Liona meremas ponselnya sesaat. Hatinya mendadak berdesir perih, sudah lama dia tak berbicara pada ayahnya. Terakhir dia menemui sang ayah untuk meminta ijin menemui Atharya.
Setelah mengetahui bahwa dia anak kandung Darwin, Liona merasa tidak sanggup untuk menemui laki-laki itu.Namun baru saja, Darwin justru mengirimkannya pesan dan memintanya untuk mengajak Sehan makan malam di rumah Darwin."Aku tetap harus menemui ayah, dan bersikap seolah-olah masih tidak tau apa-apa."Liona menghela nafas pelan. Yang saat ini harus dia pikirkan lebih dulu adalah untuk berbicara dengan Sehan, mengingat dia dan Sehan sampai saat ini masih belum bertegur sapa karena perdebatan tadi malam.Dia menatap pintu kamar Sehan yang masih tertutup. Liona tau suaminya itu sudah keluar rumah sejak tadi pagi."Apa aku kirim pesan saja pada Sehan?"Liona mengangguk membenarkan. Mungkin jika meminta maaf melalui ponsel Liona tidak akan terlalu"Apa maksudmu Sehan?"Darwin menyikut lengan Gretta, saat perempuan itu tiba-tiba ikut berbicara dengan nada tinggi pada Sehan. Darwin memberinya tatapan marah, meminta Gretta untuk diam saja dalam pembicaraan ini."Sehan, kamu tau perusahaan Atharya sudah lama ini juga mengalami masalah bagian keuangan. Sebenarnya ayah ingin meminta bantuan pada papamu, agar Wiratama group meminjamkan dana pada perusahaan kami. Tapi kami belum ada waktu untuk berbicara dengan papamu. Apalagi setelah mendengar kabar bahwa Wiratama group mengalami masalah, ayah jadi ragu apakah Wiratama group bisa membantu ayah."Sehan hanya mengukir senyum tipis. Sesuai dugaannya, pada akhirnya Darwin akan mengatakan tujuannya.Liona kini kembali teringat dengan ucapan Sehan pertama kali saat bertemu dengannya. Apa yang dikatakan Sehan benar, dan laki-laki itu tidak mungkin mau membantu Darwin. Tapi Liona kenapa tiba-tiba merasa kasihan pada sang ayah, bukankah seharusnya dia sena
Liona menghentikan langkahnya. Sehan membukakan pintu mobil untuknya, namun perempuan itu tak kunjung masuk. Mereka baru saja keluar dari rumah Darwin setelah berbicara cukup panjang mengenai perusahaan.Mata Liona sejak tadi berkaca-kaca, menahan air mata sejak Darwin mengatakan bahwa Atharya sakit."Liona -""Kakek tidak sakit, Sehan. Apa ayah juga tidak tau bahwa kakek sedang dikurung oleh ibu? Atau ayah juga sama dengan ibu, mengatakan itu untuk membohongiku?"Sehan menghela nafas pelan. "Kita tidak akan tau jika tidak berbicara langsung dengan kakekmu. Masalahnya, menemui kakekmu juga harus memerlukan ijin dari mereka. Andai saja kita bisa menemui kakekmu secara diam-diam."Liona menunduk pasrah. Kakeknya juga sedang dijaga oleh orang suruhan Gretta, yang pasti walau dia dan Sehan diam-diam menemui Atharya akan dilarang oleh penjaganya. "Sabarlah Liona, aku akan mencari cara untuk menemui kakekmu."Liona
Sesampainya di rumah, Liona langsung menuju kamarnya.Karena sudah larut malam, dia memutuskan untuk segera tidur. Namun sebelum itu Liona berniat untuk ganti baju lebih dulu. Setelah selesai berganti baju, mendadak pintu kamarnya terbuka. Liona tersentak, dan langsung merapikan piyama yang sudah dia pakai.Tanpa ada perasaan ragu, Sehan dengan santainya menyelonong masuk begitu saja. Membuat Liona menatapnya dengan sorot waspada. "Kenapa kamu tidak mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk? Ini kan kamarku!""Maaf aku lupa," jawab Sehan dengan entengnya. Laki-laki itu kemudian duduk di sisi kasur Liona, lalu menepuk tempat tidur di sampingnya. "Sini."Mata Liona membulat, entah kenapa tiba-tiba dia berfirasat tidak baik. "Ma-mau apa?"Sehan menyipitkan matanya, menatap Liona sambil berusaha menerka. "Kau selalu saja mempunyai pikiran kotor Liona."Liona mengelak. "Kamu yang selalu membuatku berpikir seperti itu
