Ruben diam saja seraya menundukkan pandangannya. Dia tidak bisa menyembunyikan lagi masalah ini di depan Emery.“Aku tidak ingin kamu dijodohkan dengan anak itu. Aku mencintaimu begitu juga kamu, bukan? Aku tidak pernah rela pria lain menyentuh apalagi memilikimu.”Emery tersenyum sambil menatap suaminya penuh haru. Dia tidak menyangka jika alasan pernikahan mendadaknya ini disebabkan oleh perjodohan yang sudah direncanakan oleh Tuan Milano.Emery meraih tangan Ruben. “Kamu tenang saja. Aku tidak akan pernah dimiliki pria lain selain kamu. Karena kamu adalah suamiku. Kita sudah berjanji akan hidup bersama,” hiburnya.“Ya, kamu benar. Karena itulah aku memintamu untuk tidak datang ke acara itu. Aku takut sekali jika kamu menolaknya di hadapan semua orang, mereka akan mengusut pernikahan rahasia kita.”“Aku akan berbicara dengan Tuan Milano. Jika memang benar acara itu seperti yang kamu kira selama ini, maka aku akan menolaknya secara baik-baik. Dia atasan kita, Sayang. Kita bekerja di
“Tidak apa-apa, aku mengerti posisimu.”“Apa pekerjaanmu sudah selesai?”“Sudah dari tadi. Aku menunggumu sambil makan roti dan minum kopi.”“Maafkan aku, ya. Kamu jadi kesal karena sudah lama menungguku di sini.”Emery tersenyum seraya menghibur suaminya yang merasa tidak enakan karena telat datang menjemputnya. Meskipun dia sudah memaafkannya, tetap saja Ruben merasa bersalah dan ingin sekali menebusnya langsung pada istrinya.“Apa kamu mau pulang sekarang?” tawar Ruben. Emery menggeleng.“Aku ingin jalan-jalan dulu. Kamu mau menemaniku, kan?” pinta Emery setengah merajuk.“Jalan-jalan ke mana?” tanya Ruben meminta pendapat Emery.“Kita jalan-jalan di taman kota saja,” kata Emery mengusulkan.“Baiklah. Ayo kita pergi!” ajak Ruben. Dia meraih tangan Emery, menggandengnya dengan mesra.Emery dan Ruben berjalan-jalan di taman kota. Mereka bergandengan sambil melihat-lihat pemandangan kota di malam hari. Suasananya begitu romantis. Keduanya terlihat begitu bahagia dengan pernikahan raha
“Infeksi paru membutuhkan perawatan yang tepat dan rutin dengan obat dan tindakan. Namun, bukan dalam bentuk operasi. Operasi akan dilakukan jika terjadi komplikasi seperti serangan jantung atau gagal ginjal,” jelas dokter Daniel.“Aku mengerti.” Ruben terlihat murung setelah mendengar penjelasan dari dokter Daniel.“Doakan terus ayahmu. Hanya kamu satu-satunya keluarga ayahmu,” dokter Daniel menasihatinya.“Terima kasih, Dokter Daniel,” ucap Ruben.***Pesta ulang tahun Adrian segera dimulai. Ada banyak sekali tamu yang berdatangan ke rumah Tuan Milano. Ada banyak sekali staf dan petinggi di rumah sakit yang menghadiri pesta tersebut. Termasuk Ruben dan Sean.Ruben meminta Emery untuk tidak datang ke pesta itu. Namun, sudah beberapa kali Adrian menelpon Emery, memintanya untuk hadir di pestanya. Emery jadi dilema. Tidak hanya Adrian yang meneleponnya, Tuan Milano juga menghubunginya secara langsung.“Bagaimana ini? Haruskah aku hadir di pesta itu?” Emery membuka isi lemari dan mengel
“Tenanglah, Tuan. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan keduanya. Istri dan bayi Anda harus segera diselamatkan,” hibur Emery.“Dokter Emery, dokter Ruben sudah menunggu Anda di ruang operasi,” perawat memberitahunya.“Baiklah. Aku akan segera ke sana sekarang. Tolong bawa segera pasien ini ke ruang operasi!” perintah Emery pada beberapa perawat di sampingnya.Satu jam kemudian, Emery dan Ruben sudah mengoperasi pasien gawat darurat itu. Mereka bekerja sama mengeluarkan bayi prematur itu dari perut ibunya. Berat badannya kecil sekali karena bayi itu lahir sebelum waktunya.Emery menitikkan air mata. Usai dia memisahkan bayinya ke ruang inkubator. Keringat dingin bercucuran di pelipisnya. Dia juga menghela napas panjang. Dia merasa lega sudah berhasil menyelamatkan pasiennya. Baik ibu dan bayinya, keduanya selamat.“Sayang,” desis Ruben pelan. Dia mendekati Emery meski keduanya membuat jarak. Agar tidak ada yang mencurigai kedekatan mereka.“Kenapa kamu menangis?” t
