“Mama, boleh Gala bicara?”Manggala duduk di dekat ibunya yang saat ini tengah duduk di ruang tamu sembari mengupas buah-buahan. Pemuda tampan itu senang sekali karena ibunya bisa menghabiskan waktu lebih lama bersamanya.“Ada apa Sayang?”Malati menoleh ke arah putranya. Kemudian ia menghentikan aktifitasnya, mengupas buah-buahan. “Tumben minta ijin. Biasanya kalau mau bicara langsung saja.”Manggala menarik nafas dalam sebelum bicara. “Mama, umur Gala sekarang sudah jalan dua puluh tujuh tahun. Setelah Gala pikir-pikir, Gala seharusnya sudah mulai mencari calon menantu untuk kalian.”Manggala berkata dengan hati-hati. Ia memang tak pernah dekat dengan seorang wanita. Oleh karena itu, ia begitu malu ketika mengungkapkannya di depan ibunya. Ia akui, perkataan ke dua orang tuanya benar. Dulu, ia sempat meragukannya.Manggala berpikir jika ia akan menikah saat dirinya siap secara mental selain ekonomi—faktor utama dalam mengayuh biduk rumah tangga. Ia tidak berpikir harus menjalin asmar
Baca selengkapnya