“Kamu masih cemberut sejak tadi. Apa kamu marah padaku?” Emery memulai pembicaraan di tengah-tengah perjalanan pulang. Sesekali dia melirik wajah Ruben yang kelihatan gusar sekali malam ini.“Sayang ….” Emery merajuk.Akhirnya, Ruben menoleh dan mengatakan sesuatu kepadanya. “Ya, aku marah sekali sama kamu. Kamu itu istriku, tapi kamu pergi dengan pria lain.”Emery ketawa kecil menanggapinya. “Sayang, ayolah! Aku melakukan hal itu karena tidak ingin membuat Adrian curiga dengan hubungan kita.”“Tetap saja, aku kesal sama kamu, Sayang,” ketus Ruben.Ruben menghentikan laju mobilnya pada saat lampu lalu lintas berwarna merah. Emery melepas sabuk pengaman, lalu dia mendekati suaminya. Kecupan manis mendarat tepat di bibir Ruben.“Jangan marah lagi padaku, Sayang! Aku tidak ingin kamu bad mood malam ini,” bujuk Emery dengan segala bujuk rayunya.“Jangan lakukan lagi hal itu padaku! Karena aku akan marah sekali jika ada pria lain yang mendekatimu,” Ruben memperingatkan.“Tidak akan lagi. A
Baca selengkapnya