Pintu kamar terbuka. Galen keluar dari kamarnya, berniat untuk segera pergi ke perusahaan.
Dia menatap Joana dan Sandra sedang berbicara di ruang keluarga. Galen tak berniat menegur, lagi pula dia juga sudah terbiasa tak berpamitan sebelum pergi meninggalkan rumah."Jadi, Sehan bersedia untuk bergabung ke Wiratama group?"Langah Galen seketika terhenti. Tangannya perlahan mencengkram erat, tongkat yang membantunya berjalan."Benar, kau berhasil membujuk putramu Sandra," jawab Joana merasa bangga pada menantunya saat ini.Sandra hanya tersenyum dan membalas, "bukan aku. Tapi Liona lah yang telah berhasil membujuk Sehan."'Liona?' Galen masih mendengarkan pembicaraan Joana dan Sandra di sana."Sepertinya benar mereka saling mencintai. Jika tidak, maka Liona tak akan bisa merubah Sehan dan Sehan tak akan mau dirubah oleh Liona. Kekuatan cinta memang bisa dimanfaatkan dengan baik," imbuh Sandra.Joana menganggukGalen keluar dari mobil, setelah mobil yang mengantarkannya sampai di depan perusahaan Wiratama Group. Dia berniat untuk langsung memasuki gedung di hadapannya tersebut, namun seorang perempuan dari kejauhan berlari kearahnya, membuat langkah Galen terhenti seketika."Galen!"Laki-laki itu mengernyit bingung, memperhatikan wajah perempuan di hadapannya sedang seksama.Perempuan itu merapikan rambut sebahunya yang sedikit berantakan karena berlari menghampiri Galen barusan. Dia kemudian mengukir senyum."Apa kamu tidak ingat denganku? Aku Aoura, adik kak Liona. Kita pernah bertemu di restoran waktu itu, saat kau menolong mamamu."Galen mengingatnya. "Ah benar. Kenapa kau ada di sini? Apa ada yang bisa ku bantu?"Aoura mengulum senyum malu. "Sebenarnya aku ke sini untuk meminta maaf padamu, karena ulah ibuku saat itu kamu jadi terjatuh. Waktu itu kau terlihat kesakitan, jadi aku ingin memastikan keadaanmu sekarang? Apa ka
Liona mengangguk mengiyakan. Dia kemudian meletakkan nampan yang sejak tadi dia bawa ke atas meja depan Joana."Nenek maukah mencicipi masakan Liona?"Joana mengangguk dengan senang hati. "Tentu saja, nenek tidak akan bisa menolak jika cucu nenek sudah memasak dengan susah payah."Liona tersenyum, masih ada perasaan ragu. Jantungnya semakin berdetak takut saat melihat Joana mulai mencicipi makannya. Nyaris Liona ingin memejamkan mata, tak mau melihat ekspresi Joana saat memakan masakannya. Liona tau, Joana tidak seperti Sandra. Pasti neneknya itu akan blak-blakan tentang rasa masakannya itu."Wah, sepertinya kamu sudah pandai memasak sekarang."Liona menatap Joana dengan sorot tak percaya. Perempuan tua itu tak berhenti melahap masakan yang dia buat, membuat hati Liona seketika merasa lega. Apa itu artinya masakannya enak?"Bagaimana rasanya nek?""Apa kamu tidak mencicipinya sebelum dihidangkan padak
Di kafe sebelah perusahaan Wiratama, Galen duduk berseberangan meja dengan perempuan berambut sebahu yang dia temui di depan gedung tadi. Laki-laki itu sengaja mengajak Aoura berbicara berdua di sana, karena perempuan itu telah menyatakan perasaan padanya secara terang-terangan. Hal ini membuat sebuah pemikiran tiba-tiba muncul di otak Galen. "Aku tau, kau tidak sungguh-sungguh mempunyai perasaan khusus padaku."Aoura segera menggeleng, dan menatap laki-laki di depannya penuh keyakinan. "Kenapa kau tidak mempercayaiku Galen?""Kita baru pertama bertemu, secepat itukah kau menyimpulkan perasaanmu?" Galen mengukir senyum miris. Dia tau, semenjak kakinya cacat, Galen tak pernah berharap lagi akan ada perempuan yang mencintainya dengan tulus. Walau dia tampan, tapi kebanyakan perempuan yang datang padanya hanya untuk memanfaatkan harta yang dia miliki. "Kau dijodohkan dengan Sehan karena kepentingan bisnis antar keluarga. Apa kar
