Sesampainya di rumah, Liona langsung menuju kamarnya.
Karena sudah larut malam, dia memutuskan untuk segera tidur. Namun sebelum itu Liona berniat untuk ganti baju lebih dulu.Setelah selesai berganti baju, mendadak pintu kamarnya terbuka. Liona tersentak, dan langsung merapikan piyama yang sudah dia pakai.Tanpa ada perasaan ragu, Sehan dengan santainya menyelonong masuk begitu saja. Membuat Liona menatapnya dengan sorot waspada."Kenapa kamu tidak mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk? Ini kan kamarku!""Maaf aku lupa," jawab Sehan dengan entengnya. Laki-laki itu kemudian duduk di sisi kasur Liona, lalu menepuk tempat tidur di sampingnya. "Sini."Mata Liona membulat, entah kenapa tiba-tiba dia berfirasat tidak baik. "Ma-mau apa?"Sehan menyipitkan matanya, menatap Liona sambil berusaha menerka. "Kau selalu saja mempunyai pikiran kotor Liona."Liona mengelak. "Kamu yang selalu membuatku berpikir seperti itu"Jadi, ayah dan ibu ingin memberikan perusahaan Wiratama pada kak Liona?" tanya Aoura pada kedua orang tuanya. Tadi malam, dia sengaja pergi dari rumah dan menginap di rumah temannya. Hatinya sudah sangat hancur karena terlalu sering melihat kedekatan Sehan dan Liona, namun pagi ini setelah dia pulang ke rumah justru semuanya kacau tidak seperti yang dia harapkan. "Ayah, aku adalah anak kandung ayah. Kak Liona ... dia hanya anak adopsi. Apa begini cara ayah memperlakukan anak kandung ayah sendiri?""Aoura, kau tau perusahaan Atharya saat ini diambang kebangkrutan. Ayah ingin meminta bantuan pada Bram Wiratama, tapi perusahaannya juga sedang bermasalah. Maka satu-satunya harapan kita adalah Sehan. Dan Sehan tidak mau membantu kita, jika kakakmu tidak terlibat di perusahaan itu," jelas Darwin berusaha membuat putri bungsunya paham.Namun Aoura tetap saja tak terima. "Carilah cara lain ayah, aku tidak mau kak Liona berada di perusahaan Atharya!"
Sehan tersenyum gemas saat melihat sang istri masih tertidur dengan nyenyak dengan berbalut selimut tebal di atas kasur. Dia kemudian menghampiri sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk putih. "Sudah pagi, apa kau tidak mau bangun?"Tak ada jawaban. Tidur Liona masih begitu pulas. Sebenarnya Sehan tak tega membangunkan, tapi dia harus berpamitan sebelum berangkat kerja.Handuk putih yang baru saja dia gunakan untuk mengeringkan rambut, kini Sehan sampirkan ke bahu kanannya. Dia kemudian membungkuk, mendekatkan wajahnya pada sang istri. "Sayang, kau tidak mau bangun?"Satu tetes air dari rambut Sehan yang masih basah jatuh mengenai kening Liona. Membuat perempuan itu terusik.Sehan mengukir senyum menyapa saat Liona akhirnya membuka mata. Menyadari Sehan tengah menatapnya dalam jarak dekat, wajah Liona kembali memerah menahan malu. Dia lalu menarik selimut tebalnya hingga menutupi setengah waj
"Terimakasih Sehan, kamu sudah mau membantu perusahaan ini demi nenek," ucap Joana yang cukup senang akhirnya melihat cucu keduanya peduli pada Wiratama group. "Ini yang nenek harapkan sejak dulu."Sehan tersenyum, sesaat dia melirik sang kakak yang juga duduk di sampingnya.Saat ini mereka berada di Wiratama group. Sehan sengaja datang ke sana setelah mendapat telepon dari Joana. Sekalian, Sehan mengatakan niat baiknya yang ingin membantu perusahaan keluarganya yang sedang dalam masalah. Joana terlihat sangat senang setelah mendengar hal tersebut dari Sehan. Namun tentu saja karena hal itu Galen mulai khawatir, dengan adanya Sehan di perusahaan itu Galen takut dirinya hanya akan menjadi Presdir sementara di Wiratama group."Nenek harap, kamu akan selamanya menjadi bagian Wiratama group."Sehan menghela nafas pelan. "Maaf nek, sepertinya akan sulit bagi Sehan meninggalkan interior harmony."Joana mengangguk paham. Dia
Namun Sehan tak mungkin menanyakan hal itu sekarang pada sang istri, di depan semua keluarganya. "Perjanjian kontrak? Pernikahan selama satu tahun? Kamu membohongi mama Sehan!" bentak Sandra begitu tampak kecewa pada putra bungsunya. Dia menggeleng tak habis pikir, apa alasan Sehan melakukan itu?Joana mengambil selembar kertas yang tadinya Sandra lemparkan ke atas meja. Tangannya mulai gemetar kaget setelah membaca tulisan pada kertas tersebut."Mama, papa, nenek, Sehan sangat mencintai Liona -""Sehan, kau terus berbohong di saat semua bukti sudah terungkap?" kini Bram yang berbicara memotong kalimat Sehan. Liona hanya menunduk. Dia tak tau harus berbuat apa sekarang. Kenapa semuanya harus terbongkar sedangkan tujuannya belum tercapai?Galen yang tadinya ingin memasuki kamar, memutuskan untuk ikut menghampiri keluarganya yang tengah berkumpul. Tentu dia tidak akan diam saja, ketika ada kesempatan emas baginya di depan mata.
