Namun Sehan tak mungkin menanyakan hal itu sekarang pada sang istri, di depan semua keluarganya.
"Perjanjian kontrak? Pernikahan selama satu tahun? Kamu membohongi mama Sehan!" bentak Sandra begitu tampak kecewa pada putra bungsunya. Dia menggeleng tak habis pikir, apa alasan Sehan melakukan itu?Joana mengambil selembar kertas yang tadinya Sandra lemparkan ke atas meja. Tangannya mulai gemetar kaget setelah membaca tulisan pada kertas tersebut."Mama, papa, nenek, Sehan sangat mencintai Liona -""Sehan, kau terus berbohong di saat semua bukti sudah terungkap?" kini Bram yang berbicara memotong kalimat Sehan.Liona hanya menunduk. Dia tak tau harus berbuat apa sekarang. Kenapa semuanya harus terbongkar sedangkan tujuannya belum tercapai?Galen yang tadinya ingin memasuki kamar, memutuskan untuk ikut menghampiri keluarganya yang tengah berkumpul. Tentu dia tidak akan diam saja, ketika ada kesempatan emas baginya di depan mata. <Liona, Sehan dan Galen saat ini berdiri di depan kamar sang nenek. Joana masih diperiksa oleh dokter di dalam sana.Hingga tak lama dokter yang memeriksa Joana keluar bersama Berlin. "Tante, bagaimana keadaan nenek?" tanya Galen pada Berlin untuk memastikan."Nenek sudah sadar, papa dan mamamu masih di dalam. Tunggu mereka keluar."Berlin kembali melangkah, mengantarkan dokter yang memeriksa sang nenek keluar rumah. Tak lama, kini giliran Bram yang keluar dari kamar Joana. Sehan segera menghampiri. "Papa -""Galen bisa kamu ikut papa sebentar," pinta Bram tak mempedulikan keberadaan Sehan. Galen mengangguk menurut dan mulai mengikuti langkah sang papa. Dia kembali mengukir senyum puas melihat Bram tak menghiraukan Sehan.Sehan menghela nafas pelan. Melihat hal itu Liona jadi sangat merasa kasihan pada sang suami. Liona mendekat, dan menggenggam tangan Sehan berusaha menyalurkan kekuatan untuk laki-laki itu.
Liona meluruskan pandangannya, menatap Sandra dengan ragu. Dia dan Sandra kini berada di ruang tamu, duduk berseberangan meja. "Maaf jika tadi mama membentakmu."Liona tersentak kaget. Kenapa Sandra meminta maaf?"Jujur, saat menemukan surat tanda tangan kontrak pernikahan kalian tadi, mama sangat kecewa dan tidak bisa mengontrol emosi." Sandra mengalihkan pandangannya sesaat, lalu menghela nafas pelan. "Tapi baru saja nenek mengatakan jika Sehan mulai bergabung di Wiratama group. Itu artinya syarat yang mama berikan untukmu, telah kamu laksanakan bukan?"Sekarang Liona paham kenapa Sandra meminta maaf padanya. Melihat Sandra sudah lebih tenang dibandingkan tadi, Liona berusaha untuk memberikan penjelasan. Dia harus membantu Sehan, membuat laki-laki itu dimaafkan oleh keluarganya."Tentang kontrak pernikahan, sebenarnya itu ditandatangani sesudah pernikahan selesai. Liona dan Sehan juga banyak melanggar peraturan kontrak pernik
Perempuan paruh baya mengukir senyum menyapa saat seseorang yang sejak tadi dia tunggu akhirnya datang. Saat ini, di sebuah restoran bintang lima Gretta dan Aoura bertemu dengan Sandra. Setelah mendapatkan telepon dari Bram tentang pernikahan kontrak Liona dan Sehan kemarin, Gretta langsung mengajak Aoura untuk menemui Sandra.Tentu saja Aoura sangat bahagia dengan berita itu. Dia berpikir, ini adalah awal kehidupannya bersama Sehan akan dimulai.Sandra kemudian duduk berseberangan meja dengan besannya. Para pelayan tiba, dan menghidangkan makanan dan minuman yang sebelumnya sudah dipesan oleh Gretta. "Aku yang memesan ini semua."Tak ada ekspresi apapun di wajah Sandra. Dia juga tak berniat mengucapkan terimakasih pada Gretta. Tentu karena Sandra tidak terlalu menyukai sifat Gretta semenjak pertama mengenal perempuan itu. "Aku ingin meminta maaf, setelah mendengar kabar bahwa Liona membohongi kita semua, aku sangat merasa mal
Dengan kesal Gretta memasuki rumahnya bersama Aoura. Niatnya ingin menjatuhkan Liona, tapi Sandra justru membuatnya emosi."Ibu, jadi laki-laki tadi adalah kakaknya Sehan?" Gretta tak menggubris pertanyaan Aoura sejak tadi. Seharusnya Aoura juga merasa kesal sama seperti dirinya, karena jika dia gagal menjatuhkan Liona berarti Aoura juga gagal mendapatkan hati Sandra untuk mendekati Sehan. Tapi di wajah Aoura saat ini sama sekali tidak ada penyesalan.Gretta menjatuhkan tubuhnya ke sofa, diikuti Aoura yang juga duduk di sampingnya."Aku tidak menyangka jika kakaknya Sehan juga sangat tampan." Aoura masih begitu takjub setelah melihat wajah Galen tadinya. Bahkan dia sampai tak bisa berkata-kata lagi. "Kenapa keturunan keluarga Wiratama semuanya sangat tampan? Apa mereka juga manusia?"Gretta memutar matanya malas. Mulai muak dengan ocehan sang anak yang terus memuja keturunan Wiratama."Ibu, berapa umur kakaknya Sehan?"