Satu Minggu kemudian ...Sehan baru saja selesai memasak makanan untuk sang istri tercinta. Liona tersenyum lebar saat melihat Sehan mulai menghidangkan dua piring makanan di atas meja. Tak menunggu lama, Liona langsung mengambil sendok dan melahap makanan di piringnya. Sehan yang tadinya nyaris mencicipi makanan sang istri lebih dulu, seketika mematung. Nyaris tak percaya. "Kau ... memakannya tanpa menunggu aku mencicipi lebih dulu?"Liona yang baru saja tersadar seketika membelalak takjub. "Aku memakannya tanpa menunggumu mencicipi lebih dulu?"Sehan mengangguk. Liona menutup mulutnya karena syok."Sehan, benarkah traumaku sudah hilang?"Sehan mengukir senyum senang. "Aku rasa memang begitu."Liona nyaris saja menangis haru. "Terimakasih Sehan, semua ini berkatmu.""Jangan berterimakasih padaku. Aku rasa, kamu bisa menjadi lebih baik seperti ini juga karena kamu mau berusaha."Liona tak me
Sore itu, Reno baru saja pulang dari tempat kerjanya. Entah kenapa, dia semakin tidak bisa tenang setelah melihat Aoura dan Galen kemarin. Reno tau, Aoura dan Galen tidak pernah dekat sebelumnya.Saat ini dia sengaja datang ke rumah Aoura untuk menemui perempuan itu. Belum sempat mengetuk pintu utama, perempuan yang dia ingin temui kebetulan justru keluar rumah."Reno?""Aoura aku ingin berbicara denganmu," ucap Reno langsung pada intinya. Dia kini menatap perempuan itu dengan sorot serius. "Kemarin aku melihatmu berbicara dengan pak Galen."Mata Aoura membelalak kaget. Dengan segera dia memperhatikan kanan-kirinya untuk memastikan keadaan di sekelilingnya. Aoura kemudian menarik tangan Reno, membawa laki-laki itu sedikit menjauh dari rumahnya. Jika sampai Gretta dan Darwin tau bahwa Aoura mendekati Galen, tentu Aoura langsung mendapatkan amarah."Apa kau mendengar pembicaraanku dengan Galen?" tanya Aoura memastikan.
Suara tepuk tangan menghiasi aula rapat Wiratama group. Beberapa tatapan kagum mengarah pada Sehan, setelah dia berhasil mempresentasikan visi misinya sebagai calon Presdir Wiratama group. Laki-laki itu dengan percaya diri, kembali duduk di kursinya bersampingan dengan sang kakak.Galen mulai panik, melihat para pemegang saham yang tampak menyukai keberadaan Sehan di sana. "Pak Galen, bagaimana pendapat anda? Apa anda juga setuju dengan rencana pak Sehan barusan? Anda sejak tadi tidak memberi tanggapan apapun?" tanya salah satu pemenang saham. Bagaimanapun selama ini Galen lah yang memimpin perusahaan, tentu mereka juga harus menghargai keberadaan Galen. Galen tak langsung menjawab. Dia berpikir sejenak, kalimat apa yang harus dia keluarkan dari mulutnya. Walau dia sangat tidak suka dengan keberadaan sang adik saat ini, namun Galen tetap harus menjaga sikap agar tidak terlihat membenci Sehan di hadapan para pemegang saham."T
