Share

Bab 109

Penulis: Piemar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 11:38:41
“Di mana Jeena?” tanya Pasha panik saat baru sàdar jika Embun kini tak lagi bersamanya. Di sampingnya hanya ada Beryl dan Alby. Manggala juga tidak ada di sana. Namun ia masih ingat kalau Manggala pergi menjauh dari mereka, karena menerima telepon dari ibunya.

“Lah, lo nanya gua? Tadi kan sama lo?” jawab Beryl dengan mengedikkan pundaknya. Meskipun terlihat cuek, namun raut wajah Beryl juga panik karena ia khawatir jika Embun tersesat di sana. Baru pertama kalinya Embun mengunjungi taman Safari.

Mendengar percakapan mereka, Alby yang sedang asik memotret beraneka ragam binatang yang ia temui menoleh ke arah mereka. “Telepon Sha!”

Tak ingin mengambil tempo, Pasha pun mengambil ponselnya dan menekan nomor adiknya.

“Itu nada deringnya!” seru Beryl saat mendengar nada dering ponsel Embun yang nyaring. Sebuah lagu Sia berjudul the courage to change terdengar.

Mereka pun mengedarkan pandangan mereka mencari sosok Embun. Hanya nada dering yang terdengar namun batang hidungnya tidak kelihata
Piemar

Laughing part dulu ya gaes he..

| 8
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 110

    Embun, Sagara dan the Great Duke memutuskan pulang dari safari di kebun binatang sore hari. Mereka tidak merasa letih saat mereka berjalan-jalan dan melihat-lihat beraneka ragam jenis binatang. Namun sesampainya di rumah, barulah mereka merasa letih luar biasa. Tubuh terasa seperti habis dipukuli olah warga. Jangan tanyakan kaki! Kaki terasa sangat pegal seperti habis diinjak kaki gajah.Tak terasa malam sudah bertandang. Embun, Sagara dan Pasha sudah pulang ke rumah ibunya. Manggala pulang ke apartemennya. Sisanya, Beryl dan Alby pulang ke rumah ke dua orang tuanya.Di ruang tamu, Pasha dan Embun masih asik mengobrol sebelum pergi tidur dan istirahat. Pasha memilih membaringkan tubuhnya di atas sofa dengan meluruskan kakinya. Sementara itu, Embun memilih duduk di atas karpet dengan meluruskan kakinya pula, kepalanya bersandar pada badan sofa. Sagara sudah tertidur sejak berada dalam gendongan Manggala saat di dalam mobil.“Sha, kenapa Beryl? Pulang dari kebun binatang kok kelihatan b

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 111

    Kedatangan Satria malam itu membuat Mita kesal. Satria benar-benar nekad berkunjung ke rumahnya bahkan tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Pertanyaannya adalah mengapa pria itu datang ke sana? Apakah dia tidak punya rasa takut atau khawatir pada suami Mita–yang sangat membencinya?“Apa aku salah datang mengunjungimu? Mengunjungi sahabatku,” ucap Satria kemudian ia menarik ke dua sudut bibirnya hingga membentuk senyuman yang indah. Hanya pada Mita, pria itu bisa melempar senyuman yang begitu manis. Karena biasanya ia terkesan bersikap dingin pada wanita lain–yang berada di sekelilingnya. Mendengar pengakuan jujur Satria, Mita langsung menatap kaget ke arahnya. Ia begitu memahami diksi ‘sahabat’ yang diucapkan oleh Satria. Sebuah kalimat sarkastik–yang memprovokasi dirinya.Mita mengolah udara dalam rongga dadanya. Beberapa kali ia terlihat menarik nafas dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Ia berusaha menahan kesal dalam dada. Ia marah pada pria itu. Rasanya ia ingin segera menyere

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 112

    Di balkon kamarnya Danar tengah menyesap kopi hitam sembari menatap pemandangan di depannya dengan tatapan yang rumit. Kegelisahan tengah menyelimuti hatinya. Saat ini ia merasa sendirian. Sosok peran istri perlahan mulai meredup. Hubungan dengan Mita semakin renggang. Ia juga tidak tahu mengapa hubungannya dengan Mita tak seperti dulu lagi. Meskipun mereka bersama namun hati mereka berjauhan. Selain itu, katakanlah Danar tamak. Ia mempertahankan Mita namun ia juga masih menginginkan Embun Ganita.Saat bawahannya menunjukan padanya foto Embun bersama Manggala di Taman Safari ia merasa tak rela. Dadanya terasa panas. Sesuatu membakarnya dari dalam. Apalagi Manggala menggendong Sagara. Rasanya, ia tidak rela melihat putranya diasuh oleh pria lain selain dirinya. “Argh,”Danar mencengkram cangkir kopi dengan tangan yang mengepal kuat. Bahkan ia nyaris melempar cangkir itu ke sembarang tempat.“Apa hubungan Embun dengan pria itu?” gumamnya dengan menahan emosi. Ia harus mencari tahunya

