Sehan menambah kecepatan laju mobilnya. Tak mempedulikan keselamatan dirinya, atau sekitarnya. Yang ada di pikirannya saat ini hanya Liona.
Awalnya Sehan tidak mempermasalahkan sang istri yang belum pulang juga setelah berpamitan ingin menemui Atharya. Walau sudah menunjukan pukul sembilan malam, dia sempat berpikir mungkin karena perjalanan ke rumah Atharya yang cukup jauh.Sehan juga sama sekali tak menelpon Liona. Hingga akhirnya dia mendapatkan telepon dari polisi yang mengatakan ada seorang perempuan yang terserempet mobil, yang tak lain adalah Liona.Seketika Sehan khawatir, bayangan buruk sejak tadi terus saja menghantui pikirannya.Sesampainya di kantor polisi, Sehan langsung menyelonong masuk. Dan mendapati sang istri telah terduduk di dampingi beberapa polisi."Anda suaminya?"Sehan mengangguk membenarkan. Dia langsung menghampiri Liona. Tidak seperti saat terakhir Sehan melihatnya, kini wajah Liona tampak suram. AKelopak mata Liona mulai terbuka, pandangannya langsung tertuju pada sang suami yang masih tertidur. Liona cukup terkejut saat mengetahui ternyata Sehan sejak malam tadi menunggunya, bahkan laki-laki itu tertidur dalam posisi duduk bersandar headboard kasur.Satu tangan laki-laki itu juga masih berada di atas kepala Liona. Pasti semalaman Sehan terus berusaha menenangkannya. Liona kemudian mulai beringsut duduk. Membuat laki-laki di sampingnya ikut terbangun. "Liona." Sehan mengucek matanya sesaat, menjernihkan pandangannya sebelum kembali menatap sang istri. "Apa kamu sudah merasa lebih baik?"Tak langsung menjawab. Liona justru menatap wajah sang suami sesaat. Sehan begitu mengkhawatirkannya, membuat Liona jadi merasa bersalah. "Pasti sejak tadi malam kamu terus memikirkan ku."Sehan meraih tangan sang istri, menggenggamnya dengan erat, sesekali mengusap punggung tangan Liona dengan ibu jarinya. "Katakan padaku Lio
Liona menghentikan langkahnya saat sampai di teras rumah. Dia kemudian mengukir senyum saat sang suami kembali menatapnya sebelum memasuki mobil.Saat ini Sehan sudah bersiap untuk berangkat kerja. Setelah kondisi Liona terlihat lebih membaik dibandingkan pagi tadi, Sehan berencana untuk ke perusahaannya sebentar. "Kamu masih ingat dengan ucapanku tadi? Jangan terlalu memikirkannya, untuk sementara ini kita sebaiknya pura-pura tidak tau. Sampai kita mengetahui lebih dulu apa tujuan mereka melakukan semua ini padamu." Sehan memegang salah satu bahu Liona, berusaha memberinya ketenangan. Lalu laki-laki itu mencium kening Liona singkat.Liona hanya tersenyum. Sang suami kemudian memasuki mobil, lalu mulai meninggalkannya. "Aku menurut Sehan, aku percaya apa yang kamu katakan," ucap Liona sambil menatap mobil putih milik Sehan yang semakin menjauh dari rumahnya. Dia menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan sebelum akhirny
Liona tertegun. Padahal dia sangat berharap bisa akrab dengan Sandra layaknya ibu dan anak. Liona hanya tersenyum kosong. "Itu artinya, jika aku tidak berhasil membujuk Sehan kembali pada keluarga Wiratama, mama akan memintaku bercerai dengan Sehan?" Sandra tak mengiyakan. Dia justru menjawab, "itu sebabnya kau harus berusaha membujuk Sehan. Kalian menikah karena saling mencintai kan? Pasti Sehan akan mengikuti semua permintaan perempuan yang dicintainya." Liona kembali teringat ucapan Sehan malam itu. Benar, Sehan telah mengatakan cinta padanya. Tapi sampai saat ini Liona masih ragu, apakah Sehan mengatakan hal itu hanya karena menginginkan Liona melayani nafsunya? Namun selama di dekat Sehan, Liona tak pernah merasa jika laki-laki itu memanfaatkan keberadaannya sebagai pemuas nafsu saja. Bahkan Sehan pernah mengatakan, pernikahan mereka adalah bisnis yang harus saling menguntungkan. Keberadaan Sehan memang
Sepanjang jalan, di dalam mobil Sandra dan Liona hanya saling diam.Liona masih menahan luka di hatinya karena ulah Aoura tadi. Dia sama sekali tak berniat untuk berbicara atau menjelaskan apapun pada sang mama mertua. Tak peduli jika Sandra akan memandangnya buruk saat ini. Lagi pula, Liona juga tau bahwa dirinya tak ada tempat di hati Sandra. Bahkan tadi Sandra juga mengatakan bisa dengan mudah membuat Liona dan Sehan bercerai. Hal itu membuat Liona tak bisa berharap lebih pada Sandra, tapi dia juga belum siap jika harus bercerai dengan Sehan. Walau Liona belum mencintai laki-laki itu, namun dia masih memerlukan keberadaan Sehan untuk membantunya."Liona."Liona menoleh, menatap Sandra dengan sorot tanya. Akhirnya mama mertuanya itu memulai pembicaraan. Entah apa yang akan dikatakan, apakah akan menghina Liona karena sikap Liona pada Aoura tadi?"Maafin mama ya," ucap Sandra tulus. Membuat Liona tertegun seketika. Sandra menghela nafas