"Jadi, ayah dan ibu ingin memberikan perusahaan Wiratama pada kak Liona?" tanya Aoura pada kedua orang tuanya. Tadi malam, dia sengaja pergi dari rumah dan menginap di rumah temannya. Hatinya sudah sangat hancur karena terlalu sering melihat kedekatan Sehan dan Liona, namun pagi ini setelah dia pulang ke rumah justru semuanya kacau tidak seperti yang dia harapkan. "Ayah, aku adalah anak kandung ayah. Kak Liona ... dia hanya anak adopsi. Apa begini cara ayah memperlakukan anak kandung ayah sendiri?""Aoura, kau tau perusahaan Atharya saat ini diambang kebangkrutan. Ayah ingin meminta bantuan pada Bram Wiratama, tapi perusahaannya juga sedang bermasalah. Maka satu-satunya harapan kita adalah Sehan. Dan Sehan tidak mau membantu kita, jika kakakmu tidak terlibat di perusahaan itu," jelas Darwin berusaha membuat putri bungsunya paham.Namun Aoura tetap saja tak terima. "Carilah cara lain ayah, aku tidak mau kak Liona berada di perusahaan Atharya!"
Sehan tersenyum gemas saat melihat sang istri masih tertidur dengan nyenyak dengan berbalut selimut tebal di atas kasur. Dia kemudian menghampiri sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk putih. "Sudah pagi, apa kau tidak mau bangun?"Tak ada jawaban. Tidur Liona masih begitu pulas. Sebenarnya Sehan tak tega membangunkan, tapi dia harus berpamitan sebelum berangkat kerja.Handuk putih yang baru saja dia gunakan untuk mengeringkan rambut, kini Sehan sampirkan ke bahu kanannya. Dia kemudian membungkuk, mendekatkan wajahnya pada sang istri. "Sayang, kau tidak mau bangun?"Satu tetes air dari rambut Sehan yang masih basah jatuh mengenai kening Liona. Membuat perempuan itu terusik.Sehan mengukir senyum menyapa saat Liona akhirnya membuka mata. Menyadari Sehan tengah menatapnya dalam jarak dekat, wajah Liona kembali memerah menahan malu. Dia lalu menarik selimut tebalnya hingga menutupi setengah waj
"Terimakasih Sehan, kamu sudah mau membantu perusahaan ini demi nenek," ucap Joana yang cukup senang akhirnya melihat cucu keduanya peduli pada Wiratama group. "Ini yang nenek harapkan sejak dulu."Sehan tersenyum, sesaat dia melirik sang kakak yang juga duduk di sampingnya.Saat ini mereka berada di Wiratama group. Sehan sengaja datang ke sana setelah mendapat telepon dari Joana. Sekalian, Sehan mengatakan niat baiknya yang ingin membantu perusahaan keluarganya yang sedang dalam masalah. Joana terlihat sangat senang setelah mendengar hal tersebut dari Sehan. Namun tentu saja karena hal itu Galen mulai khawatir, dengan adanya Sehan di perusahaan itu Galen takut dirinya hanya akan menjadi Presdir sementara di Wiratama group."Nenek harap, kamu akan selamanya menjadi bagian Wiratama group."Sehan menghela nafas pelan. "Maaf nek, sepertinya akan sulit bagi Sehan meninggalkan interior harmony."Joana mengangguk paham. Dia
Namun Sehan tak mungkin menanyakan hal itu sekarang pada sang istri, di depan semua keluarganya. "Perjanjian kontrak? Pernikahan selama satu tahun? Kamu membohongi mama Sehan!" bentak Sandra begitu tampak kecewa pada putra bungsunya. Dia menggeleng tak habis pikir, apa alasan Sehan melakukan itu?Joana mengambil selembar kertas yang tadinya Sandra lemparkan ke atas meja. Tangannya mulai gemetar kaget setelah membaca tulisan pada kertas tersebut."Mama, papa, nenek, Sehan sangat mencintai Liona -""Sehan, kau terus berbohong di saat semua bukti sudah terungkap?" kini Bram yang berbicara memotong kalimat Sehan. Liona hanya menunduk. Dia tak tau harus berbuat apa sekarang. Kenapa semuanya harus terbongkar sedangkan tujuannya belum tercapai?Galen yang tadinya ingin memasuki kamar, memutuskan untuk ikut menghampiri keluarganya yang tengah berkumpul. Tentu dia tidak akan diam saja, ketika ada kesempatan emas baginya di depan mata.
