Beranda / Pernikahan / Belenggu Pernikahan Tuan Arya / 63. Nasihat Penyejuk Jiwa

Share

63. Nasihat Penyejuk Jiwa

Penulis: Queeny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 23:08:16

Tiara dan Darsih, duduk berdua di ruang tamu yang sederhana. Wanita oatuh baya itu memperhatikan wajah putrinya yang tampak lelah dan dipenuhi rasa sakit yang berusaha disembunyikan.

Setelah semua yang mereka alami, Darsih tahu bahwa anaknya telah melalui banyak hal yang berat, tapi Tiara jarang membahasnya. Kini, dia merasa saatnya tiba bagi Tiara untuk menceritakan segalanya.

“Bu, ada banyak hal yang selama ini aku simpan sendiri…”

Tiara membuka pembicaraan dengan nada pelan, matanya tak sanggup bertatapan langsung dengan ibunya.

“Hal-hal yang mungkin membuat Ibu kecewa atau marah.”

Darsih menggenggam tangan Tiara dengan lembut.

“Nak, apapun yang kamu ceritakan, Ibu selalu di sini untuk mendukung kamu. Ceritakan saja, Ibu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

Tiara menarik napas dalam-dalam sebelum mulai bercerita.

“Setelah... Arya menculik aku waktu itu, aku dipaksa tinggal bersamanya. Semua akses komunikasiku diputus. Aku nggak bisa ke mana-mana. Rasanya seperti jadi tawan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   64. Bujuk Rayu Memohon

    Darsih menatap Arya yang berdiri di depan pintu dengan raut wajah penuh harap. Perlahan, ia tersenyum tipis dan mengangguk, menyilakan pria itu masuk ke dalam rumahnya."Masuklah, Den Arya. Sudah beberapa kali kamu datang. Mari kita bicara di dalam," ujar Darsih lembut, memberikan isyarat kepada Arya untuk duduk.Arya melangkah masuk, mengamati sekeliling rumah sederhana itu. Ada perasaan campur aduk di hatinya setiap kali ia berada di sini. Terutama ketika melihat Darsih menyambutnya dengan baik meskipun tahu betapa besar kesalahannya terhadap Tiara dan keluarganya.“Den Arya, apa ada yang ingin kamu sampaikan?” tanya Darsih sambil menuangkan teh hangat untuknya.Arya menghela napas panjang, “Saya hanya ingin bertemu dengan Shara, Bu. Saya ingin mendekatkan diri pada anak saya. Dia berhak tahu siapa ayah kandungnya.”Darsih mengangguk penuh pengertian. “Saya mengerti, Den. Shara sudah mulai terbiasa melihatmu datang. Tapi... kamu harus sabar. Tiara masih belum bisa menerima semua in

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   65. Melabrak Untuk Kebenaran

    Clarisa mengamati Arya yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk meneliti berkas-berkas yang tampak rumit. Sudah beberapa bulan terakhir, Arya tidak spergi ke kota seperti biasanya. Entah bagaimana perkrmbangan restoran, dia bahkan tak berani bertanya. Clarisa merasa ada yang janggal. Terutama karena biasanya Arya sering memberi alasan bahwa ada urusan bisnis di kota, terutama restoran. “Mas,” panggil Clarisa lembut, duduk di seberang suaminya.Arya mengangkat wajahnya, menatap Clarisa dengan senyum tipis.“Ada apa, Sayang?”Clarisa berpura-pura tersenyum, mencoba menyembunyikan rasa curiganya. “Kamu sudah lama sekali nggak bepergian ke kota. Biasanya setiap bulan kamu ada saja urusan di sana. Apa restoran baik-baik saja?”Arya mengernyit, mencoba menduga apa maksud pertanyaan Clarisa. Namun, lelaki itu memutuskan untuk menjawabnya. "Restoran masih berjalan. Temanku Reyhan yang membantu mengelolanya."Setelah itu Arya mengumpat dalam hati saat teringat bahwa Tiara membawa kabur seba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   66. Istri Sah yang Terluka

