Sepanjang jalan, di dalam mobil Sandra dan Liona hanya saling diam.
Liona masih menahan luka di hatinya karena ulah Aoura tadi. Dia sama sekali tak berniat untuk berbicara atau menjelaskan apapun pada sang mama mertua. Tak peduli jika Sandra akan memandangnya buruk saat ini. Lagi pula, Liona juga tau bahwa dirinya tak ada tempat di hati Sandra.Bahkan tadi Sandra juga mengatakan bisa dengan mudah membuat Liona dan Sehan bercerai. Hal itu membuat Liona tak bisa berharap lebih pada Sandra, tapi dia juga belum siap jika harus bercerai dengan Sehan. Walau Liona belum mencintai laki-laki itu, namun dia masih memerlukan keberadaan Sehan untuk membantunya."Liona."Liona menoleh, menatap Sandra dengan sorot tanya. Akhirnya mama mertuanya itu memulai pembicaraan. Entah apa yang akan dikatakan, apakah akan menghina Liona karena sikap Liona pada Aoura tadi?"Maafin mama ya," ucap Sandra tulus. Membuat Liona tertegun seketika. Sandra menghela nafasPukul tujuh malam, Sehan menghidangkan makanan yang baru dia masak ke atas meja. Laki-laki itu kemudian duduk di samping Liona, dan mencicipi makanan di piring Liona. "Aku sudah mencicipinya, sekarang makanlah."Liona tersenyum. Dia lalu mengambil sendok, dan menyuap satu sendok makanan ke mulut. "Jika dilihat-lihat kamu itu pengusaha yang sangat sibuk. Aku berpikir, bagaimana bisa seorang laki-laki yang selalu sibuk dengan bisnisnya juga bisa membuat makanan seenak ini?"Sehan terkekeh pelan. Dia mengaduk makanan yang ada di piringnya sesaat. "Jika aku tidak bisa masak, bagaimana caranya aku bisa bertahan hidup? Kau sendiri tau jika aku tinggal di rumah sendiri setelah lulus kuliah, saat itu umurku juga masih begitu sangat muda. Jadi aku terus belajar bagaimana cara untuk bertahan hidup tanpa meminta bantuan orang tua."Liona cukup takjub dengan cara berpikir Sehan. Padahal laki-laki itu mendapatkan kasih sayang dari keluarganya, tapi
Liona menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Entah kenapa mendadak Liona jadi gugup saat melihat rumah mewah di hadapannya saat ini. Seperti apa yang Sehan katakan kemarin, hari ini laki-laki itu mengantarkan Liona ke rumah Wiratama. "Ayo," ajak Sehan sambil menggandeng tangan Liona. Mereka mulai memasuki rumah tersebut.Saat sampai di ruang tengah, mereka justru tak sengaja berpapasan dengan Galen. Liona tersentak kaget melihat keberadaan Galen secara tiba-tiba, membuat langkanya dan Sehan terhenti sesaat. "Kalian ada di sini? Tumben sekali pagi-pagi sudah ada di sini, apa akan ada acara di sini? Aku tidak tahu hal itu." Galen tersenyum, berusaha menyapa mereka dengan hangat. Namun saat Liona ingin menjawab, Sehan tiba-tiba menarik tangannya dan melanjutkan langkah mereka mencari keberadaan Sandra. Liona masih ingat, Sehan pernah melarangnya untuk dekat dengan Galen. Tapi jika hanya untuk membalas sapaa
Sandra memberikan segelas air putih pada Liona. Mereka kini berada di ruang tengah, Sandra meminta Liona duduk di sofa untuk menenangkan diri. Setelah meminum air putih yang Sandra berikan, Liona meletakkan gelas berisi sisa air minumnya ke atas meja. "Sekarang sudah lebih baik?" tanya Sandra memastikan.Liona mengangguk membenarkan. "Lain kali, jika kamu tidak bisa melakukannya langsung katakan saja pada mama. Mama sangat merasa bersalah membuatmu jadi seperti ini."Liona tersenyum. Dia nyaris tak percaya jika mama mertuanya itu begitu mengkhawatirkannya saat ini. "Maafkan Liona ma.""Jangan meminta maaf, seharusnya mama yang meminta maaf padamu." Sandra menghela nafas pelan.Sejak pertama melihat Liona, Sandra memang sangat kasihan pada anak itu. Bahkan Gretta sang ibu justru menjelekkan anak itu di hadapannya sebelum menikah dengan Sehan. Ini yang membuat Sandra curiga, pasti Liona tak diperlakukan dengan