Liona, Sehan dan Galen saat ini berdiri di depan kamar sang nenek. Joana masih diperiksa oleh dokter di dalam sana.Hingga tak lama dokter yang memeriksa Joana keluar bersama Berlin. "Tante, bagaimana keadaan nenek?" tanya Galen pada Berlin untuk memastikan."Nenek sudah sadar, papa dan mamamu masih di dalam. Tunggu mereka keluar."Berlin kembali melangkah, mengantarkan dokter yang memeriksa sang nenek keluar rumah. Tak lama, kini giliran Bram yang keluar dari kamar Joana. Sehan segera menghampiri. "Papa -""Galen bisa kamu ikut papa sebentar," pinta Bram tak mempedulikan keberadaan Sehan. Galen mengangguk menurut dan mulai mengikuti langkah sang papa. Dia kembali mengukir senyum puas melihat Bram tak menghiraukan Sehan.Sehan menghela nafas pelan. Melihat hal itu Liona jadi sangat merasa kasihan pada sang suami. Liona mendekat, dan menggenggam tangan Sehan berusaha menyalurkan kekuatan untuk laki-laki itu.
Enam tahun kemudian ...Rumah keluarga Wiratama kini tampak ramai. Para tamu undangan mulai berdatangannya, dan banyak anak kecil membawa hadiah.Tepat hari ini, Arsen Wiratama berusia genap lima tahun. Semua orang merayakan ulang tahunya dengan kegembiraan. "Okey, selanjutnya adalah acara potong kue!"Semua anak dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah, saat sang MC membacakan urutan acara selanjutnya. "Potong kuenya!""Potong kuenya!"Sorak anak-anak yang ada di sana. Dibantu dengan sang papa dan mamanya, Arsen mulai memotong kue ulang tahun di hadapannya. "Baik, kuenya sudah dipotong. Sekarang, Arsen ingin memberikan suapan pertama kuenya ke siapa ya?" tanya MC membuat semua orang di sana jadi penasaran tak sabar. Arsen menoleh ke kenan dan kirinya sesaat, mulai bingung."Arsen pasti ingin memberikan suapan pertama pada mama kan?" bisik Liona berusaha merayu putra kecilnya te
Ke esok harinya, Sehan dan Galen duduk di jok belakang mobil. Sedangkan Dua pria berbadan kekar kekar duduk di jok depan mereka, dan satu pria itu mengemudikan mobil.Di depan mobil mereka, juga ada satu mobil lain yang menunjukan arah sekaligus mendampingi Sehan dan Galen.Setelah cukup lama, mereka telah sampai di sebuah bangunan beton yang tampak kusam. Menuju ke sana memerlukan waktu hampir tiga jam, letakkan memang sangat jauh dari pusat kota.Dua bodyguard yang ada dalam mobil tersebut keluar lebih dulu, lalu berdiri di sisi mobil, dan mengawasi sekitarnya.Sehan tak langsung keluar, dia menoleh ke samping, menatap sang kakak. "Kak Galen tidak mau menemuinya bersamaan langsung denganku?"Galen menggeleng. "Aku akan berbicara dengannya setelah kau selesai. Aku hanya ingin memarahinya karena sudah berani membuat kakiku tidak berfungsi, sedangkan kamu pasti banyak hal yang ingin dibicarakan bukan?"Sehan mengangguk m
