Semua Bab Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.: Bab 91 - Bab 100

149 Bab

Bab 92. Novi kualat.

Pantaslah jika ibu mertuaku curiga kepada Mas Roni bahwa Mas Roni sudah pakai pelet. Karena menurutku juga cintanya Mbak Asih pada Mas Roni itu tidak wajar bahkan sangat berlebihan sampai dia lupa pada dirinya sendiri sampai dia rela mengorbankan segalanya untuk Mas Roni.“Istighfar, Asih, kamu enggak boleh begitu terlalu cinta pada manusia. Itu tidak baik nanti Allah cemburu padamu. Kalau Allah sudah cemburu padamu nanti murka padamu, kalau Allah sudah murka nanti hidupmu susah, jadi kalau cinta pada manusia sekalipun itu suami kita sendiri harus sewajarnya jangan melebihi cinta kita kepada sang pencipta itu tidak boleh.” Nasehat ibuku pada Mbak Asih.“Apa betul begitu Bulek? Memangnya aku ini terlalu berlebihan mencintai Mas Roni?” tanya Mbak Asih.“0h, ya, jelas kamu terlalu berlebihan cinta sama Roni. Semua-semua kamu lakukan untuk Roni. Coba pikir pakai akal sehatmu itu, apa Roni selama ini peduli padamu. Kamu hamil pun dia tidak pernah menengokmu. Tiak pernah membawakan makanan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-14
Baca selengkapnya

Bab 93. Cuma Karimun.

"Yah, namanya juga orang enggak punya adab, jadi gitu deh! Kalau ngeliat orang bahagia dia enggak suka. Biasa orang kaya baru,” sindir Bu Rum gengnya Bu Jum.“Sudah, Mah, jangan diladeni kita pulang saja!" ajakku pada Mamah Atik.“Karma ibayar tunai, makanya Novi, kamu itu kalau melakukan sesuatu harus bertanggung jawab. Ya, minimal minta maaflah, jadi kamu juga tidak kesusahan begini,” ucap Mamah Atik pada Novi Yang masih saja menangis melihat mobil Karimunnya masuk ke dalam got.“Halah Bilang aja kamu iri karena enggak punya. Makanya kamu ngomong kayak gitu,” sahut Novi. Oh rupanya dia masih nyambung juga apa yang dikatakan Mamah Atik.“Iri, sama kamu enggak lah, ya? Mobil Karimun beli kes lunas juga aku bisa. Kamu pasti kredit 'kan belinya, makanya itu mobil bunyi tit tit tit tit saat masuk ke got,” jawab Mama Atik.“Udah, deh, Mah. Enggak usah diladenin. Ayo, kita pulang saja dari pada Mamah nanti tambah emosi!” Kutarik tangan Mamah Atik agar menjauh dari kerumunan itu.“Eh, kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

Bab 94. Kedatangan Mbak Ning.

“Duh, capek deh, Roni lagi, Roni lagi? Emang dunia ini penuh dengan Roni. Asih-Asih, Mbok ya, kamu tu, eling, sadar orang itu bukan laki-laki yang baik masih saja kamu telepon-teleponan sama dia,” gerutu Mamah Atik.“Biarin, Mah. Biarin saja yang penting Mbak Asih seneng dari pada dia bengong, sedih, malah kita juga yang bingung.”Aku punya ide agar Mbak Asih berhenti menelepon Mas Roni. Dia kalau sudah berhubungan dengan Mas Roni pasti lupa dengan kami semua, meski kami duduk di sebelahnya.Lebih baik aku matikan Wi-finya saja dengan begitu video call mereka berhenti. Lagi pula Mbak Asih kan, tidak ada kuota, jadi tidak mungkin dia bisa menelepon Mas Roni lagi.“Ita? kok WIFi-nya mati apa mati lampu!” teriak Mbak Asih seraya menghampiriku yang sedang menidurkan Kia di depan TV.Benar saja kan, dugaanku pasti dia akan protes kalau WiFi-nya dimatikan, tapi lebih baik begitu. Mendingan aku mendengarkan omelan Mbak Asih dari pada dia terus terjebak oleh cinta semunya Mas Roni.“Enggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

Bab 95. Gaya Mbak Ning.

