Home / Romansa / Dicampakkan Setelah Melahirkan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Dicampakkan Setelah Melahirkan: Chapter 101 - Chapter 110

142 Chapters

Bab 101

Sepulang dari pantai, Embun terlihat murung namun kepalanya berputar-putar seperti gasing. Bayang-bayang pertemuan dengan Yasmin mengusik ketenangan jiwanya. Bagaimana Yasmin tak pernah berhenti membully-nya sejak mereka masih tinggal bersama.Terbesit dalam kepalanya, ia ingin sekali memberikan pelajaran padanya agar tahu diri. Tidak hanya pada dirinya, Yasmin juga acapkali melakukan pembullyan pada setiap orang yang dianggapnya lebih rendah dan lemah dari dirinya.“Jeena, bagaimana kabarmu sekarang? Kata Pasha kemarin kau masuk angin.”Ana bertanya pada putrinya yang kedapatan diam siang itu. Mereka baru saja menyantap makan siang. Kebetulan Ana memiliki jadwal ke sekolah sekitar pukul dua siang. Sebelum pergi biasanya Ana menghabiskan waktunya sejenak untuk membaca buku dan mengobrol bersama Embun.Embun mengerjapkan matanya sekali kemudian menoleh pada ibunya. Alih-alih menjawab pertanyaan ibunya, ia bertanya hal lain. “Mami, apa kau kenal dengan pihak advertising agency?”Ana men
Read more

Bab 102

“Apakah kau sudah siap, Sayang?”Ana menatap putrinya yang terlihat tegang. Hari ini mereka akan menghadiri acara sidang pertama. Embun tidak banyak bicara namun wajahnya kentara memperlihatkan raut cemas yang luar biasa. Ada banyak begitu kekhawatiran dalam benaknya. Ia takut jika ia kehilangan Sagara. Embun menoleh dengan netra yang sudah berkaca-kaca. Bulir keringat menetes tanpa disadari.“Tenanglah, Nak! Semua akan berjalan lancar.”Ana menepuk-nepuk punggung tangan putrinya yang ditaruh di atas pahanya. Mereka duduk di bangku ke dua mobil mewah milik Ana. Di depan, Pasha duduk bersama Rosa yang menyetir.“Jeena, adekku! Semangat! Tenang saja, kita pasti menang.”Pasha pun terus menyemangati adiknya. “Jika si brengsek tidak hadir pas mediasi, kita lanjut sidang ke dua!”Satu jam kemudian, mereka tiba di gedung bertingkat dua itu. Rupanya, mobil yang berisi rombongan Ali sudah lebih dulu tiba di sana. Saudara kembar Ana, Ali pun ikut hadir menyaksikan sidang pertama. Mereka hadir
Read more

Bab 103

Pihak keluarga tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Danar Yudistira mengatakan ingin berdamai dengan pihak Embun Ganita. Mereka pun melakukan perjanjian damai, hingga membuat Akta Perdamaian (Acta Van Dading) dengan berisi poin-poin kesepakatan bersama dalam mengurus dan merawat Sagara.Saat acara sidang selesai, Danar pun menghampiri Embun yang bersiap-siap akan pulang bersama keluarganya.“Embun, tunggu!” imbuh Danar dengan langkah tergesa-gesa. Embun menoleh pada Danar dengan tatapan memicing dan terlihat dingin. Bahkan Danar merasa sudah tidak mengenalinya lagi. Embun benar-benar terlihat berbeda sekarang. Apalagi, ia ternyata bukan orang sembarangan. Keluarganya ialah konglomerat, tak beda jauh dengannya. Kini mereka berada di level yang sama.“Bisakah kita benar-benar berdamai? Bukan sebatas perjanjian damai di atas kertas? Kita berdamai demi anak kita,”Danar mengulurkan tangannya pada Embun—mengajaknya bersalaman. Embun ingin tertawa mendengar perkataan Danar. Setela
Read more

