Share

Bab 104

Author: Piemar
last update Last Updated: 2024-11-03 10:25:32
Keesokan harinya,

Pihak keluarga Basalamah langsung menjemput Sagara dari kediaman Danar Yudistira. Mereka terdiri dari Embun, Sulis dan Ali serta seorang psikolog anak. Sementara itu, Ana, Pasha dan dr Zain memilih menunggu di rumah Ana.

Ana bahkan tak sudi menginjakan kakinya di rumah mantan suami anaknya. Wanita berhidung bangir itu muak melihat pria–yang sudah menyakiti hati putrinya. Di sidang pengadilan saja, ia hanya menatapnya sekali. Beruntung, di usianya yang sudah mulai senja, Ana bisa mengendalikan emosinya. Saat muda ia memiliki temperamen yang tinggi dan cenderung menderita bipolar.

Ketika ia marah, ia bisa dengan begitu mudah meluapkan segala kemarahannya itu. Tanpa pandang bulu dan kapanpun sekehendaknya. Beruntungnya, ke dua anak kembarnya mewarisi sifat penyabar dan lembut ayah mereka–dr Zain.

Saat menjemput Sagara sempat terjadi drama kisuh misuh yang tak bisa dihindarkan. Sagara sempat syok saat diambil secara tiba-tiba dari keluarga ayahnya. Ia menangis histeri
Piemar

Happy reading & happy weekend

| 8
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 105

    Suasana kediaman Ana sangat ramai. Kehadiran Sagara dan Embun memberi warna baru dalam kehidupan Ana yang selama ini sepi dan hampa. Keluarga Basalamah bergantian mengajak anak lelaki tampan itu bermain. Embun sangat bersyukur akan hal itu.Hingga tak terasa malam menyambut. Anggota keluarga satu per satu pulang. Kini di kediaman mewah Ana yang tersisa adalah dr Zain dan ke dua anak kembarnya; Pasha dan Embun serta baby Sagara.Pasha sudah lebih dulu tidur. Besok ia harus pergi ke kampus. Begitupula dengan dr Zain. Sebelum pergi ke sana, menghadiri sidang mediasi putrinya, sebelumnya ia sudah melakukan operasi beberapa pasien di rumah sakit sehingga tubuhnya terasa sangat letih. Malam itu tinggal Ana dan Embun yang tengah mengasuh Sagara. Sudah pukul setengah sebelas malam, Sagara belum bisa tidur. Matanya masih terlihat berbinar terang. Ia masih asik berjalan mondar-mandir di playground yang sudah disiapkan Ana beberapa hari sebelum kedatangannya.Anak lelaki itu sedang asik menyusu

    Last Updated : 2024-11-03
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 106

    Cuaca ibukota terlihat cerah. Langit tampak biru nan indah. Awan cirrus pun berjejer tampak rapi dan memanjakan mata. Semilir angin terasa sepoi-sepoi menggelitik bulu roma. Beberapa kali Embun Ganita memperbaiki pasmina berwarna marun yang dikenakannya. Dersik angin setidaknya memainkan kain penutup kepala itu dengan isengnya.Sagara kecil tertawa saat ujung pashmina menutup wajahnya akibat ulah angin nakal itu. Seakan-akan mengajaknya bermain cilukba. Anak kecil dalam gendongan depan ibunya itu memperlihatkan giginya yang baru tumbuh sebagian dengan menutupi wajah imutnya dengan kain itu. Dan, benar saja, Pasha tengah mengajak main cilukba anak lelaki tampan itu.“Ci-luk-ba!” ujar Pasha menatap keponakannya dengan wajah ceria. “Ba-ba-ba!” jawab Sagara dengan tawa yang renyah. “Lucunya, anak Papa Pasha.”Pasha memanggil dirinya papa di depan Sagara. Baginya, anak adiknya berarti anak dirinya. Embun tak menolak permintàan Pasha, asalkan Pasha bahagia. Tak lama kemudian Ana bergabun

    Last Updated : 2024-11-03
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 107

