Setelah merasa tenang, Sandra akhirnya mengajak Liona untuk belajar memasak di dapur.
Cukup lama, hingga tiga jam lebih akhirnya mereka selesai. Liona juga baru saja mendapat pesan dari sang suami, bahwa Sehan sudah selesai dengan pekerjaannya dan ingin menjemputnya di rumah itu. Jadi Liona menyudahi belajar memasaknya hari ini."Lain kali ke sinilah kembali."Liona mengangguk mengiyakan ucapan Sandra. Dia senang, karena kejadian tadi pagi, kini dirinya dan Sandra terlihat akrab. Liona harap hubungan mereka akan terus dekat seperti saat ini."Jika ada kesempatan lagi, menginap lah di sini bersama Sehan. Setiap hari mama selalu meminta pembantu untuk membersihkan kamar Sehan, tapi Sehan tidak pernah lagi tidur di sini."Senyum Liona luntur. Dia bisa melihat sorot mata Sandra yang kembali mengisyaratkan kerinduan."Ma, Liona masih ingat dengan syarat yang diberikan mama. Beri waktu Liona lebih lama, untuk membujuk Sehan kembaliLiona terdiam seketika setelah mendengar ucapan Galen barusan. Apa yang dikatakan Galen memang tidak salah.Galen tersenyum puas telah membuat Liona tak bisa menjawabnya lagi. "Liona, aku tidak ingin diam saja ketika kebahagiaanku mulai diganggu oleh kehadiran seseorang. Aku ingin ... menyingkirkan Sehan."Mata Liona membulat tak percaya. Namun Liona tak bisa menemukan kalimat yang pas untuk menjawab ucapan Galen. Apa yang dilakukan Galen pada Sehan saat ini, juga sama dengan rencananya kepada Aoura. Tapi entah kenapa, walau posisinya dengan Galen sama, Liona tetap tidak ingin Galen melukai Sehan. Dimata Liona, Sehan tidak seperti Aoura. Galen tidak pantas melakukan itu semua pada Sehan."Liona, sebenarnya aku tidak ingin membahas ini padamu. Tapi, kamu yang memulai lebih dulu dan membuat aku mengatakan semuanya padamu."Galen kembali mengukir senyum sedih. Dia kini berusaha berjalan menghampiri sebuah paper bag di atas meja yang tak jau
Liona meletakkan rantang kecil ke atas meja. Dia lalu membuka satu persatu rantang itu, dan menghidangkannya.Sehan duduk di salah satu kursi, menatap makanan yang mulai dihidangkan sang istri. "Berarti ini adalah masakanmu tadi?""Lebih tepatnya, masakan ku dan mama. Karena mama yang membantuku."Sehan tersenyum. "Kelihatannya enak. Aku akan menikmati masakan istriku untuk pertama kalinya."Liona hanya menahan senyum. Dia tak sabar melihat sang suami memakannya. Liona kemudian berjalan ke dapur untuk mengambil piring. Mendadak pandangan Sehan terarah pada paper bag yang Liona letakkan di kursi sampingnya. Dia penasaran, dan mengambilnya. "Apa ini juga pemberian mama?"Sehan ingat, Liona juga membawa paper bag itu dari rumah orang tuanya. Saat Sehan ingin melihat isi paper bag itu, Liona justru kembali.Perempuan itu dengan segera merampas paper bag miliknya dari tangan Sehan. Membuat Sehan menatapnya dengan s
Benar. Liona dan Sehan memiliki cara yang berbeda untuk mengatasi masalah mereka. Liona memilih balas dendam, melakukan berbagai cara untuk balik melukai orang-orang yang menyakitinya. Berbeda dengan Sehan. Laki-laki itu memilih menghindar dari orang-orang yang menyakitinya, agar tidak terluka terlalu dalam.Andai Sehan melawan Galen, berusaha mengungkap kesalahan Galen di masa lalu, mungkin sampai saat ini dia bisa tinggal di rumah keluarga Wiratama tanpa rasa takut. Selama ini Sehan memang tidak bisa tenang. Dia terus merasa gelisah, takut saat ada orang yang dekat dengannya. Mengingat Galen pernah mengatakan akan menghancurkan orang-orang yang berada di sekitar Sehan. Sehan tidak pernah memikirkan cara menghentikan kejahatan Galen. Yang dia lakukan hanya menghindar. Setelah melihat paper bag yang diberikan Galen hangus terbakar bersama sampah lainnya, Liona hanya pasrah. Dia kembali memasuki rumah setelah merasa dirinya s
Liona meremas ponselnya sesaat. Hatinya mendadak berdesir perih, sudah lama dia tak berbicara pada ayahnya. Terakhir dia menemui sang ayah untuk meminta ijin menemui Atharya. Setelah mengetahui bahwa dia anak kandung Darwin, Liona merasa tidak sanggup untuk menemui laki-laki itu.Namun baru saja, Darwin justru mengirimkannya pesan dan memintanya untuk mengajak Sehan makan malam di rumah Darwin. "Aku tetap harus menemui ayah, dan bersikap seolah-olah masih tidak tau apa-apa."Liona menghela nafas pelan. Yang saat ini harus dia pikirkan lebih dulu adalah untuk berbicara dengan Sehan, mengingat dia dan Sehan sampai saat ini masih belum bertegur sapa karena perdebatan tadi malam. Dia menatap pintu kamar Sehan yang masih tertutup. Liona tau suaminya itu sudah keluar rumah sejak tadi pagi. "Apa aku kirim pesan saja pada Sehan?"Liona mengangguk membenarkan. Mungkin jika meminta maaf melalui ponsel Liona tidak akan terlalu