Setelah merasa tenang, Sandra akhirnya mengajak Liona untuk belajar memasak di dapur. Cukup lama, hingga tiga jam lebih akhirnya mereka selesai. Liona juga baru saja mendapat pesan dari sang suami, bahwa Sehan sudah selesai dengan pekerjaannya dan ingin menjemputnya di rumah itu. Jadi Liona menyudahi belajar memasaknya hari ini."Lain kali ke sinilah kembali."Liona mengangguk mengiyakan ucapan Sandra. Dia senang, karena kejadian tadi pagi, kini dirinya dan Sandra terlihat akrab. Liona harap hubungan mereka akan terus dekat seperti saat ini. "Jika ada kesempatan lagi, menginap lah di sini bersama Sehan. Setiap hari mama selalu meminta pembantu untuk membersihkan kamar Sehan, tapi Sehan tidak pernah lagi tidur di sini."Senyum Liona luntur. Dia bisa melihat sorot mata Sandra yang kembali mengisyaratkan kerinduan. "Ma, Liona masih ingat dengan syarat yang diberikan mama. Beri waktu Liona lebih lama, untuk membujuk Sehan kembali
Liona terdiam seketika setelah mendengar ucapan Galen barusan. Apa yang dikatakan Galen memang tidak salah.Galen tersenyum puas telah membuat Liona tak bisa menjawabnya lagi. "Liona, aku tidak ingin diam saja ketika kebahagiaanku mulai diganggu oleh kehadiran seseorang. Aku ingin ... menyingkirkan Sehan."Mata Liona membulat tak percaya. Namun Liona tak bisa menemukan kalimat yang pas untuk menjawab ucapan Galen. Apa yang dilakukan Galen pada Sehan saat ini, juga sama dengan rencananya kepada Aoura. Tapi entah kenapa, walau posisinya dengan Galen sama, Liona tetap tidak ingin Galen melukai Sehan. Dimata Liona, Sehan tidak seperti Aoura. Galen tidak pantas melakukan itu semua pada Sehan."Liona, sebenarnya aku tidak ingin membahas ini padamu. Tapi, kamu yang memulai lebih dulu dan membuat aku mengatakan semuanya padamu."Galen kembali mengukir senyum sedih. Dia kini berusaha berjalan menghampiri sebuah paper bag di atas meja yang tak jau
Liona meletakkan rantang kecil ke atas meja. Dia lalu membuka satu persatu rantang itu, dan menghidangkannya.Sehan duduk di salah satu kursi, menatap makanan yang mulai dihidangkan sang istri. "Berarti ini adalah masakanmu tadi?""Lebih tepatnya, masakan ku dan mama. Karena mama yang membantuku."Sehan tersenyum. "Kelihatannya enak. Aku akan menikmati masakan istriku untuk pertama kalinya."Liona hanya menahan senyum. Dia tak sabar melihat sang suami memakannya. Liona kemudian berjalan ke dapur untuk mengambil piring. Mendadak pandangan Sehan terarah pada paper bag yang Liona letakkan di kursi sampingnya. Dia penasaran, dan mengambilnya. "Apa ini juga pemberian mama?"Sehan ingat, Liona juga membawa paper bag itu dari rumah orang tuanya. Saat Sehan ingin melihat isi paper bag itu, Liona justru kembali.Perempuan itu dengan segera merampas paper bag miliknya dari tangan Sehan. Membuat Sehan menatapnya dengan s
Benar. Liona dan Sehan memiliki cara yang berbeda untuk mengatasi masalah mereka. Liona memilih balas dendam, melakukan berbagai cara untuk balik melukai orang-orang yang menyakitinya. Berbeda dengan Sehan. Laki-laki itu memilih menghindar dari orang-orang yang menyakitinya, agar tidak terluka terlalu dalam.Andai Sehan melawan Galen, berusaha mengungkap kesalahan Galen di masa lalu, mungkin sampai saat ini dia bisa tinggal di rumah keluarga Wiratama tanpa rasa takut. Selama ini Sehan memang tidak bisa tenang. Dia terus merasa gelisah, takut saat ada orang yang dekat dengannya. Mengingat Galen pernah mengatakan akan menghancurkan orang-orang yang berada di sekitar Sehan. Sehan tidak pernah memikirkan cara menghentikan kejahatan Galen. Yang dia lakukan hanya menghindar. Setelah melihat paper bag yang diberikan Galen hangus terbakar bersama sampah lainnya, Liona hanya pasrah. Dia kembali memasuki rumah setelah merasa dirinya s
Liona meremas ponselnya sesaat. Hatinya mendadak berdesir perih, sudah lama dia tak berbicara pada ayahnya. Terakhir dia menemui sang ayah untuk meminta ijin menemui Atharya. Setelah mengetahui bahwa dia anak kandung Darwin, Liona merasa tidak sanggup untuk menemui laki-laki itu.Namun baru saja, Darwin justru mengirimkannya pesan dan memintanya untuk mengajak Sehan makan malam di rumah Darwin. "Aku tetap harus menemui ayah, dan bersikap seolah-olah masih tidak tau apa-apa."Liona menghela nafas pelan. Yang saat ini harus dia pikirkan lebih dulu adalah untuk berbicara dengan Sehan, mengingat dia dan Sehan sampai saat ini masih belum bertegur sapa karena perdebatan tadi malam. Dia menatap pintu kamar Sehan yang masih tertutup. Liona tau suaminya itu sudah keluar rumah sejak tadi pagi. "Apa aku kirim pesan saja pada Sehan?"Liona mengangguk membenarkan. Mungkin jika meminta maaf melalui ponsel Liona tidak akan terlalu