Dengan kesal Gretta memasuki rumahnya bersama Aoura. Niatnya ingin menjatuhkan Liona, tapi Sandra justru membuatnya emosi.
"Ibu, jadi laki-laki tadi adalah kakaknya Sehan?"Gretta tak menggubris pertanyaan Aoura sejak tadi. Seharusnya Aoura juga merasa kesal sama seperti dirinya, karena jika dia gagal menjatuhkan Liona berarti Aoura juga gagal mendapatkan hati Sandra untuk mendekati Sehan.Tapi di wajah Aoura saat ini sama sekali tidak ada penyesalan.Gretta menjatuhkan tubuhnya ke sofa, diikuti Aoura yang juga duduk di sampingnya."Aku tidak menyangka jika kakaknya Sehan juga sangat tampan." Aoura masih begitu takjub setelah melihat wajah Galen tadinya. Bahkan dia sampai tak bisa berkata-kata lagi. "Kenapa keturunan keluarga Wiratama semuanya sangat tampan? Apa mereka juga manusia?"Gretta memutar matanya malas. Mulai muak dengan ocehan sang anak yang terus memuja keturunan Wiratama."Ibu, berapa umur kakaknya Sehan?""Kenapa kamu ada di restoran itu?" tanya Sandra penasaran. "Aku ... baru saja bertemu dengan klien." Sandra mengangguk paham. Mobil yang mereka tumpangi kini sudah sampai di halaman rumah Wiratama. Sebelum keluar dari mobil, Sandra kembali berucap, "terimakasih sudah melindungi mama tadi." Galen terdiam. Dia sendiri juga bingung, tanpa sadar dia bergerak melindungi Sandra saat melihat perempuan itu nyaris dilukai. "Terimakasih juga karena ... mama sudah membawaku ke rumah sakit." Sandra mengukir senyum tipis. Mereka memang baru saja pulang dari rumah sakit. Karena melihat Galen kakinya kesakitan setelah jatuh tadi, Sandra khawatir dan segera memeriksakan kaki Galen yang masih cidera. "Mama akan bantu kamu keluar dari mobil." Galen ingin menolak, namun Sandra lebih dulu keluar dari mobil dan berjalan ke samping pintu mobil yang ada di sebelah Galen.
"Apa yang kamu bicarakan?" Liona kembali mengalihkan pandangannya. Hampir saja dia dibuat salah tingkah oleh ucapan Sehan.Laki-laki itu kemudian berjalan mendekat, menghampiri Liona. Mereka ada di ruang kerja Sehan saat ini, jadi tak akan ada orang lain yang mengganggu mereka. "Liona, nenek memintaku bergabung ke Wiratama group. Tapi aku yakin, jika aku ke sana pasti akan menggeser posisi kak Galen. Apa kamu mempunyai saran untukku?"Liona kembali menatap Sehan, terlihat jelas jika laki-laki itu sedang serius. Liona tau, pasti Sehan takut mengambil keputusan yang salah. Mengingat Sehan pernah mengatakan dia begitu takut melukai keluarganya karena permusuhannya dengan Galen."Aku percaya pada pilihanmu Sehan. Aku yakin, apa yang kamu pilih nanti adalah keputusan yang tepat. Jika aku yang menentukan, aku tidak yakin apa keputusanku bisa menjadi yang terbaik untukmu."Sehan mengangguk paham. Dia lalu mengalihkan pandang
Liona mengernyit tak paham. "Maksudmu?"Sehan tersadar, dan segera menggeleng. "Bukan apa-apa, ayo ikut aku menemui nenek."Laki-laki itu merangkul bahu Liona. Namun sebelum mereka meninggalkan interior harmony Liona kembali bertanya, "apa tidak masalah jika aku ikut ke sana bersamamu?""Tidak masalah, tidak akan ada yang melarang juga." Sehan tersenyum meyakinkan. Mereka pun akhirnya pergi meninggalkan interior harmony.Hingga tak lama. Mereka akhirnya tiba di perusahaan Wiratama group. Sehan langsung mengajak istrinya memasuki gedung itu, menuju ruang tempat Joana dan Galen menunggu."Sore nek."Joana tersenyum saat sang cucu yang sejak tadi dia tunggu akhirnya datang juga. "Tadi Sehan sedang jalan bersama Liona, jadi Sehan ingin mengajaknya sekalian ke sini."Joana mengangguk mengijinkan. Dia kini menatap ke arah Liona. "Duduklah di samping nenek Liona."Liona menatap Sehan sesaat. Laki-la