    Clarisa membuka pintu kamar dengan tangan gemetar dan segera menutupnya kembali. Hati wanita itu terasa hancur. Begitu ia terduduk di tepi ranjang, air matanya langsung tumpah. Clarisa menundukkan dengam tangan yang menutupi wajah. Dia berusaha menahan tangis yang seolah tak bisa terbendung lagi.“Kenapa, Arya?” Suaranya hampir tak terdengar. "Kenapa harus ada wanita lain? Apa salahku?"Clarisa memejamkan mata, mencoba menenangkan diri, tetapi ingatan itu kembali menghantuinya. Pertemuan Arya dengan Tiara berputar dalam pikirannya, seperti film yang tak mau berhenti."Aku sudah berkorban banyak untuk kita, Arya," lirihnya, suara gemetar di antara tangis. “Apa selama ini aku tak cukup?”Clarisa mengusap wajahnya, merasa lelah, tak hanya fisik tetapi juga hati. Pikirannya terus berputar, mencoba mencari jawaban yang tak pernah bisa ia temukan.“Kenapa harus begini?” Clarisa bertanya pada dirinya sendiri. “Kenapa harus aku yang mengalami ini? Kita punya Narendra... bukankah kita sudah c

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   67. Tamparan yang Menyakitkan

    Di dalam kamar yang sunyi, Clarisa duduk di tepi ranjang dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya tegang menunggu kepulangan Arya. Sudah berjam-jam ia menunggu, pikirannya dipenuhi berbagai prasangka dan kecurigaan. Pintu kamar terbuka, dan Arya melangkah masuk tanpa menyadari intensitas tatapan Clarisa.“Mas, kita perlu bicara,” suara Clarisa terdengar dingin, hampir menggigil.Arya tampak terkejut sejenak sebelum meletakkan tasnya di kursi. “Bicara tentang apa lagi, Clarisa? Aku lelah,” sahutnya dengan nada malas.Clarisa menghela napas dalam, mencoba menenangkan diri. “Lelah? Kau lelah dari mana? Dari bertemu dengan Sofia?” tanya Clarisa tajam. Matanya menyala penuh kecurigaan.Arya terdiam, ekspresinya berubah kaku. “Aku nggak tahu apa yang sedang kau bicarakan.”Clarisa mendekat, tak bisa lagi menahan emosi yang meluap. “Berhenti berpura-pura, Arya! Aku tahu kau sering ke rumah Sofia. Apa hubunganmu dengannya? Siapa dia sebenarnya?”Arya mengalihkan pandangannya, menghindari

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   68. Mengungkap kebenaran

    Nyonya Gayatri duduk di ruang tamu dengan kursi roda. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Ia sudah lama memperhatikan ada yang berbeda dengan Clarisa. Hari itu, ia meminta para pembantu memanggil menantunya ke ruang tamu.“Ningsih, tolong panggil Clarisa. Bilang Ibu ingin bicara dengannya,” ucap Nyonya Gayatri tegas.“Baik, Nyonya,” jawab Ningsih sebelum bergegas menuju kamar Clarisa.Beberapa menit kemudian, Clarisa muncul, wajahnya masih tampak lelah dan sedikit pucat. Ia melangkah pelan menuju ruang tamu, berusaha memasang senyuman yang terlihat dipaksakan."Ibu memanggil saya?" tanya Clarisa lembut sambil duduk di sofa di samping Nyonya Gayatri.Nyonya Gayatri mengamati menantunya sejenak sebelum menjawab. “Iya, Clarisa. Ada yang ingin Ibu tanyakan. Tapi, pertama-tama, kau baik-baik saja? Belakangan ini kau terlihat tidak seperti biasanya.”Clarisa menghela napas, menghindari pandangan langsung dari ibu mertuanya.“Saya baik-baik saja, Bu. Hanya sedikit lelah.”“Clari

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   69. Tak Ada Lagi Kebohongan

    "Karena saya tahu ibu saya.... mencintai Tuan Baskoro lebih dari dirinya sendiri. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri gimana dia menceritakan kebaikan Tuan Baskoro."Tiara menjeda ceritanya saat Nyonya Gayatri mulai menangis. Hati wanita paruh haya itu pasti sakit saat mengetahui suaminya mencintai wanita lain. "Mereka mungkin nggak menikah secara resmi, tapi cinta mereka nyata. Ibu saya nggak punya alasan untuk membunuhnya."Nyonya Gayatri menggelengkan kepalanya, suaranya terdengar lirih. "Tapi Karjo mengaku, Tiara. Dia bilang ibumu yang menyuruhnya meracuni Baskoro. Kenapa dia harus berbohong seperti itu?"Tiara mengepalkan tangannya dengan erat, mencoba menahan emosinya. "Saya nggak tahu kenapa Karjo berbohong, Bu. Tapi saya yakin dia menyembunyikan semua. Entah ada orang lain yang memaksanya atau ada rahasia yang belum terungkap. Karena itu, saya pergi ke luar negeri. Saya butuh uang, banyak uang, untuk menyewa pengacara dan mencari keadilan bagi ibu saya."Nyonya Gay

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   70. Pundak Untuk Bersandar