Baru saja aku hendak keluar Ibu sudah keluar terlebih dahulu untuk menyambut mereka.“Sudah kamu tidurin Kia aja dulu biar Ibu yang menyambut mereka,” kata ibu, aku mengangguk.Kalau didengar dari suaranya sih, memang sepertinya rombongan banyak ada suara anak kecil juga dan itu sepertinya memang suara Mbak Ning.Sebenarnya aku sangat senang dan bahagia saudara-saudaraku mau berkunjung ke sini yang membuat aku mual dan bikin enek adalah mereka ke sini hanya ada maunya saja. Misalnya butuh bantuanku atau hanya minjem duit ya, pokoknya semacam itulah.Sebenarnya berdosa jika aku mengeluh begitu harusnya aku itu bersyukur karena masih dibutuhkan mereka, tapi entah kenapa aku tidak bisa membuang rasa kesal kepada mereka yang datang hanya untuk meminta bantuan sajaAh, pokoknya alasan di hatiku ini campur aduk jadi satu.Meski aku menidurkan Kia, tapi kupingku mawas untuk mendengarkan apa yang dibicarakan oleh mereka.Mama Atik dan Mbak Asih cekatan membawa cemilan dan air minum ke depan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya

Bab 96. Tujuan Mbak Ning.

Mendengar pengakuan suami Mbak Ning sebenarnya aku ikut bahagia karena jika Mbak Ning hidupnya enak dia tidak akan menyusahkan orang tua dan saudara, tapi yang tidak enak didengar adalah nada sombong dari suami Mbak Ning. Ibu pun melengos buang muka ketika mendengar jawaban suami Mbak Ning.“Syukur ... alhamdulillah, kalau gitu, Mas. Aku ikut senang kalau Mbak Ning sukses berarti kan, Mbak Ning bisa bantu-bantu saudara yang lain.”“Apa bantu saudara-saudara yang mana yang mau aku bantu? Ingat, ya, Ta, bisnis adalah bisnis enggak ada ikatan saudara kalau mau Mbak bantu, iya, kasih utangan. Ngasih utangan cuma yang ada bunganya, ya, tidak kalah dengan di banklah setiap apa pun perbuatannya harus ada timbal baliknya gitu,” jawab Mbak Ning.“Oh, gitu, Mbak. Ya, barangkali aja, kan? Aku kan, hanya menebak-nebak. Oh, ya, Mbak dan Mas datang ke sini ada keperluan apa, ya?” tanyaku to the point.“Mbak mau minta tolong sama kamu,” jawab Mbak Ning.Kalau sudah ada kata minta tolong entah kena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-18
Baca selengkapnya

Bab 97. Dasar Mbak Ning!

"Kok, Mbak Ning, sekarang ngomongnya beda lagi? Kemarin Mbak Ning ngomong sama kita begitu kok, aku itu Mbak, enggak berani bohong karena kalau berbohong itu pasti dosa. Mbak Ningg ini enggak mau disalahin!” protes salah satu adik ipar Mbak Ning.“Sudah ah, jangan dibahas dulu itu yang penting kita tanya dulu nih, sama Ita, mau enggak dia itu nampung kalian berdua di sini. Enak loh, kerja sama Ita. Dia itu orangnya baik,” sahut Mbak Ning.“Enggak, Mbak, aku, kan, udah bilang dari tadi. Kalau aku tidak bisa terima karyawan perempuan karena itu banyak alasannya yang sudah aku bilang tadi itu. Maaf ya, Mbak, aku enggak bisa bantu,” jawabku halus.“Kamu itu pelit banget enggak mau bantu saudara sama sekali. Ingat, Ta, harta itu cuma titipan Tuhan, cuma dititipin kedua adik iparku aja enggak mau. Padahal mereka itu di sini mau bantu kamu tenaga mereka dikeluarin untuk kamu.” Mbak Ning bersikeras agar adiknya kerja di sini.“Udah, sih, Mbak Ning, enggak usah kayak gitu loh. Aku juga enggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

Bab 98. Tingkah Mbak Ning.

"Kalian enakin aja, ya, santai-santai aja Mbak tinggal masuk ke dalam dulu,” ucapku pada kedua adik ipar Mbak, Ning. Mereka mengiyakan. Sebenarnya kasihan juga mereka harus mengikuti aturan yang dibikin oleh Mbak Ning.“Ya, ampun Ita, kamu orang kaya kok, cuma masak oseng kangkung sama goreng ayam doang! Pelit banget sih, orang kaya itu makanannya harusnya yang enak-enak. Meski mulutnya ngomel dan sewot, tpi tangannya cekatan mengambil nasi, sayur, dan lauk lalu memakannya dengan lahap dia tidak ingat suami dan anak-anaknya.“Kalau tinggal makan itu enggak usah banyak protes nanti makanan yang kamu masukkan ke dalam perutmu itu tidak berkah," sahut Mama Atik seraya menoyor kepala Mbak Ning. Bukan hanya saja Mama Atik, Mbak Asih pun ikutan Mama Atik menoyor kepala mbak Ning.Mbak Ning diam saja tetap melahap makanannya. Mungkin dia sungkan pada Mamah Atik atau mungkin juga dia takut pada mama Ati karena tadi waktu masuk ke dapur tidak ada Mamah Atik dan Mbak Asih ini tiba-tiba mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

Bab 99. Pelaris Ita.