    Yasmin tersedu sedan saat melihat brankar yang keluar dari ruangan di mana ayahnya dirawat. Ia sudah tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Ayahnya pergi meninggalkannya. “A-Ayah, jangan pergi dulu! Yasmin butuh Ayah,”Gadis cantik berambut panjang itu menghadang jalan ke dua perawat pria yang tengah mendorong brankar itu. Ke dua perawat itu sampai terhenyak akan kedatangan Yasmin. Mereka saling lirik dan merasa simpatik. Namun tindakannya yang impulsif tak bisa ditolerir. Mereka harus segera membawa pasien yang sudah meninggal itu ke kamar jenazah.“Mbak, sabar ya! Maaf, Mbak jangan halangi jalan kami.”Salah satu perawat pria angkat suara. Bagaimanapun, mereka harus segera menyelesaikan urusan mereka. Jika Yasmin terus meratap dan menangis–memeluk pria yang sudah tidak bernafas itu, secara tidak langsung ia mengganggu tugas mereka.Yasmin menangis meraung-raung hingga mencuri atensi penghuni rumah sakit lainnya. Sebagian orang merasa simpatik pada Yasmin. Namun, sebagian yang lain j

    Last Updated : 2024-11-04
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 108

    “Sudah, jangan nangis! Manggala juga gak kenapa-kenapa.”Dengan lembut Pasha mengusap kepala adiknya. Embun merasa sangat malu saat ia kembali melakukan hal yang konyol. Ia sangat antusias pergi ke kebun binatang. Maksud hati ia menarik tangan Pasha. Namun entah mengapa ia malah menarik tangan pemuda yang tampan nan karismatik itu.Jangan silahkan dirinya! Salahkan tangannya saja yang tidak tahu diri!Rasanya, Embun ingin menggali lubang bunker untuk sembunyi. Manggala juga malah diam. Kenapa ia tidak mengingatkannya. Barangkali pemuda itu juga kaget dan mengikuti kemana Embun menarik tangannya. Atau, jangan-jangan dia malah mengambil kesempatan?Awalnya Embun meringis, kemudian ia tertawa dan akhirnya menangis karena merasa sangat malu. Ia menangis di sudut yang tak terlihat hingga Pasha menghampirinya. “Aku malu, Sha. Aku kadang kurang fokus. Sebelumnya, aku juga pernah salah masuk mobil. Waktu aku ketemuan dengan ayahnya Gara, aku pulang langsung naik taksi. Tahu-tahu, aku malah n

    Last Updated : 2024-11-04
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 109

    “Di mana Jeena?” tanya Pasha panik saat baru sàdar jika Embun kini tak lagi bersamanya. Di sampingnya hanya ada Beryl dan Alby. Manggala juga tidak ada di sana. Namun ia masih ingat kalau Manggala pergi menjauh dari mereka, karena menerima telepon dari ibunya.“Lah, lo nanya gua? Tadi kan sama lo?” jawab Beryl dengan mengedikkan pundaknya. Meskipun terlihat cuek, namun raut wajah Beryl juga panik karena ia khawatir jika Embun tersesat di sana. Baru pertama kalinya Embun mengunjungi taman Safari.Mendengar percakapan mereka, Alby yang sedang asik memotret beraneka ragam binatang yang ia temui menoleh ke arah mereka. “Telepon Sha!”Tak ingin mengambil tempo, Pasha pun mengambil ponselnya dan menekan nomor adiknya. “Itu nada deringnya!” seru Beryl saat mendengar nada dering ponsel Embun yang nyaring. Sebuah lagu Sia berjudul the courage to change terdengar. Mereka pun mengedarkan pandangan mereka mencari sosok Embun. Hanya nada dering yang terdengar namun batang hidungnya tidak kelihata

    Last Updated : 2024-11-05
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 110

    Embun, Sagara dan the Great Duke memutuskan pulang dari safari di kebun binatang sore hari. Mereka tidak merasa letih saat mereka berjalan-jalan dan melihat-lihat beraneka ragam jenis binatang. Namun sesampainya di rumah, barulah mereka merasa letih luar biasa. Tubuh terasa seperti habis dipukuli olah warga. Jangan tanyakan kaki! Kaki terasa sangat pegal seperti habis diinjak kaki gajah.Tak terasa malam sudah bertandang. Embun, Sagara dan Pasha sudah pulang ke rumah ibunya. Manggala pulang ke apartemennya. Sisanya, Beryl dan Alby pulang ke rumah ke dua orang tuanya.Di ruang tamu, Pasha dan Embun masih asik mengobrol sebelum pergi tidur dan istirahat. Pasha memilih membaringkan tubuhnya di atas sofa dengan meluruskan kakinya. Sementara itu, Embun memilih duduk di atas karpet dengan meluruskan kakinya pula, kepalanya bersandar pada badan sofa. Sagara sudah tertidur sejak berada dalam gendongan Manggala saat di dalam mobil.“Sha, kenapa Beryl? Pulang dari kebun binatang kok kelihatan b

    Last Updated : 2024-11-05
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 111