Pukul tujuh malam, Sehan menghidangkan makanan yang baru dia masak ke atas meja. Laki-laki itu kemudian duduk di samping Liona, dan mencicipi makanan di piring Liona. "Aku sudah mencicipinya, sekarang makanlah."Liona tersenyum. Dia lalu mengambil sendok, dan menyuap satu sendok makanan ke mulut. "Jika dilihat-lihat kamu itu pengusaha yang sangat sibuk. Aku berpikir, bagaimana bisa seorang laki-laki yang selalu sibuk dengan bisnisnya juga bisa membuat makanan seenak ini?"Sehan terkekeh pelan. Dia mengaduk makanan yang ada di piringnya sesaat. "Jika aku tidak bisa masak, bagaimana caranya aku bisa bertahan hidup? Kau sendiri tau jika aku tinggal di rumah sendiri setelah lulus kuliah, saat itu umurku juga masih begitu sangat muda. Jadi aku terus belajar bagaimana cara untuk bertahan hidup tanpa meminta bantuan orang tua."Liona cukup takjub dengan cara berpikir Sehan. Padahal laki-laki itu mendapatkan kasih sayang dari keluarganya, tapi
Liona menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Entah kenapa mendadak Liona jadi gugup saat melihat rumah mewah di hadapannya saat ini. Seperti apa yang Sehan katakan kemarin, hari ini laki-laki itu mengantarkan Liona ke rumah Wiratama. "Ayo," ajak Sehan sambil menggandeng tangan Liona. Mereka mulai memasuki rumah tersebut.Saat sampai di ruang tengah, mereka justru tak sengaja berpapasan dengan Galen. Liona tersentak kaget melihat keberadaan Galen secara tiba-tiba, membuat langkanya dan Sehan terhenti sesaat. "Kalian ada di sini? Tumben sekali pagi-pagi sudah ada di sini, apa akan ada acara di sini? Aku tidak tahu hal itu." Galen tersenyum, berusaha menyapa mereka dengan hangat. Namun saat Liona ingin menjawab, Sehan tiba-tiba menarik tangannya dan melanjutkan langkah mereka mencari keberadaan Sandra. Liona masih ingat, Sehan pernah melarangnya untuk dekat dengan Galen. Tapi jika hanya untuk membalas sapaa
Sandra memberikan segelas air putih pada Liona. Mereka kini berada di ruang tengah, Sandra meminta Liona duduk di sofa untuk menenangkan diri. Setelah meminum air putih yang Sandra berikan, Liona meletakkan gelas berisi sisa air minumnya ke atas meja. "Sekarang sudah lebih baik?" tanya Sandra memastikan.Liona mengangguk membenarkan. "Lain kali, jika kamu tidak bisa melakukannya langsung katakan saja pada mama. Mama sangat merasa bersalah membuatmu jadi seperti ini."Liona tersenyum. Dia nyaris tak percaya jika mama mertuanya itu begitu mengkhawatirkannya saat ini. "Maafkan Liona ma.""Jangan meminta maaf, seharusnya mama yang meminta maaf padamu." Sandra menghela nafas pelan.Sejak pertama melihat Liona, Sandra memang sangat kasihan pada anak itu. Bahkan Gretta sang ibu justru menjelekkan anak itu di hadapannya sebelum menikah dengan Sehan. Ini yang membuat Sandra curiga, pasti Liona tak diperlakukan dengan
Setelah merasa tenang, Sandra akhirnya mengajak Liona untuk belajar memasak di dapur. Cukup lama, hingga tiga jam lebih akhirnya mereka selesai. Liona juga baru saja mendapat pesan dari sang suami, bahwa Sehan sudah selesai dengan pekerjaannya dan ingin menjemputnya di rumah itu. Jadi Liona menyudahi belajar memasaknya hari ini."Lain kali ke sinilah kembali."Liona mengangguk mengiyakan ucapan Sandra. Dia senang, karena kejadian tadi pagi, kini dirinya dan Sandra terlihat akrab. Liona harap hubungan mereka akan terus dekat seperti saat ini. "Jika ada kesempatan lagi, menginap lah di sini bersama Sehan. Setiap hari mama selalu meminta pembantu untuk membersihkan kamar Sehan, tapi Sehan tidak pernah lagi tidur di sini."Senyum Liona luntur. Dia bisa melihat sorot mata Sandra yang kembali mengisyaratkan kerinduan. "Ma, Liona masih ingat dengan syarat yang diberikan mama. Beri waktu Liona lebih lama, untuk membujuk Sehan kembali