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 113

    Embun tidak akan pernah lupa setiap momentum ketika ia dituduh mencuri kalung milik Mita dan pelakor yang berusaha mencuri suaminya. Atau, saat dirinya digeledah dengan tanpa belas kasih, diperlakukan kasar dan diusir dengan terang-terangan dari keluarga Yudistira.Embun memejamkan matanya. Hanya helaan nafas berat lolos dari sela-sela giginya. Ia tidak suka membalas dengan cara kotor. Ia lebih senang melakukannya dengan cara halus.Sesuatu yang menyadarkan wanita itu akan tindakannya yang keliru. Sesuatu yang membuatnya berpikir dua kali untuk memutuskan sesuatu! ‘Aku ingin lebih sukses dari dia! Kalau perlu aku ingin mengambil perusahaannya,’ gumam Embun dalam hati. Terdengar ambisius namun beresiko. Namun sekalinya ia berkata, ia tidak akan menarik ucapannya begitu saja. Wanita bermanik almond itu ingin menjadi seorang wanita karir. Ia ingin mandiri secara finansial dan tidak bergantung pada lelaki.“M-Mama,” Suara Sagara merambat di telinga ke dua wanita cantik berbeda usia ters

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 114

    Setelah Embun menyampaikan keinginannya, suasana mendadak canggung.“Maaf, saya memang terlalu percaya diri.”Maya membalas perkataan Embun—yang mengatakan padanya bahwa ia memang tidak akan dipekerjakan olehnya sebagai babysitter Sagara lagi. Maya tahu diri. Kesalahannya pada Embun sangat fatal. Ia juga belum meminta maaf secara langsung sebab ia baru bertemu langsung dengannya saat itu.“Memang, betul! Kau terlalu percaya diri! Baguslah, kau tahu diri! Kau tahu di mana posisimu saat ini!” tukas Embun dengan nada serius. Tidak ada lagi kelembutan dalam nada bicaranya. Ia duduk dengan bertopang kaki dan bersedekap tangan di dada. Ia berkata dengan nada angkuh! Siapa sangka gadis desa yang dulu lugu kini telah bertransformasi menjadi wanita yang dingin dan penuh wibawa. Tidak ada belas kasih dan bersikap tegas.Melihat raut wajah Embun yang ketus, Maya semakin merasa terpuruk. Mungkin Embun bisa dengan mudah memperkarakan dirinya atas tuduhan fitnah padanya satu tahun silam. Ia gelap m

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 115

    “Mas dari mana? Main tinggal saja.”Mita bersedekap tangan di dada menatap suaminya—yang menghilang secara tiba-tiba saat mereka berada di butik pakaian wanita. Sore itu mereka sedang mencari pakaian untuk pesta.Danar terdiam saat istrinya mencecarnya dengan pertanyaan. “Cepatlah! Aku tunggu di mobil!”Pria berwajah dingin itu langsung pergi meninggalkan istrinya. Ia jenuh menunggu wanita belanja. Tak seperti dulu, ia selalu bersedia menunggu Mita dengan sabar. Semuanya telah berubah. Mita mendecak sebal saat suaminya meninggalkannya begitu saja. Tega sekali! Padahal ia ingin suaminya memberikan komentarnya untuk pakaian yang akan dipilihnya. Nyatanya, Danar bahkan seolah tak peduli padanya.“Kenapa dengan Mas Danar sih?” ucapnya dengan helaan nafas berat. “Kalau aku tampil cantik juga kan buat dirinya. Aku kan tidak mau mempermalukan suamiku di pesta Pak Kamal Kapoor. Apalagi di sana ada banyak pengusaha terkenal.”Dengan berat hati, Mita pun memilih pakaiannya sendiri. Ia membayar