    Kedatangan Satria malam itu membuat Mita kesal. Satria benar-benar nekad berkunjung ke rumahnya bahkan tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Pertanyaannya adalah mengapa pria itu datang ke sana? Apakah dia tidak punya rasa takut atau khawatir pada suami Mita–yang sangat membencinya?“Apa aku salah datang mengunjungimu? Mengunjungi sahabatku,” ucap Satria kemudian ia menarik ke dua sudut bibirnya hingga membentuk senyuman yang indah. Hanya pada Mita, pria itu bisa melempar senyuman yang begitu manis. Karena biasanya ia terkesan bersikap dingin pada wanita lain–yang berada di sekelilingnya. Mendengar pengakuan jujur Satria, Mita langsung menatap kaget ke arahnya. Ia begitu memahami diksi ‘sahabat’ yang diucapkan oleh Satria. Sebuah kalimat sarkastik–yang memprovokasi dirinya.Mita mengolah udara dalam rongga dadanya. Beberapa kali ia terlihat menarik nafas dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Ia berusaha menahan kesal dalam dada. Ia marah pada pria itu. Rasanya ia ingin segera menyere

    Last Updated : 2024-11-06
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 112

    Di balkon kamarnya Danar tengah menyesap kopi hitam sembari menatap pemandangan di depannya dengan tatapan yang rumit. Kegelisahan tengah menyelimuti hatinya. Saat ini ia merasa sendirian. Sosok peran istri perlahan mulai meredup. Hubungan dengan Mita semakin renggang. Ia juga tidak tahu mengapa hubungannya dengan Mita tak seperti dulu lagi. Meskipun mereka bersama namun hati mereka berjauhan. Selain itu, katakanlah Danar tamak. Ia mempertahankan Mita namun ia juga masih menginginkan Embun Ganita.Saat bawahannya menunjukan padanya foto Embun bersama Manggala di Taman Safari ia merasa tak rela. Dadanya terasa panas. Sesuatu membakarnya dari dalam. Apalagi Manggala menggendong Sagara. Rasanya, ia tidak rela melihat putranya diasuh oleh pria lain selain dirinya. “Argh,”Danar mencengkram cangkir kopi dengan tangan yang mengepal kuat. Bahkan ia nyaris melempar cangkir itu ke sembarang tempat.“Apa hubungan Embun dengan pria itu?” gumamnya dengan menahan emosi. Ia harus mencari tahunya

    Last Updated : 2024-11-07

Latest chapter

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 389

    Malam itu, restoran mewah di ibu kota dihiasi lampu gantung kristal yang berkilauan, memberikan suasana romantis yang sempurna. Alby menatap Nadia dengan mata berbinar, tangannya sedikit gemetar saat akhirnya ia berhasil mengungkapkan perasaannya.“Nadia… aku mencintaimu,” katanya dengan suara lembut namun penuh ketegasan. Akhirnya waktu yang telah lama dinantikan tiba. Alby bisa mengungkapkan perasaannya pada Nadia. Nadia terdiam sesaat, lalu tersenyum manis. Pipinya merona. “Alby… aku juga menyukaimu.”Jawaban itu membuat hati Alby melompat girang. Ia nyaris lupa dengan semua kegugupan yang tadi melandanya. Akhirnya cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.“Jadi … maukah kau menjadi kekasihku?” tanya Alby menatap Nadia dengan penuh haru.Nadia mengangguk mantap dengan wajah yang merona seperti kepiting rebus.Di tengah kebahagiaan sebagai sepasang kekasih baru, mereka pun melanjutkan makan malam romantis dengan obrolan ringan dan tawa bahagia.Namun, ketika Alby menoleh sekilas ke s

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 388

    Ruang tamu keluarga Basalamah terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun AC yang menyala hanya pada suhu normal. Ana duduk dengan punggung tegak, matanya tajam menatap Dasha, sepupunya yang kini datang dengan ekspresi penuh kemarahan.Dasha membanting tasnya ke meja, membuat cangkir teh yang disiapkan Jeena sedikit bergetar. “Kamu pikir kamu siapa, Ana? Berani-beraninya mempermainkan putriku begitu saja!” suaranya menggema di ruangan.Ana tetap tenang, meskipun kedua tangannya saling bertaut di pangkuannya. “Aku tidak mempermainkan siapa pun, Dasha,” jawabnya dingin. “Pasha sendiri yang memutuskan ini. Dia tidak bisa menikahi Selina.”Dasha mencibir, matanya menyipit. “Oh, begitu? Jadi menurutmu, ini semua keputusan Pasha sendiri? Bukan karena kamu dan keluargamu yang ikut campur?”Ana menghela napas panjang. Ia tahu ini akan terjadi. “Dasha,” katanya dengan nada yang lebih terkendali, “Pasha adalah pria dewasa. Dia membuat kesalahan, dan dia memilih untuk bertanggung jawab.”Dasha t