Setelah selesai membereskan ruangan rumahnya, Liona kembali menatap pintu kamar Sehan yang masih belum terbuka. Dia penasaran, apa laki-laki itu bangun kesiangan karena malam tadi bergadang?Liona menghampiri dan mengetuk pintu kamar tersebut. "Sehan, apa kamu sudah bangun?"Tak ada jawaban. Liona semakin penasaran, dia mencoba memutar kenop pintu di hadapannya, dan ternyata pintu itu tidak dikunci. "Apa setiap hari dia tidak pernah mengunci pintu kamarnya?"Liona akhirnya membuka pintu di hadapannya, dan masuk ke dalam kamar tanpa meminta ijin dari sang pemilik. Namun dia tak mendapati keberadaan Sehan di sana. Hal ini membuat Liona semakin bingung, padahal dia bangun lebih pagi dibandingkan hari lainnya, dan sama sekali belum melihat sang suami keluar kamar. Tempat tidur laki-laki itu juga sudah tersusun rapi. "Itu artinya Sehan sudah bangun."Suara terbuka mengagetkan Liona, seketika dia menoleh. Sehan ba
Pintu kamar terbuka. Galen keluar dari kamarnya, berniat untuk segera pergi ke perusahaan.Dia menatap Joana dan Sandra sedang berbicara di ruang keluarga. Galen tak berniat menegur, lagi pula dia juga sudah terbiasa tak berpamitan sebelum pergi meninggalkan rumah. "Jadi, Sehan bersedia untuk bergabung ke Wiratama group?"Langah Galen seketika terhenti. Tangannya perlahan mencengkram erat, tongkat yang membantunya berjalan. "Benar, kau berhasil membujuk putramu Sandra," jawab Joana merasa bangga pada menantunya saat ini. Sandra hanya tersenyum dan membalas, "bukan aku. Tapi Liona lah yang telah berhasil membujuk Sehan."'Liona?' Galen masih mendengarkan pembicaraan Joana dan Sandra di sana."Sepertinya benar mereka saling mencintai. Jika tidak, maka Liona tak akan bisa merubah Sehan dan Sehan tak akan mau dirubah oleh Liona. Kekuatan cinta memang bisa dimanfaatkan dengan baik," imbuh Sandra.Joana mengangguk
Galen keluar dari mobil, setelah mobil yang mengantarkannya sampai di depan perusahaan Wiratama Group. Dia berniat untuk langsung memasuki gedung di hadapannya tersebut, namun seorang perempuan dari kejauhan berlari kearahnya, membuat langkah Galen terhenti seketika."Galen!"Laki-laki itu mengernyit bingung, memperhatikan wajah perempuan di hadapannya sedang seksama.Perempuan itu merapikan rambut sebahunya yang sedikit berantakan karena berlari menghampiri Galen barusan. Dia kemudian mengukir senyum."Apa kamu tidak ingat denganku? Aku Aoura, adik kak Liona. Kita pernah bertemu di restoran waktu itu, saat kau menolong mamamu."Galen mengingatnya. "Ah benar. Kenapa kau ada di sini? Apa ada yang bisa ku bantu?"Aoura mengulum senyum malu. "Sebenarnya aku ke sini untuk meminta maaf padamu, karena ulah ibuku saat itu kamu jadi terjatuh. Waktu itu kau terlihat kesakitan, jadi aku ingin memastikan keadaanmu sekarang? Apa ka