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 116

    “Mama, boleh Gala bicara?”Manggala duduk di dekat ibunya yang saat ini tengah duduk di ruang tamu sembari mengupas buah-buahan. Pemuda tampan itu senang sekali karena ibunya bisa menghabiskan waktu lebih lama bersamanya.“Ada apa Sayang?”Malati menoleh ke arah putranya. Kemudian ia menghentikan aktifitasnya, mengupas buah-buahan. “Tumben minta ijin. Biasanya kalau mau bicara langsung saja.”Manggala menarik nafas dalam sebelum bicara. “Mama, umur Gala sekarang sudah jalan dua puluh tujuh tahun. Setelah Gala pikir-pikir, Gala seharusnya sudah mulai mencari calon menantu untuk kalian.”Manggala berkata dengan hati-hati. Ia memang tak pernah dekat dengan seorang wanita. Oleh karena itu, ia begitu malu ketika mengungkapkannya di depan ibunya. Ia akui, perkataan ke dua orang tuanya benar. Dulu, ia sempat meragukannya.Manggala berpikir jika ia akan menikah saat dirinya siap secara mental selain ekonomi—faktor utama dalam mengayuh biduk rumah tangga. Ia tidak berpikir harus menjalin asmar

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 117

    Malam hari suasana terasa hening di kediaman Ana. Sagara tidur lebih awal. Ia seolah mengetahui rencana ibunya yang akan pergi ke suatu tempat saat malam hari dan saat anak lelaki tampan itu tertidur pulas. “Tenang saja, Nona, Tuan Gara sudah tidur pulas.”Babysitter Linda melapor pada Embun yang terlihat mengintip ke dalam kamarnya. Rasanya, setiap kali ia keluar rumah, ia merasa berat harus meninggalkan putranya. Ia pun mendekati ranjang putranya terlebih dahulu. Ia mencium pipi putranya yang mulai berisi dan terlihat chubby. Embun menepuk lengan Linda dengan pelan. “Aku titip Gara ya! Paling aku pulang jam sebelas atau dua belas malam jika tidak macet. Kalau ada apa-apa, hubungi nomorku. Mami sedang pergi ke Bogor.”Linda pun mengangguk setelah sebelumnya termangu melihat kecantikan Embun yang terasa berbeda malam itu. Wanita bermanik almond itu mengenakan gaun berwarna putih berbahan satin mix dengan sutra pilihan ibunya. Meskipun gaun tersebut polos dan hanya dihiasi sedikit ren

Bab terbaru

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 147

    Udara daerah puncak terasa sejuk. Semua orang menikmati healing sekaligus refreshing di alam. Mereka menikmati makanan yang sudah dibekal dari rumah.Sulis melahap bekal makanan yang dibawa oleh Embun. Embun yang suka masak, sudah mempersiapkan bekal makanan sejak pagi dibantu oleh koki rumah.“Sepertinya Tante akan gemuk kalau makan makanan bikinanmu Jeen,” komentar Sulis seraya menatap Embun yang terlihat antusias menikmati udara segar di hutan pinus. Tatapannya terpacak pada sebuah ayunan. Namun saat Sulis mengajaknya mengobrol, ia pun menoleh pada Sulis seraya menyematkan senyum tipis. “Tentu Tante. Aku akan memasak setiap hari untuk Tante.”Embun berkomentar dengan kekehan kecil. Obrolan teralihkan saat melihat ke dua sepupunya saling kejar mengejar. “Tan, mereka lagi rebutin apa sih?”Sulis mengedikkan pundaknya dan mendecak pelan. “Biasanya, Beryl suka jahil sama Alby. Jadi, Alby membalasnya,”“Oalah, Beryl memang beda ya Tante. Dia jahil dan sedikit–”“Menyebalkan,” potong Su

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 146

    Hari itu Embun sangat antusias diajak piknik oleh Pasha. Mereka akan pergi ke tempat outbound sekaligus tempat piknik dengan pemandangan hutan pinus yang sangat indah. Karena lokasinya jauh, terpaksa Embun tidak mengajak Sagara. Selain itu juga, Ana melarang Embun membawa Sagara. Bahkan Ana jauh lebih protektif pada cucunya.Oleh karena itu, Embun pun memompa ASI nya dan menaruhnya dalam botol untuk stok Sagara saat merasa haus. Sebetulnya, Ana ingin Embun menikmati masa mudanya yang habis dulu digunakan sepanjang hari di rumah.“Kita jalan sama Tante Sulis juga ‘kan?” tanya Embun pada Pasha yang sedang asik menyemprot parfum ke beberapa titik tubuhnya.“Iya. Tante Sulis ikut.”Pasha menjawab setelah menaruh kembali parfum miliknya ke atas meja nakas.“Mami gak ikut?” Embun menoleh ke arah ibunya yang tengah rebahan dengan Sagara yang berada di sampingnya, memainkan robot.“Gak, ah! Buat anak muda! Mami gak mau,” tolak Ana sembari menahan tawa saat melihat Sagara sedang membongkar rob