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 387

    Sulis datang diikuti oleh ke dua anak kembar identiknya, Beryl dan Alby. “Kenapa gak nunggu Omnya sih? Omnya juga pengen ngasih nama,” imbuh Beryl sembari menggamit tangan mungil istrinya.“Bayinya kembar identik juga ya,” Laila berkomentar dengan tersenyum manis menatap Rosa.Rosa menangguk. “Mereka kembar identik. Tapi … yang satu ada tanda lahir di dadanya. Yang satu enggak,”“Nah, ada juga bedanya,” gumam Ana hampir kebingungan. Dulu ia juga tidak bisa membedakan mana Alby atau Beryl.“Kalau masih bayi agak sulit emang. Kecuali udah gede,” tukas Sulis memandang ke dua putranya bergantian dengan mata yang memicing penuh arti.“Apa Mi?” Baik Beryl maupun Alby mendengus pelan.“Kalau udah gede, sikapnya kan beda. Jadi gak bakalan bingung,” imbuh Laila berkomentar. Pasha seketika terkekeh pelan. “Laila, sikap Beryl masih nyebelin gak udah nikah? Dia kan rada-rada sin—”“Sa, kenapa kamu jadi kasar begitu?” tegur dr Zain mengerutkan keningnya. “Tanya aja sama istri gue.”Beryl menj

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 386

    Senja itu, langit terlihat indah dan cerah seakan menambah nuansa bahagia sepasang kekasih yang baru saja memulai hidup baru. Mobil yang dikendarai Pasha melaju pelan memasuki halaman kediaman sang ibu yang luas dan megah. Namun, di dalam mobil, dada Rosa terasa sesak. Jari-jarinya menggenggam erat selimut bayi yang membungkus salah satu anak kembarnya. Ia menoleh ke kursi bayi di sampingnya, tempat bayinya tertidur pulas.Pasha, yang duduk di sebelahnya, menghela napas panjang. Ia tahu ini bukan hal yang mudah bagi Rosa. Wanita itu telah mengalami banyak hal, termasuk penolakan dari keluarganya sendiri. Kini, ia akan menghadapi keluarga besar.Situasinya berbeda. Jika dulu ia datang ke sana sebagai asisten pribadi Ana sekaligus pengawal Jeena. Sekarang, ia datang sebagai wanita yang telah melahirkan dua cucu sekaligus untuk keluarga Basalamah. “Rosa,” suara Pasha terdengar lembut, namun tegas. “Ini rumah kita sekarang. Kau tidak perlu takut.”Rosa menelan ludah, mencoba menenangkan

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 385

    Pasha mengangguk dengan mantap. “Ya, mereka anak-anakku.”Alby merasa dunianya jungkir balik. “Kapan ini terjadi?! Kenapa aku nggak tahu?!“Sulis menepuk bahunya. “Mungkin karena kamu terlalu sibuk cari gara-gara sama Levina?”Alby masih tidak percaya. Ia berjalan mendekat dan mengintip bayi yang sedang berada di pelukan Pasha. Wajah mungil itu begitu polos, matanya tertutup rapat dengan pipi bulat menggemaskan.Alby memijat pelipisnya. “Oke. Ini kejutan besar. Aku perlu duduk.”Pasha tersenyum kecil. “Kamu bisa duduk di lantai kalau perlu.”Sulis hanya bisa menghela nafas lagi. “Sepertinya aku akan sering pusing mulai sekarang.”Tak lama kemudian Rosa keluar dari kamar mandi. Tatapannya bertemu dengan Alby.Alby menatap Rosa dengan tatapan bingung. Namun ia tidak ingin menghakimi siapapun di sana. “Sorry banget, aku kaget,”Pantas saja ibunya memintanya untuk menjenguk Rosa. Mungkin maksud ibunya ialah membesuk ke dua keponakannya. Ia tidak tahu ternyata hubungan Pasha dengan mantan