Bab 104

Keesokan harinya,Pihak keluarga Basalamah langsung menjemput Sagara dari kediaman Danar Yudistira. Mereka terdiri dari Embun, Sulis dan Ali serta seorang psikolog anak. Sementara itu, Ana, Pasha dan dr Zain memilih menunggu di rumah Ana. Ana bahkan tak sudi menginjakan kakinya di rumah mantan suami anaknya. Wanita berhidung bangir itu muak melihat pria–yang sudah menyakiti hati putrinya. Di sidang pengadilan saja, ia hanya menatapnya sekali. Beruntung, di usianya yang sudah mulai senja, Ana bisa mengendalikan emosinya. Saat muda ia memiliki temperamen yang tinggi dan cenderung menderita bipolar. Ketika ia marah, ia bisa dengan begitu mudah meluapkan segala kemarahannya itu. Tanpa pandang bulu dan kapanpun sekehendaknya. Beruntungnya, ke dua anak kembarnya mewarisi sifat penyabar dan lembut ayah mereka–dr Zain.Saat menjemput Sagara sempat terjadi drama kisuh misuh yang tak bisa dihindarkan. Sagara sempat syok saat diambil secara tiba-tiba dari keluarga ayahnya. Ia menangis histeri
Read more

Bab 105

Suasana kediaman Ana sangat ramai. Kehadiran Sagara dan Embun memberi warna baru dalam kehidupan Ana yang selama ini sepi dan hampa. Keluarga Basalamah bergantian mengajak anak lelaki tampan itu bermain. Embun sangat bersyukur akan hal itu.Hingga tak terasa malam menyambut. Anggota keluarga satu per satu pulang. Kini di kediaman mewah Ana yang tersisa adalah dr Zain dan ke dua anak kembarnya; Pasha dan Embun serta baby Sagara.Pasha sudah lebih dulu tidur. Besok ia harus pergi ke kampus. Begitupula dengan dr Zain. Sebelum pergi ke sana, menghadiri sidang mediasi putrinya, sebelumnya ia sudah melakukan operasi beberapa pasien di rumah sakit sehingga tubuhnya terasa sangat letih. Malam itu tinggal Ana dan Embun yang tengah mengasuh Sagara. Sudah pukul setengah sebelas malam, Sagara belum bisa tidur. Matanya masih terlihat berbinar terang. Ia masih asik berjalan mondar-mandir di playground yang sudah disiapkan Ana beberapa hari sebelum kedatangannya.Anak lelaki itu sedang asik menyusu
Read more

Bab 106

Cuaca ibukota terlihat cerah. Langit tampak biru nan indah. Awan cirrus pun berjejer tampak rapi dan memanjakan mata. Semilir angin terasa sepoi-sepoi menggelitik bulu roma. Beberapa kali Embun Ganita memperbaiki pasmina berwarna marun yang dikenakannya. Dersik angin setidaknya memainkan kain penutup kepala itu dengan isengnya.Sagara kecil tertawa saat ujung pashmina menutup wajahnya akibat ulah angin nakal itu. Seakan-akan mengajaknya bermain cilukba. Anak kecil dalam gendongan depan ibunya itu memperlihatkan giginya yang baru tumbuh sebagian dengan menutupi wajah imutnya dengan kain itu. Dan, benar saja, Pasha tengah mengajak main cilukba anak lelaki tampan itu.“Ci-luk-ba!” ujar Pasha menatap keponakannya dengan wajah ceria. “Ba-ba-ba!” jawab Sagara dengan tawa yang renyah. “Lucunya, anak Papa Pasha.”Pasha memanggil dirinya papa di depan Sagara. Baginya, anak adiknya berarti anak dirinya. Embun tak menolak permintàan Pasha, asalkan Pasha bahagia. Tak lama kemudian Ana bergabun
Read more

Bab 107

Yasmin tersedu sedan saat melihat brankar yang keluar dari ruangan di mana ayahnya dirawat. Ia sudah tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Ayahnya pergi meninggalkannya. “A-Ayah, jangan pergi dulu! Yasmin butuh Ayah,”Gadis cantik berambut panjang itu menghadang jalan ke dua perawat pria yang tengah mendorong brankar itu. Ke dua perawat itu sampai terhenyak akan kedatangan Yasmin. Mereka saling lirik dan merasa simpatik. Namun tindakannya yang impulsif tak bisa ditolerir. Mereka harus segera membawa pasien yang sudah meninggal itu ke kamar jenazah.“Mbak, sabar ya! Maaf, Mbak jangan halangi jalan kami.”Salah satu perawat pria angkat suara. Bagaimanapun, mereka harus segera menyelesaikan urusan mereka. Jika Yasmin terus meratap dan menangis–memeluk pria yang sudah tidak bernafas itu, secara tidak langsung ia mengganggu tugas mereka.Yasmin menangis meraung-raung hingga mencuri atensi penghuni rumah sakit lainnya. Sebagian orang merasa simpatik pada Yasmin. Namun, sebagian yang lain j
Read more