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 145

    Seorang gadis berlari tergesa-gesa saat melihat dua orang pria berpakaian hitam membuntutinya sejak ia turun dari kereta api jurusan Surabaya. Nafasnya tersengal-sengal. Meskipun ia berlari cukup cepat nyatanya ia merasa letih. Grep,“Lepas!” Gadis itu memekik saat seseorang dari arah belakang menangkap tubuhnya. Dalam hitungan beberapa detik ia sudah tak sadarkan diri. Salah satu pria berbaju hitam membiusnya.Gadis itu terbangun di sebuah kamar hotel presidential suit. Tiga jam lamanya, akhirnya gadis itu membelakan matanya. Kepalanya terasa berat seperti dihantam benda solid. Pandangannya juga buram.“Aku di mana?” lirihnya dengan perasaan frustrasi. Namun sedikit kemudian ia menangis. “Ayah! Ayah! Aku di mana?” Hiks, hiks, hiks,“Sudah bangun rupanya,”Suara bariton terdengar menggelegar. Gadis itu mengangkat mata untuk melihat siapa orang yang berbicara padanya. Seketika ia terkejut hingga membuat tubuhnya mundur dan menabrak headboard ranjang.“Kau!” pekik Yasmin dengan nafas y

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 144

    Di atas kursi kebesarannya, Danar memijat pelipisnya dengan kencang. Rasanya, kepalanya ingin meledak. Bukan tanpa alasan, secarik kertas yang berada di atas meja adalah penyebab pria itu langsung terserang sakit kepala yang hebat.Kondisi keuangan perusahaan yang carut marut. Ibunya yang sedang sakit serius. Tambah lagi, sebuah surat gugatan cerai tergolek di atas meja di kantornya. Siang itu, seorang pengacara datang ke perusahaan dan memberikan surat gugatan cerai dari istrinya. Ia dilanda bingung dengan sikap istrinya yang menurutnya labil.Bukankah wanita itu sudah berjanji akan selalu ada mendampingi dirinya saat suka dan duka? Kendati, Danar mengakui, jika dirinya sangat egois dan sekarang sudah mulai mengabaikan keberadaan Mita di sisinya.Brakkk,Danar memukul meja dengan kepalan tangannya. Ia merutuki nasibnya. Mungkin, Mita mengajukan surat gugatan cerai karena kini perusahaan keluarganya nyaris brankut. Jika demikian, Mita tak ubahnya wanita matre seperti wanita yang lain.

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 143

    Embun mengajak ngobrol malaikat kecilnya. Saat ini mereka sedang berada di kamar mandi. Wanita satu anak itu tengah memandikan anak lelaki tampannya dengan telaten. Ia sangat bahagia bisa mengurus anaknya dengan ke dua tangannya.“Ini siapa?”Embun bertanya sembari menyentuh dadanya menggunakan tangan mungil Sagara. Sagara tertawa melihat ibunya yang berusaha tengah menggodanya. “Mama!” jawab anak itu sembari memperlihatkan gigi bagian depannya yang sudah mulai tumbuh. Tangannya yang lain mencipratkan air pada wajah ibunya hingga membuat Embun ikut terkekeh melihat tingkah lucunya. Sagara senang mandi sembari bermain air dan boneka bebek terbuat dari karet. Asalkan ada mainan di dalam bathtub, ia akan antusias berendam di dalamnya. Embun memanyunkan bibirnya seraya menjawab. “Good! Mama siapa?”Sagara menatap ibunya dengan mengerutkan keningnya. “Mama Gara!”“Pintarnya anak Mama!” tukas Embun dengan mencubit lembut pipi anak itu yang bulat mirip kue bakpao.“Mama, mandi?” ucap Saga