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 384

    Jeena menatap layar laptopnya dengan rahang mengeras. Rekaman CCTV yang baru saja diputar memperlihatkan sesuatu yang menggetarkan hatinya—Rosa yang kesakitan, merintih di lantai, sementara Selina hanya berdiri, menatapnya dengan ekspresi kosong sebelum akhirnya berbalik dan pergi begitu saja.Sulis yang duduk di samping Jeena terkesiap. Jari-jarinya yang sudah mulai berkerut mencengkeram lengan kursinya. Napasnya memburu, dan ekspresi terkejutnya segera berubah menjadi kemarahan yang mendidih.“Astaga, Jeena,” Sulis menggelengkan kepalanya tak percaya. “Anak itu benar-benar tega. Aku tahu dia punya dendam, tapi membiarkan seorang ibu dan bayinya dalam bahaya? Ini sudah kelewatan.”Jeena mengepalkan tangannya di atas pahanya. Matanya menyala, penuh dengan amarah. “Aku tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja, Tante. Aku akan melaporkannya ke polisi sekarang juga! Bayangkan saja, bukankah dia seorang dokter? Namun membiarkan wanita hamil yang ingin melahirkan begitu saja, sungguh pe

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 383

    “Sa, udah cukup. Aku udah kenyang.”Rosa menahan tangan Pasha untuk terus menyuapinya.Pasha pun menurut lalu menyerahkan sebotol air minum untuk Rosa, lengkap dengan sedotannya. Tanpa ragu, Rosa menerima air minum itu lalu meneguknya perlahan. Dengan telaten, Pasha pun menaruh nampan bekas makan Rosa di atas nakas. Lalu ia langsung memanggil perawat yang tiba di sana untuk membereskan bekas makan Rosa. Ia tidak bisa melihat ada barang kotor di sana.Setelah memastikan Rosa makan dengan benar, Pasha tak langsung beranjak dari sana. Ia kembali duduk di sisi Rosa, membetulkan bantal yang menjadi sandaran Rosa meskipun ia terlihat letih.“Sa,” imbuh Rosa menatap Pasha yang mengabaikan dirinya sendiri. Wajah pria tampan itu terlihat letih dengan penampilannya yang berantakan.“Apa?” tanya Pasha dengan suara serak—yang letih.“Kamu pulang aja,” Rosa menatap iba pemuda itu. “Kamu bisa istirahat di rumah. Di sini ada perawat kok,”Pasha menatap Rosa dengan tatapan penuh arti. Tangannya memb

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 382

    “Siapa Na?” Sulis bertanya saat Ana tak kunjung mengangkat teleponnya.Ana melirik ke arah Sulis setelah mengatur ponsel itu menjadi silent. Untuk saat ini ia tidak ingin mendengar tentang Selina ataupun keluarganya. Ia hanya ingin fokus pada kebahagiaan Pasha dan wanita pilihannya. Mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Pasha sudah memilih Rosa. Bahkan kini mereka sudah punya anak.Mungkin ia akan segera menangani soal pertunangan Pasha dengan Selina yang akan batal untuk ke dua kalinya. Ana belum tahu apa yang ditemukan oleh Jeena di apartemen Pasha. Andai Ana tahu apa yang terjadi pasti ia akan murka. Seolah memahami isyarat yang diberikan oleh Ana, Sulis pun memilih mendekat. Ke dua wanita yang sudah tidak muda itu lalu memilih keluar ruangan. “Dasha telepon,” imbuh Ana sembari merangkul lengan Sulis. Sulis menatap Ana dengan tatapan serius. “Kamu harus segera bertemu dengan Dasha. Kalau kamu takut, aku temani,”Ana meraih oksigen rakus lalu mengembuskannya dengan berat, menja

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 381

    Rosa terdiam mendengar permintàan maaf mantan bosnya itu. Bukankah itu pertanda jika ia merestui hubungannya dengan putra kesayangannya?Dengan napas tersengal, Rosa mencoba menggerakkan tubuhnya, berusaha menyesuaikan diri dengan keberadaan wanita yang dulu menolak keberadaannya.Pasha yang duduk di kursi samping tempat tidur, langsung menggenggam tangan Rosa, seakan tahu bahwa Rosa sedang ketakutan. “Tenang, aku di sini,” bisiknya pelan.Ana memperhatikan interaksi mereka. Ada sesuatu dalam sorot matanya—sesuatu yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Mungkin itu penyesalan, mungkin itu rasa bersalah.“Nyonya … aku …” imbuh Rosa menggantung sebab Ana sudah lebih dulu memotongnya.“Jangan banyak bicara. Kau masih belum pulih,” ucap Ana dengan nada simpatik.Rosa menunduk, menatap selimutnya dengan pandangan kosong. Ia masih takut. Ia ingat dengan jelas bagaimana Ana dulu mengatakan bahwa ia tidak pantas untuk Pasha, dan permintaannya agar bisa menjauh dari Pasha.Tapi kini, Ana ada

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status