Liona mengangguk mengiyakan. Dia kemudian meletakkan nampan yang sejak tadi dia bawa ke atas meja depan Joana."Nenek maukah mencicipi masakan Liona?"Joana mengangguk dengan senang hati. "Tentu saja, nenek tidak akan bisa menolak jika cucu nenek sudah memasak dengan susah payah."Liona tersenyum, masih ada perasaan ragu. Jantungnya semakin berdetak takut saat melihat Joana mulai mencicipi makannya. Nyaris Liona ingin memejamkan mata, tak mau melihat ekspresi Joana saat memakan masakannya. Liona tau, Joana tidak seperti Sandra. Pasti neneknya itu akan blak-blakan tentang rasa masakannya itu."Wah, sepertinya kamu sudah pandai memasak sekarang."Liona menatap Joana dengan sorot tak percaya. Perempuan tua itu tak berhenti melahap masakan yang dia buat, membuat hati Liona seketika merasa lega. Apa itu artinya masakannya enak?"Bagaimana rasanya nek?""Apa kamu tidak mencicipinya sebelum dihidangkan padak
Di kafe sebelah perusahaan Wiratama, Galen duduk berseberangan meja dengan perempuan berambut sebahu yang dia temui di depan gedung tadi. Laki-laki itu sengaja mengajak Aoura berbicara berdua di sana, karena perempuan itu telah menyatakan perasaan padanya secara terang-terangan. Hal ini membuat sebuah pemikiran tiba-tiba muncul di otak Galen. "Aku tau, kau tidak sungguh-sungguh mempunyai perasaan khusus padaku."Aoura segera menggeleng, dan menatap laki-laki di depannya penuh keyakinan. "Kenapa kau tidak mempercayaiku Galen?""Kita baru pertama bertemu, secepat itukah kau menyimpulkan perasaanmu?" Galen mengukir senyum miris. Dia tau, semenjak kakinya cacat, Galen tak pernah berharap lagi akan ada perempuan yang mencintainya dengan tulus. Walau dia tampan, tapi kebanyakan perempuan yang datang padanya hanya untuk memanfaatkan harta yang dia miliki. "Kau dijodohkan dengan Sehan karena kepentingan bisnis antar keluarga. Apa kar
Enam tahun kemudian ...Rumah keluarga Wiratama kini tampak ramai. Para tamu undangan mulai berdatangannya, dan banyak anak kecil membawa hadiah.Tepat hari ini, Arsen Wiratama berusia genap lima tahun. Semua orang merayakan ulang tahunya dengan kegembiraan. "Okey, selanjutnya adalah acara potong kue!"Semua anak dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah, saat sang MC membacakan urutan acara selanjutnya. "Potong kuenya!""Potong kuenya!"Sorak anak-anak yang ada di sana. Dibantu dengan sang papa dan mamanya, Arsen mulai memotong kue ulang tahun di hadapannya. "Baik, kuenya sudah dipotong. Sekarang, Arsen ingin memberikan suapan pertama kuenya ke siapa ya?" tanya MC membuat semua orang di sana jadi penasaran tak sabar. Arsen menoleh ke kenan dan kirinya sesaat, mulai bingung."Arsen pasti ingin memberikan suapan pertama pada mama kan?" bisik Liona berusaha merayu putra kecilnya te
Ke esok harinya, Sehan dan Galen duduk di jok belakang mobil. Sedangkan Dua pria berbadan kekar kekar duduk di jok depan mereka, dan satu pria itu mengemudikan mobil.Di depan mobil mereka, juga ada satu mobil lain yang menunjukan arah sekaligus mendampingi Sehan dan Galen.Setelah cukup lama, mereka telah sampai di sebuah bangunan beton yang tampak kusam. Menuju ke sana memerlukan waktu hampir tiga jam, letakkan memang sangat jauh dari pusat kota.Dua bodyguard yang ada dalam mobil tersebut keluar lebih dulu, lalu berdiri di sisi mobil, dan mengawasi sekitarnya.Sehan tak langsung keluar, dia menoleh ke samping, menatap sang kakak. "Kak Galen tidak mau menemuinya bersamaan langsung denganku?"Galen menggeleng. "Aku akan berbicara dengannya setelah kau selesai. Aku hanya ingin memarahinya karena sudah berani membuat kakiku tidak berfungsi, sedangkan kamu pasti banyak hal yang ingin dibicarakan bukan?"Sehan mengangguk m