Di sebuah gedung besar, sebuah pesta pernikahan dilaksanakan dengan tema yang begitu sangat sederhana. Tamu undangan hanya terbatas, yaitu para rekan kerja dan sahabat-sahabatnya dari mempelai pria. Reno dan Aoura berdiri berdampingan, bersalaman dan menyambut para tamu dengan ramah.Hingga kedatangan Darwin bersama anak dan mantunya, berhasil mengalihkan perhatian semua orang di sana. Beberapa orang yang dilalui oleh mereka tersenyum menyapa. Tentu karena kebanyakan tamu undangan di sana adalah karyawan Wiratama group, jadi mereka begitu menghormati Darwin dan Liona, terutama Sehan.Melihat tiga orang penting itu berjalan ke arahnya, tangan Aoura mendadak berkeringat dingin. Dia lalu menyenggol lengan Reno di sampingnya, dan berbisik protes. "Kau juga mengundang ayah?""Tentu saja, bagaimana pun dia juga pernah menjadi ayah untukmu. Kita harus menghargainya dengan mengundangnya ke pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura pah
Satu Minggu kemudian. Liona dan Sehan sudah berpakaian rapi, bersiap untuk berangkat ke acara pernikahan Aoura dan Reno. "Sudah siap?" tanya Sehan memastikan saat sang istri baru saja keluar dari kamar. Liona tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang."Sehan dan Liona berjalan keluar rumah. Saat ini mereka sudah berada di rumah mereka sendiri. Sehan memutuskan untuk kembali ke rumah mereka dua hari lalu, setelah Sehan berhasil meyakinkan Joana bahwa keadaannya sudah membaik.Mobil yang mereka tumpangi kini mulai melaju, meninggalkan halaman rumah. Tak langsung menuju gedung acara pernikahan, Sehan dan Liona meminta sang suami untuk mengantarkannya lebih dulu ke rumah Darwin. "Bukankah ayah pasti juga diundang oleh Aoura?" tanya Liona penasaran.Sehan menoleh sesaat, lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya. "Entahlah, aku juga tidak tau. Bahkan setelah meninggalkan rumah ayahmu, seperti
Setelah sampai di depan kamar yang mereka sewa. Sehan menurunkan Liona dari gendongannya. Laki-laki itu kemudian membuka pintu di hadapannya menggunakan key card yang baru saja dia kantongi.Setelan pintu terbuka, Liona masuk lebih dulu ke dalam sana, diikuti Sehan di belakangnya. Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, memperhatikan ruangan tersebut dengan seksama. "Sepertinya tidak ada yang berubah, ini masih sama seperti saat aku datang ke sini pertama kalinya."Sehan menghentikan langkahnya di samping sang istri, dia menatap wajah Liona yang tampak bahagia itu sesaat, sebelum akhirnya ikut memperhatikan sekitarnya dengan seksama. Sehan memang tidak pernah merubah tampilan ruangan itu. Sejak dulu masih sama, tetap begitu-begitu saja. Namun Sehan tak pernah bosan dengan tampilan yang seperti itu. "Lagi pula, aku jarang ke sini lagi setelah menikah denganmu. Dulu, aku menyewa kamar ini untuk tempat istirahatku, ji
Setelah pergi dari rumah Reno, Sehan dan Liona kembali melanjutkan perjalanannya. Kini mobil yang Sehan kemudikan telah sampai di depan gedung hotel Wiratama, seperti apa yang Liona minta. Entah, Sehan belum mengerti kenapa istrinya mengajaknya ke sana. "Apa yang sebenarnya kamu rencanakan Liona?" tanya Sehan yang semakin penasaran. Namun Liona masih tak mau menjawabnya, perempuan itu hanya tersenyum saja. Liona kemudian keluar lebih dulu dari mobil, Sehan hanya mengikutinya. Hingga mereka memasuki gedung tersebut, dan Sehan terus mengikuti Liona dari belakang. Perempuan itu berjalan menuju restoran yang ada di lantai dua hotel tersebut. Hingga sampai di salah satu kursi pengunjung yang terletak di dekat jendela kaca gedung tersebut, Liona menarik Sehan dan memaksa laki-laki itu untuk duduk di sana. Sehan yang sejak tadi masih kebingungan, hanya menurut mengikuti apa yang sang istri lakukan padanya. Setelah Sehan duduk di s