Pintu utama terbuka, Liona yang sejak tadi gelisah menunggu kedatangan sang suami mulai bergegas menghampiri. "Sehan."Sehan baru saja memasuki rumah, langkahnya terhenti saat sang istri menyambutnya dengan raut khawatir. Sehan bisa menebak, pasti Liona juga sudah mengetahui berita yang menyebar. "Bagaimana? Aku sangat terkejut setelah melihat berita itu di ponsel, kenapa beritanya menyebar di saat seperti ini?"Tangan Sehan terulur, memegang bahu Liona untuk menenangkan. "Pemungutan suara ini akan diundur sampai aku menemukan siapa yang telah menyebar berita ini.""Benarkah?"Sehan mengangguk, menyakinkan. Tapi walau begitu Liona tetap saja tidak tenang."Kira-kira siapa yang telah melakukan semua ini Sehan? Apa ada orang lain yang mengetahui selain keluarga kita?"Sehan menggeleng tanda tidak tau. Tapi dia bisa menerka siapa dalang dibalik semua itu. "Pasti salah satu keluarga kita." Pandangan Seha
"Sehan."Langkah Sehan dan Liona terhenti saat mereka berpapasan dengan Presdir Wiratama group. "Pagi-pagi sudah datang ke perusahaan, dan kau juga membawa istrimu?" Galen mengukir senyum, berusaha terlihat ramah di depan sepasang suami istri tersebut. "Kenapa tidak memberitahuku lebih dulu? Aku akan membatalkan rencana ku untuk bertemu klien di luar."Sehan tidak tersentuh dengan sambutan hangat dari Galen. Dia justru menatap kakaknya dengan sorot tajam. "Sebenarnya aku tidak ingin bertemu denganmu. Aku datang ke sini untuk menemui salah satu karyawanmu, yang telah berani menyebar berita dan membuat namaku dan Liona menjadi buruk!"Galen tertegun. "Maksudmu ... kau sudah menemukan orang yang menyebar berita kemarin? Aku yakin, pasti kau akan menemukannya dengan cepat. Siapa dia?"Sehan mengukir senyum sinis. Dia sudah muak dengan akting sang kakak. "Berhentilah berpura-pura tidak tau, kau pasti juga terlibat dalam rencana ini.
Enam tahun kemudian ...Rumah keluarga Wiratama kini tampak ramai. Para tamu undangan mulai berdatangannya, dan banyak anak kecil membawa hadiah.Tepat hari ini, Arsen Wiratama berusia genap lima tahun. Semua orang merayakan ulang tahunya dengan kegembiraan. "Okey, selanjutnya adalah acara potong kue!"Semua anak dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah, saat sang MC membacakan urutan acara selanjutnya. "Potong kuenya!""Potong kuenya!"Sorak anak-anak yang ada di sana. Dibantu dengan sang papa dan mamanya, Arsen mulai memotong kue ulang tahun di hadapannya. "Baik, kuenya sudah dipotong. Sekarang, Arsen ingin memberikan suapan pertama kuenya ke siapa ya?" tanya MC membuat semua orang di sana jadi penasaran tak sabar. Arsen menoleh ke kenan dan kirinya sesaat, mulai bingung."Arsen pasti ingin memberikan suapan pertama pada mama kan?" bisik Liona berusaha merayu putra kecilnya te
Ke esok harinya, Sehan dan Galen duduk di jok belakang mobil. Sedangkan Dua pria berbadan kekar kekar duduk di jok depan mereka, dan satu pria itu mengemudikan mobil.Di depan mobil mereka, juga ada satu mobil lain yang menunjukan arah sekaligus mendampingi Sehan dan Galen.Setelah cukup lama, mereka telah sampai di sebuah bangunan beton yang tampak kusam. Menuju ke sana memerlukan waktu hampir tiga jam, letakkan memang sangat jauh dari pusat kota.Dua bodyguard yang ada dalam mobil tersebut keluar lebih dulu, lalu berdiri di sisi mobil, dan mengawasi sekitarnya.Sehan tak langsung keluar, dia menoleh ke samping, menatap sang kakak. "Kak Galen tidak mau menemuinya bersamaan langsung denganku?"Galen menggeleng. "Aku akan berbicara dengannya setelah kau selesai. Aku hanya ingin memarahinya karena sudah berani membuat kakiku tidak berfungsi, sedangkan kamu pasti banyak hal yang ingin dibicarakan bukan?"Sehan mengangguk m