"Kenapa kamu ada di restoran itu?" tanya Sandra penasaran. "Aku ... baru saja bertemu dengan klien." Sandra mengangguk paham. Mobil yang mereka tumpangi kini sudah sampai di halaman rumah Wiratama. Sebelum keluar dari mobil, Sandra kembali berucap, "terimakasih sudah melindungi mama tadi." Galen terdiam. Dia sendiri juga bingung, tanpa sadar dia bergerak melindungi Sandra saat melihat perempuan itu nyaris dilukai. "Terimakasih juga karena ... mama sudah membawaku ke rumah sakit." Sandra mengukir senyum tipis. Mereka memang baru saja pulang dari rumah sakit. Karena melihat Galen kakinya kesakitan setelah jatuh tadi, Sandra khawatir dan segera memeriksakan kaki Galen yang masih cidera. "Mama akan bantu kamu keluar dari mobil." Galen ingin menolak, namun Sandra lebih dulu keluar dari mobil dan berjalan ke samping pintu mobil yang ada di sebelah Galen.
"Apa yang kamu bicarakan?" Liona kembali mengalihkan pandangannya. Hampir saja dia dibuat salah tingkah oleh ucapan Sehan.Laki-laki itu kemudian berjalan mendekat, menghampiri Liona. Mereka ada di ruang kerja Sehan saat ini, jadi tak akan ada orang lain yang mengganggu mereka. "Liona, nenek memintaku bergabung ke Wiratama group. Tapi aku yakin, jika aku ke sana pasti akan menggeser posisi kak Galen. Apa kamu mempunyai saran untukku?"Liona kembali menatap Sehan, terlihat jelas jika laki-laki itu sedang serius. Liona tau, pasti Sehan takut mengambil keputusan yang salah. Mengingat Sehan pernah mengatakan dia begitu takut melukai keluarganya karena permusuhannya dengan Galen."Aku percaya pada pilihanmu Sehan. Aku yakin, apa yang kamu pilih nanti adalah keputusan yang tepat. Jika aku yang menentukan, aku tidak yakin apa keputusanku bisa menjadi yang terbaik untukmu."Sehan mengangguk paham. Dia lalu mengalihkan pandang
Liona mengernyit tak paham. "Maksudmu?"Sehan tersadar, dan segera menggeleng. "Bukan apa-apa, ayo ikut aku menemui nenek."Laki-laki itu merangkul bahu Liona. Namun sebelum mereka meninggalkan interior harmony Liona kembali bertanya, "apa tidak masalah jika aku ikut ke sana bersamamu?""Tidak masalah, tidak akan ada yang melarang juga." Sehan tersenyum meyakinkan. Mereka pun akhirnya pergi meninggalkan interior harmony.Hingga tak lama. Mereka akhirnya tiba di perusahaan Wiratama group. Sehan langsung mengajak istrinya memasuki gedung itu, menuju ruang tempat Joana dan Galen menunggu."Sore nek."Joana tersenyum saat sang cucu yang sejak tadi dia tunggu akhirnya datang juga. "Tadi Sehan sedang jalan bersama Liona, jadi Sehan ingin mengajaknya sekalian ke sini."Joana mengangguk mengijinkan. Dia kini menatap ke arah Liona. "Duduklah di samping nenek Liona."Liona menatap Sehan sesaat. Laki-la
Setelah selesai membereskan ruangan rumahnya, Liona kembali menatap pintu kamar Sehan yang masih belum terbuka. Dia penasaran, apa laki-laki itu bangun kesiangan karena malam tadi bergadang?Liona menghampiri dan mengetuk pintu kamar tersebut. "Sehan, apa kamu sudah bangun?"Tak ada jawaban. Liona semakin penasaran, dia mencoba memutar kenop pintu di hadapannya, dan ternyata pintu itu tidak dikunci. "Apa setiap hari dia tidak pernah mengunci pintu kamarnya?"Liona akhirnya membuka pintu di hadapannya, dan masuk ke dalam kamar tanpa meminta ijin dari sang pemilik. Namun dia tak mendapati keberadaan Sehan di sana. Hal ini membuat Liona semakin bingung, padahal dia bangun lebih pagi dibandingkan hari lainnya, dan sama sekali belum melihat sang suami keluar kamar. Tempat tidur laki-laki itu juga sudah tersusun rapi. "Itu artinya Sehan sudah bangun."Suara terbuka mengagetkan Liona, seketika dia menoleh. Sehan ba