Bab 108

“Sudah, jangan nangis! Manggala juga gak kenapa-kenapa.”Dengan lembut Pasha mengusap kepala adiknya. Embun merasa sangat malu saat ia kembali melakukan hal yang konyol. Ia sangat antusias pergi ke kebun binatang. Maksud hati ia menarik tangan Pasha. Namun entah mengapa ia malah menarik tangan pemuda yang tampan nan karismatik itu.Jangan silahkan dirinya! Salahkan tangannya saja yang tidak tahu diri!Rasanya, Embun ingin menggali lubang bunker untuk sembunyi. Manggala juga malah diam. Kenapa ia tidak mengingatkannya. Barangkali pemuda itu juga kaget dan mengikuti kemana Embun menarik tangannya. Atau, jangan-jangan dia malah mengambil kesempatan?Awalnya Embun meringis, kemudian ia tertawa dan akhirnya menangis karena merasa sangat malu. Ia menangis di sudut yang tak terlihat hingga Pasha menghampirinya. “Aku malu, Sha. Aku kadang kurang fokus. Sebelumnya, aku juga pernah salah masuk mobil. Waktu aku ketemuan dengan ayahnya Gara, aku pulang langsung naik taksi. Tahu-tahu, aku malah n
Read more

Bab 109

“Di mana Jeena?” tanya Pasha panik saat baru sàdar jika Embun kini tak lagi bersamanya. Di sampingnya hanya ada Beryl dan Alby. Manggala juga tidak ada di sana. Namun ia masih ingat kalau Manggala pergi menjauh dari mereka, karena menerima telepon dari ibunya.“Lah, lo nanya gua? Tadi kan sama lo?” jawab Beryl dengan mengedikkan pundaknya. Meskipun terlihat cuek, namun raut wajah Beryl juga panik karena ia khawatir jika Embun tersesat di sana. Baru pertama kalinya Embun mengunjungi taman Safari.Mendengar percakapan mereka, Alby yang sedang asik memotret beraneka ragam binatang yang ia temui menoleh ke arah mereka. “Telepon Sha!”Tak ingin mengambil tempo, Pasha pun mengambil ponselnya dan menekan nomor adiknya. “Itu nada deringnya!” seru Beryl saat mendengar nada dering ponsel Embun yang nyaring. Sebuah lagu Sia berjudul the courage to change terdengar. Mereka pun mengedarkan pandangan mereka mencari sosok Embun. Hanya nada dering yang terdengar namun batang hidungnya tidak kelihata
Read more

Bab 110

Embun, Sagara dan the Great Duke memutuskan pulang dari safari di kebun binatang sore hari. Mereka tidak merasa letih saat mereka berjalan-jalan dan melihat-lihat beraneka ragam jenis binatang. Namun sesampainya di rumah, barulah mereka merasa letih luar biasa. Tubuh terasa seperti habis dipukuli olah warga. Jangan tanyakan kaki! Kaki terasa sangat pegal seperti habis diinjak kaki gajah.Tak terasa malam sudah bertandang. Embun, Sagara dan Pasha sudah pulang ke rumah ibunya. Manggala pulang ke apartemennya. Sisanya, Beryl dan Alby pulang ke rumah ke dua orang tuanya.Di ruang tamu, Pasha dan Embun masih asik mengobrol sebelum pergi tidur dan istirahat. Pasha memilih membaringkan tubuhnya di atas sofa dengan meluruskan kakinya. Sementara itu, Embun memilih duduk di atas karpet dengan meluruskan kakinya pula, kepalanya bersandar pada badan sofa. Sagara sudah tertidur sejak berada dalam gendongan Manggala saat di dalam mobil.“Sha, kenapa Beryl? Pulang dari kebun binatang kok kelihatan b
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status