All Chapters of Menikahi CEO Tampan Untuk Balas Dendam: Chapter 11 - Chapter 20

67 Chapters

11. Kenangan Yang Menyakitkan

"Dua puluh tahun lalu, di acara ulang tahun Sehan yang ke delapan tahun.""Entah apa yang terjadi, Sehan telah mendorong Galen hingga Galen jatuh dari tangga.""Galen mengalami cidera, dan menyebabkan kaki kirinya cacat untuk selamanya.""Semenjak itu, keluarga bahkan orang-orang mulai membenci Sehan. Kenapa Sehan harus melakukan itu pada Galen tanpa alasan?""Sehan menjadi lebih pendiam, dan tidak mau berbaur dengan banyak orang. Hingga usianya menginjak dewasa, Sehan memilih keluar dari rumah Wiratama dan memulai hidupnya sendiri.""Ulang tahun yang biasanya didambakan oleh banyak anak, bagi Sehan ulang tahunya justru membuat kenangan buruk dan merubah kehidupannya.""Mulai saat itu orang-orang membenci Sehan. Bahkan kak Bram juga tampak sangat kecewa pada Sehan. Yang tidak berani marah pada Sehan hanya kak Sandra dan aku."Berlin tersenyum sedih, mengingat kejadian itu. Saat itu umurnya juga telah memasuki usia remaja
Read more

12. Honeymoon

Sehan terjaga dari tidurnya, nafasnya sudah tak teratur. Keringat dingin bercucuran membasahi tubuhnya. Dia lalu beringsut duduk, dan mengusap wajahnya dengan kasar."Kenapa mimpi itu datang lagi?"Benar, akhir-akhir ini dia bisa tidur nyenyak. Sejak kecil Sehan selalu mengalami mimpi buruk yang membuatnya sering kali takut untuk tidur. Tapi, setelah beberapa hari, kini mimpi buruk itu datang lagi."Apa karena aku melihat Liona menemui kak Galen malam itu?"Sehan segera menggeleng, menepis semua pemikiran buruk yang ada di kepalanya. Dia kemudian beranjak dari tempat tidurnya, lalu berjalan menuju dapur untuk minum.Belum sempat dia menuangkan air minum ke gelas, secarik kertas berada di atas meja telah menyita perhatiannya. Sehan segera mengambil untuk membacanya.'Aku sedang pergi liburan, selama dua hari. Sebenarnya aku ingin mengatakan langsung padamu, tapi sepertinya kamu banyak pikiran jadi aku tidak mau menggangg
Read more

13. Mesum

Sudah menunjukan pukul delapan malam. Liona sejak tadi terus duduk di sisi kasur. Sesekali dia menatap sang suami yang tengah duduk di sofa tak jauh dari kasur. Entah kenapa sejak tadi Liona tidak bisa menenangkan detak jantungnya. Apalagi ketika teringat ucapan Sehan saat di pantai tadi siang.Sampai sekarang Liona tak paham. Apa maksud Sehan mengatakan hal itu?Sehan mulai berdiri menghampiri sang istri, lalu duduk di sampingnya. Liona menggeser duduknya, menjaga jarak dari laki-laki itu. Namun Sehan justru tersinggung. Dia ikut menggeser duduknya agar kembali dekat dengan Liona.Hal itu membuat jantung Liona terus berdegup tak tenang. 'Apa yang akan Sehan lakukan padaku?'"Liona -""Maaf aku memesan hotel yang ruangannya tidak begitu luas," ucap Liona memotong kalimat Sehan. Entah apa yang ingin dikatakan laki-laki itu, Liona tak ingin mendengarnya. "Tadinya aku berencana untuk liburan sendiri, jadi aku menyewa ruangan yang c
Read more