Aoura mengarahkan pandangannya pada Sehan sesaat. Tampak terkejut setelah mendengar pertanyaan Sehan barusan. Aoura lalu menatap Reno, meminta penjelasan. Reno paham apa maksud Aoura. Dia menghela nafas pelan sesaat, lalu menjelaskan, "aku sudah mengatakan semuanya pada pak Sehan.""Kenapa kau memberitahu banyak orang?""Pak Sehan adalah orang penting di tempatku bekerja, tidak mungkin aku tidak akan mengundangnya di pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura paham."Jadi, apa kau tidak berniat untuk mengundangku?" tanya Sehan pada Aoura. Perempuan itu hanya diam. Sehan lalu mengimbuhkan, "jika Reno menikah tanpa memberitahu atasan di perusahaannya, maka dia tidak akan mendapatkan hadiah istimewa dari perusahaan."Aoura menatap Sehan dengan sorot berbinar. Tentu saja saat mendengar kata 'hadiah' suasana hatinya seketika berubah senang. "Benarkah? A-aku pasti akan mengundangmu Sehan."Reno menghela nafas pelan.
Seperti apa yang Liona katakan tadi malam. Perempuan itu akan mengajak suaminya ke suatu tempat, pagi ini.Namun sebelum menuju tempat yang Liona maksud, perempuan itu meminta Sehan untuk singgah lebih dulu ke rumah Reno. Sehan tau apa maksud tujuan Liona menemui Reno dan Aoura.Hingga sesampainya di sana. Sehan mengetuk pintu sebuah kontrakan sederhana yang dia singgahi bersama sang istri. Tak lama kemudian, seorang laki-laki keluar dari kontrakan tersebut.Laki-laki itu menatap Sehan dan Liona dengan sorot terkejut. "Pak Sehan? Liona?""Pagi Reno. Apa kedatangan kami menganggu waktumu saat ini?"Reno tak langsung menjawab. Dia justru berpikir sejenak, sambil berusaha menebak apa tujuan sepasang suami istri tersebut datang ke tempat tinggalnya. Terakhir Sehan dan Liona datang ke sana, untuk bertemu dengan Aoura. "Pak Sehan datang sepagi ini ke rumah saya, tentu membuat saya cukup terkejut. Tapi kedatangan pak Sehan sa
Pintu kamar terbuka, Liona yang saat itu sedang menyisir rambut di depan kaca menoleh sesaat.Sehan tersenyum, lalu menutup pintu kamarnya kembali. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama keluarga yang lain, namun setelah selesai Liona langsung ke kamar, sedangkan Sehan masih berbincang dengan Joana dan Galen. "Sudah selesai berbicara dengan nenek dan kak Galen?" tanya Liona memastikan. Sehan mengangguk mengiyakan. Perempuan itu menatap cermin dan melanjutkan menyisir rambutnya. Sehan melangkah menghampiri, lalu memeluk pinggang Liona dari belakang. Sesekali memberikan usapan kecil pada perut buncit sang istri. Membuat Liona seketika menghentikan kegiatannya untuk menyisir rambut. Dia menatap wajah Sehan melalu cermin di hadapannya, senyum bahagia masih terukir di bibir laki-laki itu. Membuat Liona yang menatapnya juga ikut senang."Sepertinya setelah kamu sadar dari koma, kehidupan ini sangat menyenangkan untuk kita berdua.