Di sebuah gedung besar, sebuah pesta pernikahan dilaksanakan dengan tema yang begitu sangat sederhana. Tamu undangan hanya terbatas, yaitu para rekan kerja dan sahabat-sahabatnya dari mempelai pria. Reno dan Aoura berdiri berdampingan, bersalaman dan menyambut para tamu dengan ramah.Hingga kedatangan Darwin bersama anak dan mantunya, berhasil mengalihkan perhatian semua orang di sana. Beberapa orang yang dilalui oleh mereka tersenyum menyapa. Tentu karena kebanyakan tamu undangan di sana adalah karyawan Wiratama group, jadi mereka begitu menghormati Darwin dan Liona, terutama Sehan.Melihat tiga orang penting itu berjalan ke arahnya, tangan Aoura mendadak berkeringat dingin. Dia lalu menyenggol lengan Reno di sampingnya, dan berbisik protes. "Kau juga mengundang ayah?""Tentu saja, bagaimana pun dia juga pernah menjadi ayah untukmu. Kita harus menghargainya dengan mengundangnya ke pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura pah
Satu Minggu kemudian. Liona dan Sehan sudah berpakaian rapi, bersiap untuk berangkat ke acara pernikahan Aoura dan Reno. "Sudah siap?" tanya Sehan memastikan saat sang istri baru saja keluar dari kamar. Liona tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang."Sehan dan Liona berjalan keluar rumah. Saat ini mereka sudah berada di rumah mereka sendiri. Sehan memutuskan untuk kembali ke rumah mereka dua hari lalu, setelah Sehan berhasil meyakinkan Joana bahwa keadaannya sudah membaik.Mobil yang mereka tumpangi kini mulai melaju, meninggalkan halaman rumah. Tak langsung menuju gedung acara pernikahan, Sehan dan Liona meminta sang suami untuk mengantarkannya lebih dulu ke rumah Darwin. "Bukankah ayah pasti juga diundang oleh Aoura?" tanya Liona penasaran.Sehan menoleh sesaat, lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya. "Entahlah, aku juga tidak tau. Bahkan setelah meninggalkan rumah ayahmu, seperti
Setelah sampai di depan kamar yang mereka sewa. Sehan menurunkan Liona dari gendongannya. Laki-laki itu kemudian membuka pintu di hadapannya menggunakan key card yang baru saja dia kantongi.Setelan pintu terbuka, Liona masuk lebih dulu ke dalam sana, diikuti Sehan di belakangnya. Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, memperhatikan ruangan tersebut dengan seksama. "Sepertinya tidak ada yang berubah, ini masih sama seperti saat aku datang ke sini pertama kalinya."Sehan menghentikan langkahnya di samping sang istri, dia menatap wajah Liona yang tampak bahagia itu sesaat, sebelum akhirnya ikut memperhatikan sekitarnya dengan seksama. Sehan memang tidak pernah merubah tampilan ruangan itu. Sejak dulu masih sama, tetap begitu-begitu saja. Namun Sehan tak pernah bosan dengan tampilan yang seperti itu. "Lagi pula, aku jarang ke sini lagi setelah menikah denganmu. Dulu, aku menyewa kamar ini untuk tempat istirahatku, ji