"Apa maksudmu Sehan?"Darwin menyikut lengan Gretta, saat perempuan itu tiba-tiba ikut berbicara dengan nada tinggi pada Sehan. Darwin memberinya tatapan marah, meminta Gretta untuk diam saja dalam pembicaraan ini."Sehan, kamu tau perusahaan Atharya sudah lama ini juga mengalami masalah bagian keuangan. Sebenarnya ayah ingin meminta bantuan pada papamu, agar Wiratama group meminjamkan dana pada perusahaan kami. Tapi kami belum ada waktu untuk berbicara dengan papamu. Apalagi setelah mendengar kabar bahwa Wiratama group mengalami masalah, ayah jadi ragu apakah Wiratama group bisa membantu ayah."Sehan hanya mengukir senyum tipis. Sesuai dugaannya, pada akhirnya Darwin akan mengatakan tujuannya.Liona kini kembali teringat dengan ucapan Sehan pertama kali saat bertemu dengannya. Apa yang dikatakan Sehan benar, dan laki-laki itu tidak mungkin mau membantu Darwin. Tapi Liona kenapa tiba-tiba merasa kasihan pada sang ayah, bukankah seharusnya dia sena
Liona menghentikan langkahnya. Sehan membukakan pintu mobil untuknya, namun perempuan itu tak kunjung masuk. Mereka baru saja keluar dari rumah Darwin setelah berbicara cukup panjang mengenai perusahaan.Mata Liona sejak tadi berkaca-kaca, menahan air mata sejak Darwin mengatakan bahwa Atharya sakit."Liona -""Kakek tidak sakit, Sehan. Apa ayah juga tidak tau bahwa kakek sedang dikurung oleh ibu? Atau ayah juga sama dengan ibu, mengatakan itu untuk membohongiku?"Sehan menghela nafas pelan. "Kita tidak akan tau jika tidak berbicara langsung dengan kakekmu. Masalahnya, menemui kakekmu juga harus memerlukan ijin dari mereka. Andai saja kita bisa menemui kakekmu secara diam-diam."Liona menunduk pasrah. Kakeknya juga sedang dijaga oleh orang suruhan Gretta, yang pasti walau dia dan Sehan diam-diam menemui Atharya akan dilarang oleh penjaganya. "Sabarlah Liona, aku akan mencari cara untuk menemui kakekmu."Liona
Sesampainya di rumah, Liona langsung menuju kamarnya.Karena sudah larut malam, dia memutuskan untuk segera tidur. Namun sebelum itu Liona berniat untuk ganti baju lebih dulu. Setelah selesai berganti baju, mendadak pintu kamarnya terbuka. Liona tersentak, dan langsung merapikan piyama yang sudah dia pakai.Tanpa ada perasaan ragu, Sehan dengan santainya menyelonong masuk begitu saja. Membuat Liona menatapnya dengan sorot waspada. "Kenapa kamu tidak mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk? Ini kan kamarku!""Maaf aku lupa," jawab Sehan dengan entengnya. Laki-laki itu kemudian duduk di sisi kasur Liona, lalu menepuk tempat tidur di sampingnya. "Sini."Mata Liona membulat, entah kenapa tiba-tiba dia berfirasat tidak baik. "Ma-mau apa?"Sehan menyipitkan matanya, menatap Liona sambil berusaha menerka. "Kau selalu saja mempunyai pikiran kotor Liona."Liona mengelak. "Kamu yang selalu membuatku berpikir seperti itu
"Jadi, ayah dan ibu ingin memberikan perusahaan Wiratama pada kak Liona?" tanya Aoura pada kedua orang tuanya. Tadi malam, dia sengaja pergi dari rumah dan menginap di rumah temannya. Hatinya sudah sangat hancur karena terlalu sering melihat kedekatan Sehan dan Liona, namun pagi ini setelah dia pulang ke rumah justru semuanya kacau tidak seperti yang dia harapkan. "Ayah, aku adalah anak kandung ayah. Kak Liona ... dia hanya anak adopsi. Apa begini cara ayah memperlakukan anak kandung ayah sendiri?""Aoura, kau tau perusahaan Atharya saat ini diambang kebangkrutan. Ayah ingin meminta bantuan pada Bram Wiratama, tapi perusahaannya juga sedang bermasalah. Maka satu-satunya harapan kita adalah Sehan. Dan Sehan tidak mau membantu kita, jika kakakmu tidak terlibat di perusahaan itu," jelas Darwin berusaha membuat putri bungsunya paham.Namun Aoura tetap saja tak terima. "Carilah cara lain ayah, aku tidak mau kak Liona berada di perusahaan Atharya!"