"Apa yang kamu bicarakan?"
Liona kembali mengalihkan pandangannya. Hampir saja dia dibuat salah tingkah oleh ucapan Sehan.Laki-laki itu kemudian berjalan mendekat, menghampiri Liona.Mereka ada di ruang kerja Sehan saat ini, jadi tak akan ada orang lain yang mengganggu mereka."Liona, nenek memintaku bergabung ke Wiratama group. Tapi aku yakin, jika aku ke sana pasti akan menggeser posisi kak Galen. Apa kamu mempunyai saran untukku?"Liona kembali menatap Sehan, terlihat jelas jika laki-laki itu sedang serius. Liona tau, pasti Sehan takut mengambil keputusan yang salah. Mengingat Sehan pernah mengatakan dia begitu takut melukai keluarganya karena permusuhannya dengan Galen."Aku percaya pada pilihanmu Sehan. Aku yakin, apa yang kamu pilih nanti adalah keputusan yang tepat. Jika aku yang menentukan, aku tidak yakin apa keputusanku bisa menjadi yang terbaik untukmu."Sehan mengangguk paham. Dia lalu mengalihkan pandangLiona mengernyit tak paham. "Maksudmu?"Sehan tersadar, dan segera menggeleng. "Bukan apa-apa, ayo ikut aku menemui nenek."Laki-laki itu merangkul bahu Liona. Namun sebelum mereka meninggalkan interior harmony Liona kembali bertanya, "apa tidak masalah jika aku ikut ke sana bersamamu?""Tidak masalah, tidak akan ada yang melarang juga." Sehan tersenyum meyakinkan. Mereka pun akhirnya pergi meninggalkan interior harmony.Hingga tak lama. Mereka akhirnya tiba di perusahaan Wiratama group. Sehan langsung mengajak istrinya memasuki gedung itu, menuju ruang tempat Joana dan Galen menunggu."Sore nek."Joana tersenyum saat sang cucu yang sejak tadi dia tunggu akhirnya datang juga. "Tadi Sehan sedang jalan bersama Liona, jadi Sehan ingin mengajaknya sekalian ke sini."Joana mengangguk mengijinkan. Dia kini menatap ke arah Liona. "Duduklah di samping nenek Liona."Liona menatap Sehan sesaat. Laki-la
Setelah selesai membereskan ruangan rumahnya, Liona kembali menatap pintu kamar Sehan yang masih belum terbuka. Dia penasaran, apa laki-laki itu bangun kesiangan karena malam tadi bergadang?Liona menghampiri dan mengetuk pintu kamar tersebut. "Sehan, apa kamu sudah bangun?"Tak ada jawaban. Liona semakin penasaran, dia mencoba memutar kenop pintu di hadapannya, dan ternyata pintu itu tidak dikunci. "Apa setiap hari dia tidak pernah mengunci pintu kamarnya?"Liona akhirnya membuka pintu di hadapannya, dan masuk ke dalam kamar tanpa meminta ijin dari sang pemilik. Namun dia tak mendapati keberadaan Sehan di sana. Hal ini membuat Liona semakin bingung, padahal dia bangun lebih pagi dibandingkan hari lainnya, dan sama sekali belum melihat sang suami keluar kamar. Tempat tidur laki-laki itu juga sudah tersusun rapi. "Itu artinya Sehan sudah bangun."Suara terbuka mengagetkan Liona, seketika dia menoleh. Sehan ba
Pintu kamar terbuka. Galen keluar dari kamarnya, berniat untuk segera pergi ke perusahaan.Dia menatap Joana dan Sandra sedang berbicara di ruang keluarga. Galen tak berniat menegur, lagi pula dia juga sudah terbiasa tak berpamitan sebelum pergi meninggalkan rumah. "Jadi, Sehan bersedia untuk bergabung ke Wiratama group?"Langah Galen seketika terhenti. Tangannya perlahan mencengkram erat, tongkat yang membantunya berjalan. "Benar, kau berhasil membujuk putramu Sandra," jawab Joana merasa bangga pada menantunya saat ini. Sandra hanya tersenyum dan membalas, "bukan aku. Tapi Liona lah yang telah berhasil membujuk Sehan."'Liona?' Galen masih mendengarkan pembicaraan Joana dan Sandra di sana."Sepertinya benar mereka saling mencintai. Jika tidak, maka Liona tak akan bisa merubah Sehan dan Sehan tak akan mau dirubah oleh Liona. Kekuatan cinta memang bisa dimanfaatkan dengan baik," imbuh Sandra.Joana mengangguk
Galen keluar dari mobil, setelah mobil yang mengantarkannya sampai di depan perusahaan Wiratama Group. Dia berniat untuk langsung memasuki gedung di hadapannya tersebut, namun seorang perempuan dari kejauhan berlari kearahnya, membuat langkah Galen terhenti seketika."Galen!"Laki-laki itu mengernyit bingung, memperhatikan wajah perempuan di hadapannya sedang seksama.Perempuan itu merapikan rambut sebahunya yang sedikit berantakan karena berlari menghampiri Galen barusan. Dia kemudian mengukir senyum."Apa kamu tidak ingat denganku? Aku Aoura, adik kak Liona. Kita pernah bertemu di restoran waktu itu, saat kau menolong mamamu."Galen mengingatnya. "Ah benar. Kenapa kau ada di sini? Apa ada yang bisa ku bantu?"Aoura mengulum senyum malu. "Sebenarnya aku ke sini untuk meminta maaf padamu, karena ulah ibuku saat itu kamu jadi terjatuh. Waktu itu kau terlihat kesakitan, jadi aku ingin memastikan keadaanmu sekarang? Apa ka