Setelah pergi dari rumah Reno, Sehan dan Liona kembali melanjutkan perjalanannya. Kini mobil yang Sehan kemudikan telah sampai di depan gedung hotel Wiratama, seperti apa yang Liona minta. Entah, Sehan belum mengerti kenapa istrinya mengajaknya ke sana. "Apa yang sebenarnya kamu rencanakan Liona?" tanya Sehan yang semakin penasaran. Namun Liona masih tak mau menjawabnya, perempuan itu hanya tersenyum saja. Liona kemudian keluar lebih dulu dari mobil, Sehan hanya mengikutinya. Hingga mereka memasuki gedung tersebut, dan Sehan terus mengikuti Liona dari belakang. Perempuan itu berjalan menuju restoran yang ada di lantai dua hotel tersebut. Hingga sampai di salah satu kursi pengunjung yang terletak di dekat jendela kaca gedung tersebut, Liona menarik Sehan dan memaksa laki-laki itu untuk duduk di sana. Sehan yang sejak tadi masih kebingungan, hanya menurut mengikuti apa yang sang istri lakukan padanya. Setelah Sehan duduk di s
Aoura mengarahkan pandangannya pada Sehan sesaat. Tampak terkejut setelah mendengar pertanyaan Sehan barusan. Aoura lalu menatap Reno, meminta penjelasan. Reno paham apa maksud Aoura. Dia menghela nafas pelan sesaat, lalu menjelaskan, "aku sudah mengatakan semuanya pada pak Sehan.""Kenapa kau memberitahu banyak orang?""Pak Sehan adalah orang penting di tempatku bekerja, tidak mungkin aku tidak akan mengundangnya di pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura paham."Jadi, apa kau tidak berniat untuk mengundangku?" tanya Sehan pada Aoura. Perempuan itu hanya diam. Sehan lalu mengimbuhkan, "jika Reno menikah tanpa memberitahu atasan di perusahaannya, maka dia tidak akan mendapatkan hadiah istimewa dari perusahaan."Aoura menatap Sehan dengan sorot berbinar. Tentu saja saat mendengar kata 'hadiah' suasana hatinya seketika berubah senang. "Benarkah? A-aku pasti akan mengundangmu Sehan."Reno menghela nafas pelan.
Seperti apa yang Liona katakan tadi malam. Perempuan itu akan mengajak suaminya ke suatu tempat, pagi ini.Namun sebelum menuju tempat yang Liona maksud, perempuan itu meminta Sehan untuk singgah lebih dulu ke rumah Reno. Sehan tau apa maksud tujuan Liona menemui Reno dan Aoura.Hingga sesampainya di sana. Sehan mengetuk pintu sebuah kontrakan sederhana yang dia singgahi bersama sang istri. Tak lama kemudian, seorang laki-laki keluar dari kontrakan tersebut.Laki-laki itu menatap Sehan dan Liona dengan sorot terkejut. "Pak Sehan? Liona?""Pagi Reno. Apa kedatangan kami menganggu waktumu saat ini?"Reno tak langsung menjawab. Dia justru berpikir sejenak, sambil berusaha menebak apa tujuan sepasang suami istri tersebut datang ke tempat tinggalnya. Terakhir Sehan dan Liona datang ke sana, untuk bertemu dengan Aoura. "Pak Sehan datang sepagi ini ke rumah saya, tentu membuat saya cukup terkejut. Tapi kedatangan pak Sehan sa
Pintu kamar terbuka, Liona yang saat itu sedang menyisir rambut di depan kaca menoleh sesaat.Sehan tersenyum, lalu menutup pintu kamarnya kembali. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama keluarga yang lain, namun setelah selesai Liona langsung ke kamar, sedangkan Sehan masih berbincang dengan Joana dan Galen. "Sudah selesai berbicara dengan nenek dan kak Galen?" tanya Liona memastikan. Sehan mengangguk mengiyakan. Perempuan itu menatap cermin dan melanjutkan menyisir rambutnya. Sehan melangkah menghampiri, lalu memeluk pinggang Liona dari belakang. Sesekali memberikan usapan kecil pada perut buncit sang istri. Membuat Liona seketika menghentikan kegiatannya untuk menyisir rambut. Dia menatap wajah Sehan melalu cermin di hadapannya, senyum bahagia masih terukir di bibir laki-laki itu. Membuat Liona yang menatapnya juga ikut senang."Sepertinya setelah kamu sadar dari koma, kehidupan ini sangat menyenangkan untuk kita berdua.