14. Terpaksa

Pandangan Sehan mengarah pada sang istri yang kini sudah terbaring di atas kasur dengan berbalut selimut tebal. Dia berjalan menghampiri sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk."Kau tidak mandi?"Liona tak menjawab, dan justru menarik selimut tebalnya hingga atas kepala. Membuat Sehan mengernyit curiga."Kau sudah tidur?"Masih tidak ada jawaban. Kini Sehan mengalihkan pandangannya pada sofa yang tak terlalu jauh darinya, di atas sofa itu sudah ada bantal dan satu selimut yang dilipat. "Kau menyuruhku untuk tidur di sofa?"Liona berusaha tetap diam dibalik selimut tebal tersebut, matanya terpejam berpura-pura untuk tidur.Sehan hanya menghela nafas kasar. Dia kemudian berjalan ke sofa, membuang handuknya yang basah ke sembarang arah, lalu mulai merebahkan tubuhnya di sofa itu.Tidak ada pilihan lain. "Aku akan tidur di sini."Mata Liona kini mulai terbuka. Hening, setelah Arka mengataka
Read more

15. Kebenarannya

"Tidak ada yang percaya padaku, saat aku berusaha menceritakan kejadian yang sebenarnya. Mereka justru menganggap aku berusaha menolong diriku sendiri."Liona menatap mata Sehan, tidak ada kebohongan. Liona merasa apa yang dikatakan Sehan barusan memang benar. Membuatnya justru semakin bingung."Semenjak itu aku memilih diam. Karena percuma juga berbicara, tidak akan ada orang yang mau mendengarkanku bukan? Aku memutuskan untuk membiarkan semua orang menilaiku seperti apa yang kak Galen ceritakan."Sehan kini melepas genggamannya pada tangan Liona, dan beralih memegang kedua bahu perempuan itu. Menatapnya dengan serius. "Bahkan kak Galen juga pernah mengatakan, dia akan menghancurkan orang-orang di sekitar ku, dan juga orang yang sangat aku cintai. Itu sebabnya aku meninggalkan keluarga Wiratama, karena aku tidak ingin terlihat dekat dengan siapapun dan membuat kak Galen membenci keluarganya sendiri karena aku. Aku ingin kak Galen menerima mama,
Read more

16. Menginginkannya

"Tapi aku masih penasaran, kenapa kak Galen melakukan itu padamu? Padahal kamu sendiri yang bilang jika orang tua kalian tidak pernah pilih kasih. Tidak seperti ibuku."Sehan diam sesaat. Kini mereka sudah kembali ke hotel. Liona duduk di atas kasur, sedangkan Sehan berada di sofa. "Kau tau, mama bukan ibu kandung kak Galen."Liona sedikit terkejut. "Maksudnya?""Ibu kandung kak Galen telah meninggal, lalu papa menikah lagi dengan mama. Dan akhirnya melahirkan aku. Aku rasa keberadaan mama telah membuat kak Galen tidak nyaman, itu sebabnya dia membenciku. Dia juga tidak akrab dengan mama, tapi aku harap suatu saat nanti kak Galen akan menganggap mama seperti ibu kandungnya sendiri."Liona paham. Sekarang dia bisa benar-benar percaya jika Galen lah yang sebenarnya jahat."Sehan, aku akan berdoa untuk keluargamu. Semoga apa yang kamu harapkan juga akan terkabul, dan kamu bisa kembali ke keluargamu."Sehan tersenyum, dia l
Read more

17. Berhasil Sehan Dapatkan

Liona akhirnya berhenti memberontak. Dia cukup terkejut dengan pernyataan Sehan barusan, tapi hal itu masih membuatnya bingung. "Apa maksudmu Sehan?"Laki-laki itu tampak berpikir sebentar. Seakan mencari alasan yang tepat. Membuat Liona semakin penasaran."Maksudku, kita sudah saling mengenal semenjak kamu mendatangiku di hotel waktu itu. Jika diingat, kita sudah cukup lama bersama kan?""Tapi -""Liona, kita sudah menjadi suami istri. Apa yang kamu takutkan dariku? Kenapa kamu tidak mau melayaniku?"Jantung Liona semakin berdetak tak terkendali. "Sehan aku belum siap. Bisakah kamu memberi waktu padaku untuk itu?"Sehan akhirnya melepaskan Liona, perempuan itu segera duduk dan mengambil jarak dari Sehan. Jujur jantung Liona rasanya nyaris melompat dari tempatnya. Kenapa Sehan tiba-tiba seperti ini?"Maaf," ucap Sehan pelan. Namun Liona masih bisa mendengarnya.Laki-laki itu nyaris
Read more