    Arya duduk gelisah di sofa ruang tamu. Matanya menatap kosong ke lantai, sementara tangan kanannya menggenggam ujung celana panjangnya erat. Ruangan yang biasanya tenang itu berubah mencekam. Nyonya Gayatri, dengan langkah mantap, turun dari tangga. Raut wajahnya menunjukkan kekecewaan mendalam. Ia berhenti tepat di depan Arya, menatapnya dengan tajam.“Jadi, ini yang kau lakukan selama ini?” suara Nyonya Gayatri terdengar dingin, menusuk seperti belati.Arya mendongak perlahan, tapi tak berani menatap mata ibunya. “Bu, biar aku jelaskan.”PLAK!Tangan Nyonya Gayatri melayang ke pipi kanan Arya dengan keras. Suara tamparan itu menggema, membuat Clarisa, yang berdiri di dekat pintu, tersentak. Dia hanya bisa menggigit bibir, berusaha menahan emosi.“Apa yang mau kamu jelaskan, Le?” suara Nyonya Gayatri meninggi. “Kamu pikir Ibu ndak tahu? Kamu pikir Ibu buta? Kamu membawa Clarisa ke sini. Sementara Tiara kau abaikan dan perlakukan seperti pembantu!”Arya memegang pipinya yang memerah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   71. Maaf Jika Ini Berakhir

    Arya mengetuk pintu rumah Tiara dengan tangan gemetar. Setelah beberapa detik, Tiara membuka pintu. Wajahnya tampak dingin. Namun sorot matanya menyimpan pertanyaan.Tiara menatap Arya dengan nada tajam."Ada apa lagi, Arya? Bukankah semua sudah selesai di antara kita?"Arya menundukkan kepala, suaranya serak."Aku datang untuk terakhir kalinya, Tiara. Aku ingin bicara, dan aku mohon dengarkan aku sebentar saja."Tiara menghela napas panjang sebelum membuka pintu lebih lebar. "Masuklah. Kalau ini memang yang terakhir, aku akan mendengarkan."Darsih yang sedang duduk di ruang tamu terkejut melihat Arya. Ekspresinya berubah kaku. Namun ia tetap duduk, menunggu apa yang akan Arya katakan. Arya melangkah perlahan, menatap Darsih dengan penuh rasa bersalah.Arya berdiri di tengah ruangan, lalu berkata dengan nada rendah."Bu Darsih, aku tahu kedatanganku ini mungkin tidak diinginkan. Tapi aku harus mengatakan sesuatu, sesuatu yang penting."Darsih melipat tangannya di dada, wajahnya penuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   82. Welcomeback Taiwan (Tamat)

    Malam di Taiwan itu begitu indah, langit dipenuhi bintang-bintang yang bersinar terang. Seakan memberikan cahaya pada perjalanan baru Tiara dan Reyhan sebagai pasangan suami istri. Suasana kota yang ramai di siang hari kini berubah menjadi tenang dan damai. Dengan suara langkah kaki mereka yang bergema pelan di sepanjang jalan.Di sebelah mereka, Shara berjalan dengan ceria, menggandeng tangan Tiara. Sementara Darsih, berjalan di samping mereka."Aku nggak percaya kita akhirnya bisa liburan bareng kayak begini," kata Tiara sambil tersenyum lebar ke arah Reyhan. "Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan."Reyhan tersenyum dan merangkul bahu Tiara, "Aku juga merasa begitu. Kita sudah melewati banyak hal untuk sampai di titik ini, Tiara. Ini saat yang tepat untuk menikmati hidup."Mereka berjalan menyusuri jalanan yang dipenuhi dengan lampu-lampu warna-warni, menciptakan suasana yang romantis dan hangat.Shara terlihat sangat bahagia. Matanya berbinar-binar melihat lampu-lampu di sepa

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   81. Malam Syahdu

    Malam itu, suasana rumah Tiara begitu berbeda. Lampu-lampu kecil berbinar lembut di sepanjang taman belakang, memancarkan nuansa hangat dan romantis.Meja makan yang dihiasi lilin serta kelopak bunga mawar merah menjadi pusat perhatian. Reyhan telah merencanakan semuanya dengan sempurna.Ketika Tiara turun dari tangga, mengenakan gaun panjang berwarna biru lembut, Reyhan menatapnya tanpa berkedip. "Kamu cantik sekali malam ini," ucap Reyhan tulus, berdiri dan meraih tangan Tiara.Tiara tersenyum kecil, menyembunyikan kegugupannya. "Dan kamu selalu tampan," balasnya sambil tertawa pelan, mencoba mencairkan suasana.Reyhan menarik kursi untuk Tiara. “Silakan, istriku.”Tiara duduk dengan anggun. Reyhan mengisi gelas untuk mereka berdua. Hidangan makan malam pun dimulai dengan suasana hangat. Mereka menikmati makanan favorit Tiara. Ternyata Reyhan sendiri pesan secara khusus dari restoran ternama.“Ini terlalu sempurna,” ucap Tiara setelah menyantap hidangan utamanya.Mata Tiara berb

