahas pernikahan."Rain masih mengingat jelas, setiap kata yang tadi dia jawab pada Kakek Wang, memintanya untuk menikah dengan Stela.Tentu saja, Rain ingin menolak dengan tegas, dan mengatakan tak ingin menikah dengan cucunya itu. Namun, dia tak ingin penolakan darinya membuat Kakek Wang merasa tersinggung. Bagaimanapun juga, dia adalah sosok yang tanpa pamrih telah menariknya keluar dari jurang keputusasaan, yang membuatnya berdiri lagi saat semuanya terasa mustahil.Untungnya, Kakek Wang bisa mengerti dengan jawaban Rain, dan tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Dia paham, bagaimana sakitnya kehilangan sosok yang dicintai.Sebenarnya laki-laki paruh baya itu pun tak memaksa. Apalagi, dia juga tahu bagaimana masa lalu Rain dengan Arumi. Namun, di balik semua itu, ada tekanan lain, yaitu dari ibu kandungnya sendiri yang sangat menyukai sosok Stela, yang cukup akrab dengannya.Bu Hani, tampak begitu an

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 243

    Rain melirik Arumi, kekasihnya, yang tampak sendu saat menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Tatapan wanita itu kosong, seolah pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Rain mengeratkan genggamannya di tangan Arumi, mencoba mengalirkan kehangatan, tetapi Arumi tetap terpaku.Alan, mantan suami Arumi, duduk dengan tenang di seberang mereka, mengucapkan ijab kabul dengan suara mantap. Setiap kata yang keluar dari bibir pria itu seperti bilah pisau yang mengiris perasaan Arumi. Rain bisa merasakan tarikan napas berat dari kekasihnya, seolah dia sedang berjuang keras menahan sesuatu di dalam hatinya.Rain tahu, meski kini Arumi adalah miliknya, ada bagian dari hati wanita itu yang masih berdamai dengan luka lama, dan di momen ini, Rain yakin, luka itu kembali menganga.Wanita itu masih terpaku menatap prosesi akad nikah Alan dan Kanaya. Wajahnya terlihat tenang, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang sulit diartikan.Perlahan, Rain meraih tangan Arumi, menggenggamnya dengan lembut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 242

    Pagi ini, mentari bersinar lembut, menyapa dengan kehangatan yang membalut langit dalam semburat jingga keemasan. Angin sepoi-sepoi berbisik di antara dedaunan, menyertai aroma bunga-bunga segar yang menghiasi pelataran rumah besar tempat pernikahan Kanaya berlangsung.Kanaya baru saja selesai dirias. Wajahnya tampak begitu cantik dengan balutan make-up pernikahan yang sempurna. Dia menatap bayangannya di cermin, mengagumi bagaimana setiap detail dirancang untuk hari istimewanya. Jemarinya perlahan merapikan gaun yang membalut tubuhnya, memastikan segalanya tampak sempurna.Senyum manisnya merekah seperti mawar yang baru bermekaran. Matanya berbinar, mencerminkan harapan dan kebahagiaan yang memenuhi hatinya. Hari ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya, dan dia siap melangkah dengan penuh keyakinan.Saat ini, gadis itu berdiri di depan cermin dengan gaun pengantinnya yang anggun. Jemarinya sedikit gemetar saat merapikan kerudung yang menjuntai indah. Dia menatap bayangannya de

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 241

    Di sudut taman rumah sakit jiwa, di bawah pohon kamboja yang bunganya mulai berguguran, seorang wanita tua duduk sendiri di bangku besi yang mulai berkarat.Rambutnya kusut, sebagian telah memutih, dan gaun lusuh yang dia kenakan tampak terlalu besar untuk tubuhnya yang semakin kurus. Namun, ada sesuatu yang menenangkan dalam caranya duduk, tenang, dan anggun, seolah dunia yang dulu pernah menghancurkannya kini tak lagi punya kuasa atasnya.Dia tersenyum, senyum yang bukan dibuat-buat. Senyum yang bukan karena bahagia, tetapi karena menerima. Matanya kosong, tapi di kedalaman sorotnya, ada sesuatu yang sulit dijelaskan—keikhlasan. Seakan semua luka, semua kepedihan yang pernah membawanya ke tempat ini, telah dia genggam, lalu dia lepaskan dengan ringan.Angin sore berembus lembut, mengayun ujung selendangnya yang lusuh. Beberapa pasien lain berjalan mondar-mandir di taman itu, beberapa berbicara sendiri, beberapa hanya diam seperti patung. Namun, Bu Dahlia berbeda, dia tidak berbicara