Liona mengangguk mengiyakan. Dia kemudian meletakkan nampan yang sejak tadi dia bawa ke atas meja depan Joana."Nenek maukah mencicipi masakan Liona?"Joana mengangguk dengan senang hati. "Tentu saja, nenek tidak akan bisa menolak jika cucu nenek sudah memasak dengan susah payah."Liona tersenyum, masih ada perasaan ragu. Jantungnya semakin berdetak takut saat melihat Joana mulai mencicipi makannya. Nyaris Liona ingin memejamkan mata, tak mau melihat ekspresi Joana saat memakan masakannya. Liona tau, Joana tidak seperti Sandra. Pasti neneknya itu akan blak-blakan tentang rasa masakannya itu."Wah, sepertinya kamu sudah pandai memasak sekarang."Liona menatap Joana dengan sorot tak percaya. Perempuan tua itu tak berhenti melahap masakan yang dia buat, membuat hati Liona seketika merasa lega. Apa itu artinya masakannya enak?"Bagaimana rasanya nek?""Apa kamu tidak mencicipinya sebelum dihidangkan padak
Di kafe sebelah perusahaan Wiratama, Galen duduk berseberangan meja dengan perempuan berambut sebahu yang dia temui di depan gedung tadi. Laki-laki itu sengaja mengajak Aoura berbicara berdua di sana, karena perempuan itu telah menyatakan perasaan padanya secara terang-terangan. Hal ini membuat sebuah pemikiran tiba-tiba muncul di otak Galen. "Aku tau, kau tidak sungguh-sungguh mempunyai perasaan khusus padaku."Aoura segera menggeleng, dan menatap laki-laki di depannya penuh keyakinan. "Kenapa kau tidak mempercayaiku Galen?""Kita baru pertama bertemu, secepat itukah kau menyimpulkan perasaanmu?" Galen mengukir senyum miris. Dia tau, semenjak kakinya cacat, Galen tak pernah berharap lagi akan ada perempuan yang mencintainya dengan tulus. Walau dia tampan, tapi kebanyakan perempuan yang datang padanya hanya untuk memanfaatkan harta yang dia miliki. "Kau dijodohkan dengan Sehan karena kepentingan bisnis antar keluarga. Apa kar
Satu Minggu kemudian ...Sehan baru saja selesai memasak makanan untuk sang istri tercinta. Liona tersenyum lebar saat melihat Sehan mulai menghidangkan dua piring makanan di atas meja. Tak menunggu lama, Liona langsung mengambil sendok dan melahap makanan di piringnya. Sehan yang tadinya nyaris mencicipi makanan sang istri lebih dulu, seketika mematung. Nyaris tak percaya. "Kau ... memakannya tanpa menunggu aku mencicipi lebih dulu?"Liona yang baru saja tersadar seketika membelalak takjub. "Aku memakannya tanpa menunggumu mencicipi lebih dulu?"Sehan mengangguk. Liona menutup mulutnya karena syok."Sehan, benarkah traumaku sudah hilang?"Sehan mengukir senyum senang. "Aku rasa memang begitu."Liona nyaris saja menangis haru. "Terimakasih Sehan, semua ini berkatmu.""Jangan berterimakasih padaku. Aku rasa, kamu bisa menjadi lebih baik seperti ini juga karena kamu mau berusaha."Liona tak me
Sore itu, Reno baru saja pulang dari tempat kerjanya. Entah kenapa, dia semakin tidak bisa tenang setelah melihat Aoura dan Galen kemarin. Reno tau, Aoura dan Galen tidak pernah dekat sebelumnya.Saat ini dia sengaja datang ke rumah Aoura untuk menemui perempuan itu. Belum sempat mengetuk pintu utama, perempuan yang dia ingin temui kebetulan justru keluar rumah."Reno?""Aoura aku ingin berbicara denganmu," ucap Reno langsung pada intinya. Dia kini menatap perempuan itu dengan sorot serius. "Kemarin aku melihatmu berbicara dengan pak Galen."Mata Aoura membelalak kaget. Dengan segera dia memperhatikan kanan-kirinya untuk memastikan keadaan di sekelilingnya. Aoura kemudian menarik tangan Reno, membawa laki-laki itu sedikit menjauh dari rumahnya. Jika sampai Gretta dan Darwin tau bahwa Aoura mendekati Galen, tentu Aoura langsung mendapatkan amarah."Apa kau mendengar pembicaraanku dengan Galen?" tanya Aoura memastikan.