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   80. Intimate Wedding

    Tiara berdiri di depan cermin, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan. Gaun itu tidak terlalu mencolok, tapi sangat pas dengan konsep intimate wedding yang mereka rencanakan. Di belakangnya, Shara berdiri memandangi sang mama dengan mata berbinar."Mama cantik sekali," ucap Shara penuh kekaguman.Tiara tersenyum, lalu membungkuk untuk memeluk Shara. "Makasih, Sayang. Kamu juga cantik dengan gaun kecilmu itu."Terdengar ketukan di pintu, lalu Reyhan masuk, mengenakan setelan jas abu-abu yang terlihat santai tapi tetap berkelas. "Apa aku boleh melihat calon istriku?" tanyanya sambil tersenyum.Tiara menoleh dan tersenyum lembut. "Kamu datang terlalu cepat. Kita belum mulai acaranya.""Kalau begitu, aku akan menunggu di luar. Tapi aku harus bilang, kamu terlihat sangat cantik hari ini, Tiara," Reyhan berkata sambil menatapnya penuh cinta.Saat Tiara hendak menjawab, salah satu panitia kecil mereka datang memanggil. "Semua sudah siap. Kita bisa mulai kapan saja."Tiara dan Reyha

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   79. Mengikat Janji

    Acara pertunangan Tiara dan Reyhan digelar sederhana namun penuh kehangatan di sebuah restoran yang disewa khusus. Dekorasi ruangan yang didominasi warna pastel dengan lampu gantung kecil menciptakan suasana romantis. Keluarga dan sahabat terdekat hadir, menyaksikan momen penting itu. Tiara, yang mengenakan dress anggun berwarna peach, tampak menawan. Sementara Reyhan tampil gagah dengan setelan jas abu-abu.Reyhan berdiri di depan semua tamu, mengambil mikrofon, dan mulai berbicara. “Selamat malam semuanya. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk hadir di acara yang sangat spesial ini. Hari ini, saya ingin mengungkapkan rasa syukur karena bisa berdiri di sini. Di samping wanita yang luar biasa, Tiara. Dia adalah alasan aku ingin menjadi pria yang lebih baik setiap hari.”Tiara tersipu, menundukkan wajahnya sambil tersenyum malu-malu. Tepuk tangan terdengar dari para tamu. Termasuk Shara yang duduk di meja depan bersama Darsih, ibu Arya.Setelah pidato singkat Reyhan, seorang pela

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   78. Surprise dan Lamaran

    Reyhan berdiri di tengah ruangan yang sudah dihias dengan indah untuk opening kedua usaha Tiara, yaitu monuman boba. Tempat itu dipenuhi dengan teman, keluarga, dan rekan bisnis yang datang untuk memberikan dukungan. Bu Dewi dan Rina juga datang. Bahkan anak-anak panti semua ikut serta dan diberikan seragam. Karena usaha yang ini letaknya di ruko dengan halaman luas, Tiara mengundang semua orang yang dikenalnya. Tiara mengenakan gaun simpel berwarna pastel yang membuatnya terlihat anggun. Ia sibuk menyambut tamu, mengobrol dengan beberapa mitra, dan memastikan semuanya berjalan lancar.Saat acara berjalan, Reyhan tampak lebih tenang dari biasanya, meski ada sesuatu yang mengganjal di wajahnya. Ia sering melirik Tiara, menunggu momen yang tepat."Reyhan, kenapa melamun? Semua sudah siap?" tanya Tiara saat menghampirinya dengan segelas minuman di tangan.Reyhan tersenyum. "Iya, semuanya sudah siap. Kamu tenang saja. Hari ini akan berjalan sempurna."Tiara mengangguk sambil membenahi r