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 142

    Pulang dari gym, Manggala kembali mengantar pulang Pasha. Karena sewaktu pergi ke tempat gym, Manggala menjemput Pasha dengan mobilnya. Selama perjalanan mereka mengobrol banyak hal.Setelah percakapan di tempat gym, Manggala setidaknya merasa sedikit lebih lega, mengetahui alasan yang membuat Embun marah padanya. Karena sudah mengetahui sumber permasalahannya, maka ia berencana akan bicara empat mata dengannya. Hanya saja, Manggala sedikit butuh waktu untuk mempersiapkan pertemuan dengannya. Mungkin ia akan mengajak personel The Great Duke lainnya untuk jalan bersama.Karena Manggala tahu, tak mungkin Embun bersedia diajak ngobrol benar-benar ‘berdua’. “Well, kita akan pergi hiking bagaimana? Atau, piknik ke hutan pinus? Di sana kita bisa melihat pemandangan alam,” ungkap Manggala saat tiba-tiba saja sebuah ide melintas di kepalanya. Ide tersebut muncul saat ia melihat pohon palem yang berjejer di taman. Mungkin, ia akan menyatakan cintanya saat mereka pergi ke tempat itu.Saat ini

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 141

    “Ibu, cepat sembuh! Kalau Ibu sudah sembuh, kita akan pergi jalan-jalan ke Selandia Baru. Bukankah Ibu ingin pergi ke sana? Ibu bisa pergi ke Wai Ariki Hot Spring and Spa.”Danar merengkuh tangan keriput ibunya yang masih terbaring lemah di atàs ranjang rumah sakit. Kemudian ia mengecup punggung tangannya dengan penuh kasih sayang. Pria itu duduk di atas sebuah kursi yang berada di samping ranjang. Setiap hari ia selalu datang membesuk ibunya. Tak peduli ia sibuk, ia selalu menyempatkan dirinya untuk datang, memastikan kondisi ibunya. Ia teramat senang sekali saat melihat kondisi kesehatan ibunya sudah mengalami kemajuan saat ini. Dua minggu sudah terhitung ibunya masih terbaring di rumah sakit. Ia harus menjalani perawatan akibat lukanya yang serius. Beberapa kali, Diajeng menjalani operasi pada bagian kakinya. Kakinya mengalami patah tulang sehingga harus dioperasi dan dipasang pen.Diajeng hanya mendesah pelan sembari melirik ke arah putranya yang terlihat begitu berbakti padanya.

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 140

    Manggala dan ibunya duduk dan bicara empat mata. Pemuda tampan itu tidak ingin ibunya berspekulasi yang tidak-tidak tentang dirinya. Ia pun menceritakan apa yang terjadi saat mereka berada di cafe, saat pertama kali ia menemukan Serina hingga membawanya pulang ke apartemen.“Mama, dengarkan Gala! Malam, Gala menginap di hotel. Gala juga gak enak kalau tinggal berdua dengan gadis itu.”Manggala berusaha memberikan pengertian pada ibunya. Ia tidak ingin ibunya kecewa padanya.Malati menarik nafas dalam kemudian mengembuskannya perlahan. “Gala, apa kau tidak menaruh curiga pada gadis itu? Bisa-bisanya kau meninggalkan gadis itu di apartemen sendirian? Kau hanya baru mengenalnya beberapa jam?”Manggala mengerti arah pembicaraan ibunya. Jika ibunya orang biasa mungkin cara berpikirnya sederhana. Namun masalahnya ibunya seorang mantan agen detektif di mana ia selalu bersikap hati-hati dan waspada terhadap kemungkinan apapun yang terjadi.Manggala tidak berpikir panjang meninggalkan gadis itu

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 139

    Malam itu langit tampak gulita tanpa gemintang yang menghiasnya. Ditambah gemerosok angin menyapu dahan-dahan pohon hingga membuatnya bergoyang dan seperti sosok monster yang menakutkan. Namun pemandangan yang sedikit anker itu sama sekali tidak mengurungkan niat seorang gadis cantik untuk berjalan di jalan setapak. Gadis cantik dengan tas ransel yang tercangklong di punggungnya tampak berjalan cepat untuk mencari kendaraan yang akan membawanya keluar kota. Ia merasa sudah tidak aman jika ia kembali ke ibukota atau berada tinggal bersama ke dua orang tuanya di Bandung. Untuk sementara waktu ia akan pergi keluar kota.Peluh sudah membanjiri tubuhnya. Sungguh, ia merasa letih. Namun ia harus segera pergi demi keselamatannya. Gadis itu duduk di halte bus yang sepi. Hanya ada empat orang yang tengah duduk di sana, menunggu bus datang.Drt, drt, drt, Suara ponsel yang gemetar menginterupsi lamunannya. Gadis itu segera mengangkatnya namun sebelumnya ia mencari tempat sepi. Ia tidak mau per

DMCA.com Protection Status