18. Pertama Kali

Kelopak mata Liona perlahan terbuka. Dia berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk pada pandangannya. Dia lalu menggeliat, berusaha merenggangkan otot-otot tangannya yang kaku. Hingga dia menyadari, sebuah tangan melingkar di atas perutnya. Liona kemudian menoleh, Sehan mengukir senyum menyambut sang istri yang kini sudah membuka mata. "Pagi sayang."Wajah Liona mendadak merah, dia lalu memiringkan tubuhnya dan balas memeluk tubuh kekar sang suami yang begitu hangat. Menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Sehan, menahan malu saat pikirannya mendadak kembali teringat apa yang terjadi padanya tadi malam.Sehan menarik selimut tebal yang nyaris melorot, menutupi tubuh mereka berdua yang sama sekali tak berbalut pakaian. Dia lalu mengeratkan pelukannya pada tubuh Liona. Sesekali memberikan ciuman singkat ke kening dan bahu Liona. Wangi tubuh perempuan itu telah membuat Sehan candu."Apa kamu menikmati
Read more

19. Tidak Ada Yang Tau

"Temui saja, tapi ayah tidak menjamin kakekmu itu mau keluar kamar. Bahkan saat ayah ke sana, kakekmu itu tidak mau keluar."Liona menghela nafas pelan. Setelah menemui sang ayah dan mendapatkan ijin, Liona langsung melanjutkan perjalanannya menuju tempat sang kakek tinggal.Saat ini pukul enam sore, dia sudah berdiri di depan sebuah rumah tua yang begitu besar. Letakkan lumayan jauh dari pusat kota, dan perumahan warga. Bahkan Liona tak ada melihat rumah-rumah orang lainnya di sana selain bangunan tua yang masih berdiri kokoh di hadapannya. Walau tidak terlihat modern, namun kebersihan ditempat itu terjamin. Bahkan lingkungannya juga ramah tak berisik. Ini tempat tinggal yang sangat cocok untuk menikmati hari tua, wajar jika Darwin memilih tempat ini untuk ditinggali Atharya.Saat memasuki rumah tersebut, Liona disambut dengan ramah oleh beberapa pelayan dan penjaga tempat itu."Pak Athaya tidak pernah keluar dari kamar. Bahka
Read more

20. Terluka

Sehan menambah kecepatan laju mobilnya. Tak mempedulikan keselamatan dirinya, atau sekitarnya. Yang ada di pikirannya saat ini hanya Liona. Awalnya Sehan tidak mempermasalahkan sang istri yang belum pulang juga setelah berpamitan ingin menemui Atharya. Walau sudah menunjukan pukul sembilan malam, dia sempat berpikir mungkin karena perjalanan ke rumah Atharya yang cukup jauh. Sehan juga sama sekali tak menelpon Liona. Hingga akhirnya dia mendapatkan telepon dari polisi yang mengatakan ada seorang perempuan yang terserempet mobil, yang tak lain adalah Liona. Seketika Sehan khawatir, bayangan buruk sejak tadi terus saja menghantui pikirannya. Sesampainya di kantor polisi, Sehan langsung menyelonong masuk. Dan mendapati sang istri telah terduduk di dampingi beberapa polisi. "Anda suaminya?"Sehan mengangguk membenarkan. Dia langsung menghampiri Liona. Tidak seperti saat terakhir Sehan melihatnya, kini wajah Liona tampak suram. A
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status