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   77. Kasus Ditutup

    Arya duduk di kursi belakang mobil, menatap kosong ke luar jendela. Langit mendung seperti hatinya. Pikirannya dipenuhi kekacauan. Bayangan Tiara yang dingin, pelukan Shara yang erat, dan kenangan pahit masa lalu. Ia merasa seperti orang yang kehilangan arah.Arya bergumam pelan."Apa semua ini salahku? Kalau aku dulu tidak gegabah bersikap… mungkin Tiara masih di sisiku. Tapi apa? Aku malah menghancurkan semua."Supir, yang mendengar gumaman itu, bertanya hati-hati."Den Arya, apa Anda baik-baik saja? Perlu kita berhenti sebentar?"Arya menggeleng sambil memaksakan senyum kecil. "Lanjutkan saja, Pak. Kita harus cepat sampai."Tiba-tiba, ponsel Arya bergetar. Ia merogoh benda itu dari saku jas. Nama Raka, salah satu polisi yang menyrlidiki kasus bapaknya, tertera di layar. Dengan cepat, Arya menjawab."Halo, Pak. Ada apa?" tanya Arya sedikit cemas.Suara di ujung telepon terdengar serius. "Mas Arya, kami punya perkembangan penting soal kasus kematian Tuan Baskoro. Kalau memungkinka

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   76. Kerinduan dan Kasih Sayang

    Arya memberhentikan mobilnya di depan lokasi yang Tiara kirimkan melalui pesan singkat. Sebuah rumah sederhana tapi nyaman terlihat dari luar. Shara, yang duduk di kursi belakang, tampak murung. Arya mematikan mesin mobil lalu menoleh ke putrinya, dan tersenyum lembut.“Shara, ayo turun. Papa antar kamu ke Mama,” katanya dengan suara penuh kasih.Shara menggeleng pelan, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku nggak mau, Papa. Aku masih mau sama Papa.”Arya menelan ludah, hatinya mencelos melihat ekspresi Shara. “Sayang, Papa nggak akan pergi jauh kok. Papa selalu ada buat kamu, meskipun kita nggak tinggal bareng.”Shara tetap terdiam, mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Arya mencoba membujuknya lagi. “Gimana kalau Papa janji nanti kita jalan-jalan lagi? Kamu suka, kan, jalan-jalan sama Papa?”Shara akhirnya mengangguk, meski wajahnya masih muram. Arya keluar dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Shara. Sambil menggandeng tangan putrinya, lelaki itu melangkah ke pintu depan rumah.

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   75. Tamu Tak Diharapkan

    Opening usaha baru Tiara berlangsung meriah di dalam sebuah mall yang ramai pengunjung. Dekorasi minimalis dengan balon berwarna pastel menghiasi booth miliknya. Sementara staf berseragam rapi dan casual menyambut tamu-tamu yang datang. Tiara mengenakan seragam yang sama, berdiri di depan booth dengan Reyhan yang setia di sisinya. Mereka tersenyum pada setiap tamu yang datang memberikan ucapan selamat."Semangat, Cantik," ujar Reyhan sambil merapikan rambut Tiara yang sedikit terjatuh di wajahnya. "Ini adalah langkah besar untuk kita."Tiara mengangguk, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Beberapa hari terkahir ini, Reyhan kerap menyentuhnya tanpa sungkan. "Semoga semuanya berjalan lancar. Aku sedikit gugup."Reyhan merangkul Tiara dengan lembut. "Kamu pasti bisa. Semua ini hasil kerja kerasmu."Namun, kegugupan Tiara bertambah ketika dia melihat Arya tiba-tiba berdiri di antara kerumunan tamu yang memadati area sekitar booth. Arya mengenakan kemeja putih polos dan celana jean

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   74. Mencari Peluang Baru

    Tiara dan Reyhan duduk berseberangan di sebuah meja kafe kecil di pinggir jalan, katalog franchise berserakan di atas meja. Tiara mengambil salah satu brosur dan membaca dengan serius. "Rey, ini kelihatannya menarik," katanya sambil menunjukkan brosur tentang franchise makanan penutup premium. "Mereka punya banyak pilihan menu yang unik. Dan tren dessert seperti ini sedang naik daun."Reyhan mengangguk, mengambil brosur itu dan membacanya. "Memang bagus. Konsepnya modern, dan kalau kita bisa dapat lokasi strategis, pasti ramai. Tapi lihat ini," ujarnya sambil mengambil brosur lain. "Franchise minuman boba ini juga menarik. Brand-nya sudah terkenal. Dan mereka punya konsep drive-thru yang jarang ada di Indonesia."Tiara tertawa kecil, lalu menggeleng. "Aku suka, tapi aku lebih tertarik sama yang dessert. Lebih cocok sama gaya dan seleraku."Reyhan tersenyum, meletakkan brosur boba itu kembali di meja. "Oke, jadi kita shortlist dua ini ya? Dessert premium dan boba. Selanjutnya kit

DMCA.com Protection Status