Arya duduk gelisah di sofa ruang tamu. Matanya menatap kosong ke lantai, sementara tangan kanannya menggenggam ujung celana panjangnya erat. Ruangan yang biasanya tenang itu berubah mencekam. Nyonya Gayatri, dengan langkah mantap, turun dari tangga. Raut wajahnya menunjukkan kekecewaan mendalam. Ia berhenti tepat di depan Arya, menatapnya dengan tajam.“Jadi, ini yang kau lakukan selama ini?” suara Nyonya Gayatri terdengar dingin, menusuk seperti belati.Arya mendongak perlahan, tapi tak berani menatap mata ibunya. “Bu, biar aku jelaskan.”PLAK!Tangan Nyonya Gayatri melayang ke pipi kanan Arya dengan keras. Suara tamparan itu menggema, membuat Clarisa, yang berdiri di dekat pintu, tersentak. Dia hanya bisa menggigit bibir, berusaha menahan emosi.“Apa yang mau kamu jelaskan, Le?” suara Nyonya Gayatri meninggi. “Kamu pikir Ibu ndak tahu? Kamu pikir Ibu buta? Kamu membawa Clarisa ke sini. Sementara Tiara kau abaikan dan perlakukan seperti pembantu!”Arya memegang pipinya yang memerah
Read more