“Ita, aku mau nanya deh, sama kamu, tolong jawab yang jujur, ya?” Aku mengangguk kalau sudah begini pasti Mbak Ning akan menanyakan sesuatu yang penting.“Ita, kamu pakai pelaris apa? Kok, toko kamu laris banget? Kata suamiku setiap hari toko kamu itu pelanggannya membludak kalau begitu terus kamu bisa kaya dan bisa buka usaha satu lagi.” Aku tidak kaget dengan pertanyaan Mbak Ning karena memang sudah ada beberapa orang yang menanyakan hal itu kepadaku mereka mengira Kami menggunakan pelaris padahal demi apa pun aku menjauhi hal-hal yang sangat dilarang oleh agama.“Mbak, mau tahu aku pakai pelaris apa?” Pancingku dan reaksi Mbak Ning sungguh luar biasa dia sangat tertarik“Iya, dong, mau! Aku juga kan, kepingin sukses kayak kamu, kalau kita sukses orang tua kita juga yang akan senang makanya aku tanya ini sama kamu barangkali bisa aku tiru,” jawab Mbak Ning antusias.“Sungguh beneran Mbak Ning, mau tahu dan mau meniru apa yang aku lakukan? Enggal nyesel nih, setelah aku beritahu?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya

Bab 100. Tidak mau.

"Kenapa, Mbak? Apa ada yang salah dengan yang aku tulis?” tanyaku pada Mbak Ning.“Jadi, ini pelaris yang kamu pakai selama ini, Ta? Kamu mikir enggak sih, pakai otak kamu? Ini namanya bukan pelaris. Ita, pelaris yang aku maksud itu doa jampi-jampi dari orang pintar,” jawab Mbak Ning dari nadanya bicaranya dia sangat marah dan kesal padaku. Aku tersenyum saja menanggapi omelan mbak Ning.“Iya, kan, dari awal tadi Mbak Ning, tanya waktu kita di depan situ aku sudah jawab bahwa aku tidak pakai apa pun, tapi Mbak Ningnya ngeyel makanya aku catat inilah pelarisku selama ini yang aku amalkan. Mas Danu pun mengamalkannya begitu. Mau enggak nih, usahanya berkah, ya, enggak usah pakai jampi-jampi yang enggak jelas. Berdoa langsung sama Allah minta langsung sama Allah Subhanahu Wa Ta'ala,” jelasku. panjang lebar.“Sudah si, Ta. Enggak usah ceramah segala kamu di depanku. Pusing deh, ternyata tidak sesuai harapanku sia-sia buang-buang waktu saja tahu enggak!” omel Mbak Ning lagi.“Jadi, yakin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya

Bab 101. Ulah Maya.

Rasa kesal kepada Mbak Ning dan juga rasa kantuk yang menguasai mataku sirna begitu saja saat aku mendengar suara perempuan itu di HP suamiku.Ini Mas Danu yang ceroboh atau Mas Danu yang dengan sengaja memberikan ponselnya pada Maya atau malah Maya yang sengaja mengambil HP Mas Danu secara diam-diam?Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin karena kalau mengambil diam-diam kan, ada CCTV dan pastinya Maya akan dituduh sebagai pencuri. Berarti ini memang benar-benar Mas Danu dalam keadaan sadar memberikan HP-nya pada Maya.Baru saja semalam di ruqyah saling meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi sesuatu perbuatan yang menyakiti hatiku ini sudah diulangi lagi, tapi kali ini aku tidak mau gegabah. Aku harus cari informasi lebih dulu.Aku segera mengganti pakaianku lalu berdandan sekedarnya mengoleskan bedak dan juga liptint ke bibirku.Lalu menyambar kunci motor aku akan segera datang ke toko membawakan makan siang pesanan Mas Danu.“Lho, Ita, kamu cantik sekali mau ke man
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status