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 240

    Hujan turun dengan lembut, membasahi dedaunan di halaman rumah Rain. Hawa dingin menyusup melalui celah jendela, menciptakan suasana sendu yang seolah menggambarkan isi hatinya.Sudah beberapa hari sejak Arumi kembali, kepulangannya tidak seperti yang diharapkan Rain. Wanita yang dia cintai selalu berdiri di depannya dengan tatapan kosong, tak lagi mengenalnya, tak lagi mengingat kisah mereka. Yang lebih menyakitkan, ingatan yang tersisa justru tentang pria lain, mantan suaminya, Alan.Hal tersebut, membuat Rain ragu untuk menemui Arumi, dan beberapa hari terakhir, dia memilih tak datang ke rumah kekasihnya. Padahal Arumi sudah menunggunya. Malam itu, Arumi pun memutuskan untuk datang ke rumah Rain. Gadis itu berdiri di ambang pintu, mengetuk pelan pintu rumah tersebut. Lalu, tak berapa lama, pintu itu pun terbuka, dan Bu Hani berdiri di depannya."Selamat malam, Bu.""Oh Arumi, ayo masuk, Nak." Bu Hani menyuruh Arumi masuk ke dalam rumah dengan lembut, sambil memperhatikan wajah ga

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 239

    Arumi menatap secangkir cappuccino di hadapannya, uap hangat mengepul pelan, seolah menari di udara. Namun, pikirannya jauh lebih dingin dan berkabut daripada minuman itu. Di depannya, Kanaya duduk dengan tenang, sesekali mengaduk minumannya tanpa benar-benar meminumnya."Jadi ...." Arumi membuka suara, suaranya terdengar ragu. "Apa aku benar-benar mencintainya?"Kanaya mengangkat wajahnya, menatap kakak tirinya dengan sorot lembut tapi penuh berhati-hati. "Yang aku tahu, kalian sudah menjalin hubungan cukup lama. Kalau tentang bagaimana perasaanmu padanya, aku nggak tahu."Arumi mengangguk pelan, mencoba mencerna kata-kata itu. Kekasih, kata itu terdengar begitu asing. Dia menggigit bibir, menatap jemarinya sendiri yang menggenggam sendok kecil. "Tapi, aku sama sekali nggak ingat sedikitpun tentang dia. Bahkan, saat berada di sampingnya tak ada sama sekali getaran layaknya orang jatuh cinta."Kanaya menghela napas. "Itu wajar. Amnesiamu membuatmu melupakan banyak hal. Tapi Rain ....

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 238

    Arumi terdiam di dalam mobil yang berhenti di depan rumah megah itu, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi bukan itu yang membuatnya gemetar, melainkan ketakutan yang mencengkeram hatinya. Setelah sekian lama, akhirnya dia memberanikan diri datang ke rumah mantan mertuanya, tempat Kenan kini tinggal.Di sampingnya, Kanaya menyentuh lengannya pelan. “Kak, kalau belum siap, kita bisa balik,” bisiknya, suaranya lembut tapi penuh dukungan. Kayana mengatakan itu bukannya tanpa alasan, karena pesan yang dikirimkan Alan pun terlihat ambigu.Alan tak mengatakan Kenan mau bertemu dengan Arumi atau tidak, hanya menyuruh mereka untuk datang.Arumi menghela napas panjang. “Aku harus melakukan ini, Nay. Aku sudah terlalu lama membiarkan jarak di antara kami.”Kanaya mengangguk, meski dia tahu ini tidak akan mudah. Dia tahu, Kenan, yang selama ini menyimpan luka dan kebencian, mungkin tidak akan menerima Arumi begitu saja dengan mudah.Keduanya pun turun dari