Liona, Sehan dan Galen saat ini berdiri di depan kamar sang nenek. Joana masih diperiksa oleh dokter di dalam sana.Hingga tak lama dokter yang memeriksa Joana keluar bersama Berlin. "Tante, bagaimana keadaan nenek?" tanya Galen pada Berlin untuk memastikan."Nenek sudah sadar, papa dan mamamu masih di dalam. Tunggu mereka keluar."Berlin kembali melangkah, mengantarkan dokter yang memeriksa sang nenek keluar rumah. Tak lama, kini giliran Bram yang keluar dari kamar Joana. Sehan segera menghampiri. "Papa -""Galen bisa kamu ikut papa sebentar," pinta Bram tak mempedulikan keberadaan Sehan. Galen mengangguk menurut dan mulai mengikuti langkah sang papa. Dia kembali mengukir senyum puas melihat Bram tak menghiraukan Sehan.Sehan menghela nafas pelan. Melihat hal itu Liona jadi sangat merasa kasihan pada sang suami. Liona mendekat, dan menggenggam tangan Sehan berusaha menyalurkan kekuatan untuk laki-laki itu.
Liona meluruskan pandangannya, menatap Sandra dengan ragu. Dia dan Sandra kini berada di ruang tamu, duduk berseberangan meja. "Maaf jika tadi mama membentakmu."Liona tersentak kaget. Kenapa Sandra meminta maaf?"Jujur, saat menemukan surat tanda tangan kontrak pernikahan kalian tadi, mama sangat kecewa dan tidak bisa mengontrol emosi." Sandra mengalihkan pandangannya sesaat, lalu menghela nafas pelan. "Tapi baru saja nenek mengatakan jika Sehan mulai bergabung di Wiratama group. Itu artinya syarat yang mama berikan untukmu, telah kamu laksanakan bukan?"Sekarang Liona paham kenapa Sandra meminta maaf padanya. Melihat Sandra sudah lebih tenang dibandingkan tadi, Liona berusaha untuk memberikan penjelasan. Dia harus membantu Sehan, membuat laki-laki itu dimaafkan oleh keluarganya."Tentang kontrak pernikahan, sebenarnya itu ditandatangani sesudah pernikahan selesai. Liona dan Sehan juga banyak melanggar peraturan kontrak pernik
Perempuan paruh baya mengukir senyum menyapa saat seseorang yang sejak tadi dia tunggu akhirnya datang. Saat ini, di sebuah restoran bintang lima Gretta dan Aoura bertemu dengan Sandra. Setelah mendapatkan telepon dari Bram tentang pernikahan kontrak Liona dan Sehan kemarin, Gretta langsung mengajak Aoura untuk menemui Sandra.Tentu saja Aoura sangat bahagia dengan berita itu. Dia berpikir, ini adalah awal kehidupannya bersama Sehan akan dimulai.Sandra kemudian duduk berseberangan meja dengan besannya. Para pelayan tiba, dan menghidangkan makanan dan minuman yang sebelumnya sudah dipesan oleh Gretta. "Aku yang memesan ini semua."Tak ada ekspresi apapun di wajah Sandra. Dia juga tak berniat mengucapkan terimakasih pada Gretta. Tentu karena Sandra tidak terlalu menyukai sifat Gretta semenjak pertama mengenal perempuan itu. "Aku ingin meminta maaf, setelah mendengar kabar bahwa Liona membohongi kita semua, aku sangat merasa mal
Dengan kesal Gretta memasuki rumahnya bersama Aoura. Niatnya ingin menjatuhkan Liona, tapi Sandra justru membuatnya emosi."Ibu, jadi laki-laki tadi adalah kakaknya Sehan?" Gretta tak menggubris pertanyaan Aoura sejak tadi. Seharusnya Aoura juga merasa kesal sama seperti dirinya, karena jika dia gagal menjatuhkan Liona berarti Aoura juga gagal mendapatkan hati Sandra untuk mendekati Sehan. Tapi di wajah Aoura saat ini sama sekali tidak ada penyesalan.Gretta menjatuhkan tubuhnya ke sofa, diikuti Aoura yang juga duduk di sampingnya."Aku tidak menyangka jika kakaknya Sehan juga sangat tampan." Aoura masih begitu takjub setelah melihat wajah Galen tadinya. Bahkan dia sampai tak bisa berkata-kata lagi. "Kenapa keturunan keluarga Wiratama semuanya sangat tampan? Apa mereka juga manusia?"Gretta memutar matanya malas. Mulai muak dengan ocehan sang anak yang terus memuja keturunan Wiratama."Ibu, berapa umur kakaknya Sehan?"