Usai jam kerja, Adrian pergi menemui Emery di rumah sakit. Dia datang sambil membawa buket bunga di tangannya. Dia sendiri yang akan memberikannya pada Emery.Keduanya bertemu di lobby rumah sakit. Adrian secara terang-terangan mulai mendekati Emery. Ada banyak pasang mata mengarah pada mereka. Ketika Emery menghampiri Adrian dan menerima buket bunga tersebut.Ruben tak sengaja memerhatikan mereka dari lantai dua. Dia agak kesal dan mulai terbakar api cemburu. Dalam hatinya menggerutu, menyumpahi putra pemilik rumah sakit itu. Sementara, di tangannya, dia sedang memegang pulpen. Pulpen itu hampir rusak dan patah akibat remasan tangannya yang sangat kuat.Ruben mengambil ponsel, lalu mengetik pesan singkat pada Emery.[Aku menunggumu di basement. Kita pulang!]Emery sempat melihat pesan singkat yang dikirim Ruben kepadanya. Dia kesulitan membalas pesan dari suaminya karena sedang berhadap-hadapan dengan Adrian.“Emery, aku akan mengantarmu pulang. Jadi, beritahukan alamat rumahmu padak
“Kamu masih cemberut sejak tadi. Apa kamu marah padaku?” Emery memulai pembicaraan di tengah-tengah perjalanan pulang. Sesekali dia melirik wajah Ruben yang kelihatan gusar sekali malam ini.“Sayang ….” Emery merajuk.Akhirnya, Ruben menoleh dan mengatakan sesuatu kepadanya. “Ya, aku marah sekali sama kamu. Kamu itu istriku, tapi kamu pergi dengan pria lain.”Emery ketawa kecil menanggapinya. “Sayang, ayolah! Aku melakukan hal itu karena tidak ingin membuat Adrian curiga dengan hubungan kita.”“Tetap saja, aku kesal sama kamu, Sayang,” ketus Ruben.Ruben menghentikan laju mobilnya pada saat lampu lalu lintas berwarna merah. Emery melepas sabuk pengaman, lalu dia mendekati suaminya. Kecupan manis mendarat tepat di bibir Ruben.“Jangan marah lagi padaku, Sayang! Aku tidak ingin kamu bad mood malam ini,” bujuk Emery dengan segala bujuk rayunya.“Jangan lakukan lagi hal itu padaku! Karena aku akan marah sekali jika ada pria lain yang mendekatimu,” Ruben memperingatkan.“Tidak akan lagi. A
Adrian mengikutinya dari belakang. Dia tersenyum agak sinis di saat Emery membelakanginya. Sepertinya ada yang sedang direncanakannya saat ini untuk Emery.Mereka bicara di luar gedung perpustakaan yang menghadap ke arah taman kampus. Emery yang akan memulai pembicaraan duluan.“Adrian, jika kamu terus bersikap seperti ini padaku, aku akan langsung bicara pada ayahmu dan membatalkan pertunangan ini,” gertak Emery.“Jangan lakukan itu! Kamu tidak tahu siapa dan bagaimana ayahku, Emery,” cegah Adrian.“Karena itulah, aku harus segera menghentikan kekonyolan ini sebelum semuanya menjadi masalah besar untukku,” jelas Emery.“Jangan coba-coba melawan ayahku! Kamu bisa bekerja lagi di rumah sakit berkat kekuatan ayahku. Apa kamu lupa tentang hal itu?” ancam Adrian.“Apa kamu bilang?” Emery membelalak kaget setelah Adrian mengingatkannya lagi.“Sebaiknya kamu terima saja pertu
Besok siang, profesor Rudiana sudah diperbolehkan pulang. Ruben akan mengurusnya langsung. Malam ini, dia akan pulang dan mempersiapkan segalanya di rumah ayahnya.Setelah semua orang meninggalkan ruang inap profesor Rudiana, Sean masih memerhatikan gerak-gerik Emery dan Ruben yang sangat mencurigakan. Keduanya pulang bersama dan saling bersenda gurau.“Apa mereka sangat leluasa sekarang?” Sean merasa heran.Ruben dan Emery tiba di basement rumah sakit. Tak lama waktu berselang, mobil Ruben pun melaju dengan cepat meninggalkan rumah sakit.Sepanjang perjalanan pulang, mereka bicara banyak hal. Keduanya sedang berdiskusi tentang kepulangan ayahnya dan masalah pertunangan Emery dengan Adrian.“Aku akan bicara pada Tuan Milano dan membatalkan pertunangan itu,” kata Emery.“Kamu yakin bisa membatalkannya? Bagaimana kalau dia menolak dan terus melanjutkan pertunangan itu?” Ruben ragu-ragu.“Lalu, a