Di sebuah gedung besar, sebuah pesta pernikahan dilaksanakan dengan tema yang begitu sangat sederhana. Tamu undangan hanya terbatas, yaitu para rekan kerja dan sahabat-sahabatnya dari mempelai pria. Reno dan Aoura berdiri berdampingan, bersalaman dan menyambut para tamu dengan ramah.Hingga kedatangan Darwin bersama anak dan mantunya, berhasil mengalihkan perhatian semua orang di sana. Beberapa orang yang dilalui oleh mereka tersenyum menyapa. Tentu karena kebanyakan tamu undangan di sana adalah karyawan Wiratama group, jadi mereka begitu menghormati Darwin dan Liona, terutama Sehan.Melihat tiga orang penting itu berjalan ke arahnya, tangan Aoura mendadak berkeringat dingin. Dia lalu menyenggol lengan Reno di sampingnya, dan berbisik protes. "Kau juga mengundang ayah?""Tentu saja, bagaimana pun dia juga pernah menjadi ayah untukmu. Kita harus menghargainya dengan mengundangnya ke pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura pah
Satu Minggu kemudian. Liona dan Sehan sudah berpakaian rapi, bersiap untuk berangkat ke acara pernikahan Aoura dan Reno. "Sudah siap?" tanya Sehan memastikan saat sang istri baru saja keluar dari kamar. Liona tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang."Sehan dan Liona berjalan keluar rumah. Saat ini mereka sudah berada di rumah mereka sendiri. Sehan memutuskan untuk kembali ke rumah mereka dua hari lalu, setelah Sehan berhasil meyakinkan Joana bahwa keadaannya sudah membaik.Mobil yang mereka tumpangi kini mulai melaju, meninggalkan halaman rumah. Tak langsung menuju gedung acara pernikahan, Sehan dan Liona meminta sang suami untuk mengantarkannya lebih dulu ke rumah Darwin. "Bukankah ayah pasti juga diundang oleh Aoura?" tanya Liona penasaran.Sehan menoleh sesaat, lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya. "Entahlah, aku juga tidak tau. Bahkan setelah meninggalkan rumah ayahmu, seperti
Setelah sampai di depan kamar yang mereka sewa. Sehan menurunkan Liona dari gendongannya. Laki-laki itu kemudian membuka pintu di hadapannya menggunakan key card yang baru saja dia kantongi.Setelan pintu terbuka, Liona masuk lebih dulu ke dalam sana, diikuti Sehan di belakangnya. Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, memperhatikan ruangan tersebut dengan seksama. "Sepertinya tidak ada yang berubah, ini masih sama seperti saat aku datang ke sini pertama kalinya."Sehan menghentikan langkahnya di samping sang istri, dia menatap wajah Liona yang tampak bahagia itu sesaat, sebelum akhirnya ikut memperhatikan sekitarnya dengan seksama. Sehan memang tidak pernah merubah tampilan ruangan itu. Sejak dulu masih sama, tetap begitu-begitu saja. Namun Sehan tak pernah bosan dengan tampilan yang seperti itu. "Lagi pula, aku jarang ke sini lagi setelah menikah denganmu. Dulu, aku menyewa kamar ini untuk tempat istirahatku, ji