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 237

    Alan dan Bu Sinta duduk berhadapan dengan Kenan di ruang tengah. Wajah mereka penuh harap, sementara Kenan menundukkan kepala, tangannya erat menggenggam mobil-mobilan birunya.“Mama mau ketemu kamu, Kenan.”Suara Bu Sinta terdengar lembut, seolah takut membuatnya marah. Namun, Kenan menggeleng cepat. “Nggak mau.”Anak itu masih menolak, meskipun sudah lama dia tak bertemu dengan Arumi. Alan sebenarnya paham, memang hal tersebut membuat luka yang besar di dalam hati. Kejadian itu memang sudah lama berlalu, tapi Kenan masih ingat malam itu, di mana dia melihat Arumi bermesraan dengan pria lain yang bukan ayahnya. Meskipun sebenarnya laki-laki itu adalah ayah kandungnya sendiri. Namun, Kenan tak mengetahui itu, yang Kenan tahu, ayah kandungnya hanyalah Alan.Sejak saat itu, Arumi menjadi sesuatu yang asing baginya. Kenan seolah membuat jauh-jauh wanita itu dalam hidupnya.“Tapi, Kenan. Mama Arumi kangen sama kamu,” bujuk Bu Sinta lagi. Meskipun Bu Sinta tak terlalu menyukai Arumi. Nam

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 236

    Di dalam kamar milik Arumi yang berwarna pastel dengan pencahayaan temaram dari lampu meja, Arumi dan Kanaya, duduk di atas sofa. Arumi bersandar pada sofa tersebut, sementara Kanaya duduk dengan gelagat canggung di sampingnya, memainkan ujung pakaian yang dia kenakan dengan jemarinya.Kanaya tak tahu apa yang akan Arumi bicarakan. Sejujurnya di dalam hati Kanaya, ada rasa cemas dengan apa yang akan dikatakan oleh Arumi. Kanaya menggigit bibirnya, menahan perasaan yang campur aduk.Sedangkan Arumi, menghela napas pelan, menatap langit-langit sejenak sebelum mengalihkan pandangannya pada Kanaya."Aku minta maaf ...."Suara lirih Arumi memutus keheningan. Matanya kini tampak berkaca-kaca, menggenggam gelas kopi yang mulai mendingin. Beberapa minggu terakhir adalah mimpi buruk baginya—kehilangan ingatan, perasaan kacau, dan prasangka yang salah terhadap Kanaya."Minta maaf untuk apa, Kak?"Kanaya menatap Arumi dengan sabar, meskipun jelas ada luka di matanya. Arumi menarik napas dalam, m

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 235

    Arumi menatap wajah lelaki paruh baya di depannya dengan mata nanar. Ayahnya baru saja menceritakan tentang siapa dirinya sebelum amnesia merenggut sebagian ingatannya. Namun, alih-alih menemukan ketenangan, yang dia rasakan justru kesedihan yang begitu dalam.Apalagi saat mengetahui jika ternyata ibunya masuk rumah sakit jiwa akibat tekanan batin karena telah berbuat jahat pada ibu kandung Kanaya sampai meninggal. Arumi benar-benar tak menyangka jika kehidupan masa lalunya seburuk itu."Dulu Mama kamu juga sengaja suruh kamu buat angkat Kanaya sebagai anak, beberapa hari setelah ibunya Kanaya meninggal. Dia melakukan itu karena merasa bersalah, apalagi saat itu Kanaya juga menjadi gelandang."Arumi memejamkan mata, hatinya seakan teriris mendengar penuturan demi penuturan ayahnya yang terasa begitu menyakitkan."Jadi, aku dulu seperti itu?" Suara Arumi bergetar, nyaris tak terdengar.Pak Rama mengangguk perlahan, wajahnya penuh luka yang tak kasat mata. "Kau pernah menjadi wanita yan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status