Setelah pergi dari rumah Reno, Sehan dan Liona kembali melanjutkan perjalanannya. Kini mobil yang Sehan kemudikan telah sampai di depan gedung hotel Wiratama, seperti apa yang Liona minta. Entah, Sehan belum mengerti kenapa istrinya mengajaknya ke sana. "Apa yang sebenarnya kamu rencanakan Liona?" tanya Sehan yang semakin penasaran. Namun Liona masih tak mau menjawabnya, perempuan itu hanya tersenyum saja. Liona kemudian keluar lebih dulu dari mobil, Sehan hanya mengikutinya. Hingga mereka memasuki gedung tersebut, dan Sehan terus mengikuti Liona dari belakang. Perempuan itu berjalan menuju restoran yang ada di lantai dua hotel tersebut. Hingga sampai di salah satu kursi pengunjung yang terletak di dekat jendela kaca gedung tersebut, Liona menarik Sehan dan memaksa laki-laki itu untuk duduk di sana. Sehan yang sejak tadi masih kebingungan, hanya menurut mengikuti apa yang sang istri lakukan padanya. Setelah Sehan duduk di s
Aoura mengarahkan pandangannya pada Sehan sesaat. Tampak terkejut setelah mendengar pertanyaan Sehan barusan. Aoura lalu menatap Reno, meminta penjelasan. Reno paham apa maksud Aoura. Dia menghela nafas pelan sesaat, lalu menjelaskan, "aku sudah mengatakan semuanya pada pak Sehan.""Kenapa kau memberitahu banyak orang?""Pak Sehan adalah orang penting di tempatku bekerja, tidak mungkin aku tidak akan mengundangnya di pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura paham."Jadi, apa kau tidak berniat untuk mengundangku?" tanya Sehan pada Aoura. Perempuan itu hanya diam. Sehan lalu mengimbuhkan, "jika Reno menikah tanpa memberitahu atasan di perusahaannya, maka dia tidak akan mendapatkan hadiah istimewa dari perusahaan."Aoura menatap Sehan dengan sorot berbinar. Tentu saja saat mendengar kata 'hadiah' suasana hatinya seketika berubah senang. "Benarkah? A-aku pasti akan mengundangmu Sehan."Reno menghela nafas pelan.
Seperti apa yang Liona katakan tadi malam. Perempuan itu akan mengajak suaminya ke suatu tempat, pagi ini.Namun sebelum menuju tempat yang Liona maksud, perempuan itu meminta Sehan untuk singgah lebih dulu ke rumah Reno. Sehan tau apa maksud tujuan Liona menemui Reno dan Aoura.Hingga sesampainya di sana. Sehan mengetuk pintu sebuah kontrakan sederhana yang dia singgahi bersama sang istri. Tak lama kemudian, seorang laki-laki keluar dari kontrakan tersebut.Laki-laki itu menatap Sehan dan Liona dengan sorot terkejut. "Pak Sehan? Liona?""Pagi Reno. Apa kedatangan kami menganggu waktumu saat ini?"Reno tak langsung menjawab. Dia justru berpikir sejenak, sambil berusaha menebak apa tujuan sepasang suami istri tersebut datang ke tempat tinggalnya. Terakhir Sehan dan Liona datang ke sana, untuk bertemu dengan Aoura. "Pak Sehan datang sepagi ini ke rumah saya, tentu membuat saya cukup terkejut. Tapi kedatangan pak Sehan sa
Pintu kamar terbuka, Liona yang saat itu sedang menyisir rambut di depan kaca menoleh sesaat.Sehan tersenyum, lalu menutup pintu kamarnya kembali. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama keluarga yang lain, namun setelah selesai Liona langsung ke kamar, sedangkan Sehan masih berbincang dengan Joana dan Galen. "Sudah selesai berbicara dengan nenek dan kak Galen?" tanya Liona memastikan. Sehan mengangguk mengiyakan. Perempuan itu menatap cermin dan melanjutkan menyisir rambutnya. Sehan melangkah menghampiri, lalu memeluk pinggang Liona dari belakang. Sesekali memberikan usapan kecil pada perut buncit sang istri. Membuat Liona seketika menghentikan kegiatannya untuk menyisir rambut. Dia menatap wajah Sehan melalu cermin di hadapannya, senyum bahagia masih terukir di bibir laki-laki itu. Membuat Liona yang menatapnya juga ikut senang."Sepertinya setelah kamu sadar dari koma, kehidupan ini sangat menyenangkan untuk kita berdua.