Semua Bab Pengacara Miskin Itu Ternyata Miliarder: Bab 1 - Bab 10

21 Bab

Pengkhianatan Seorang Istri

"Aku sudah di bandara. Apa kamu ikut menjemputku?"Pemberitahuan dari seorang pria muda dan tampan pada wanita muda di ujung telpon yang merupakan istrinya."Sepertinya nggak bisa. Masih ada kerjaan yang harus aku selesaikan. Kamu naik taxi online bandara saja, ok."Tentu bukanlah sambutan yang di harapkan Dewa, nama pria muda yang berprofesi sebagai pengacara itu telah kembali ke Jakarta setelah 6 bulan menempuh pelatihan serta magang di New York, dan selama itulah mereka melangsungkan pernikahan."Oh, sorry. Aku sengaja bikin kejutan soal kepulanganku ini, jadi nggak ngabarin kamu atau orang tuaku. Ku kira kamu akan senang sama kedatanganku. Aku bisa nunggu di lounge sampai kamu selesai kerjain ... ""Sorry nggak bisa," potong Deasy seketika. "Papa bisa ngomel-ngomel kalau nggak aku selesaiin malam ini juga," lanjutnya bernada sedih."Oke tak apa. Kalau begitu gimana kalau aku jemput kamu ke kantor? Kamu bawa mobil sendiri atau sopir? Nanti habis dari bandara, aku ...""Aduh, nggak
Baca selengkapnya

Cinta Pertama Datang Tiba-Tiba

Dewa duduk di pelataran gedung apartemen yang baru saja dia singgahi itu dengan lesu. Sekarang tujunya adalah antara rumah mertua ataukah rumah kedua orang tuanya.Setelah berpikir beberapa saat, Dewa putuskan pergi ke rumah mertuanya terlebih dulu. Apapun hasil bertemu kedua orang tua Deasy itu, harapan Dewa adalah menuntaskan semua malam ini juga dengan pembicaraan secara baik-baik.Dua koper berukuran besar di letakkan Dewa di teras rumah berlantai 2 dan terletak di salah satu kawasan elit di Jakarta Selatan dengan gamang. Keadaan rumah sepi, selama 6 bulan dia tinggalkan kamar pengantinnya dan terbang menuju ke New York tanpa pernah merasakan jadi penghuni rumah seutuhnya."Bapak sama Ibu sudah nunggu di ruang tengah, Mas."Dewa keluar dari lamunan sesaatnya saat seorang asisten rumah tangga membuka pintu utama dan memberitahukan soal sambutan sang tuan rumah."Oke, Mbak." Dewa tinggalkan dua kopernya di teras, sedangkan tas ranselnya di kursi ruang tamu. Ruang tengah yang di maks
Baca selengkapnya

Anak Yang Hilang

Kirana Larasati.Satu nama yang sontak buat Dewa menganga tak percaya, bahkan masalahnya dengan Deasy jadi berangsur sirna untuk sesaat."Iya, ini aku Kirana. Teman SMA dulu. Aku ini yang dulu suka ngerecokin, nyusahin kamu." Untuk lebih meyakinkan Dewa, Kirana terpaksa ungkapkan istilah yang hanya mereka berdua ketahui. "Kamu adalah suami cadanganku. Ingat, kan?"Tejo ikut terperanjat, sampai kemudian lari memberitahukan Surti agar sekalian menyiapkan minuman untuk wanita yang sudah sejak dulu memang sudah dekat dengan mereka.Kirana adalah putri dari salah seorang jenderal polisi, sekaligus politikus ternama yang memiliki beberapa bisnis besar. Sebagai putri satu-satunya, Kirana selalu mendapatkan privelege terbaik dari Ayahnya, tapi tak membuat Kirana tumbuh jadi gadis sombong, tapi justru baik hati dan penuh empati."Tidak usah, Pak. Saya nggak bisa lama-lama. Tadi cuma pengen mampir buat mastiin saja kalau Dewa masih tinggal di sini.""Masuk Neng. Ibu kangen, lho." Surti tak lepa
Baca selengkapnya

Mimpi Buruk Datang Dari Masa Lalu

Tak lama kemudian, beberapa pria tegap dan berpakaian serba hitam keluar dari mobil berjenis Range Rover, mereka berjalan berlarian mendekati Rizal Wijaya. "Tuan Wijaya. Maafkan saya ... Saya harus di hukum ... Maafkan saya lengah tidak menjaga Anda, Tuan." ucap salah satu pria dengan napas terengah-engah. "Tidak apa-apa. Ini bukan kesalahan kalian. Aku memang ingin pergi sendiri. Aku merasa sudah cukup kuat kalau sekedar jalan-jalan malam." Brukk!!! Dewa yang berada di belakang Rizal Wijaya sontak terkejut, dan secara refleks menjadikan tubuhnya sebagai tameng agar pria yang baru saja dia selamatkan itu tidak sampai terjatuh ke tanah. "Tuan. Anda tidak apa-apa?" pertanyaan panik Dewa, tidak kalah kaget seperti para pengawal Rizal Wijaya. "Tuan!" Panggilan dari pria yang di ketahui adalah sang kepala pengawal Rizal Wijaya. "Bawa Tuan Wijaya ke mobil!" perintahnya pada anak buahnya, seraya mengambil alih peran Dewa sebagai penopang untuk memapah Rizal Wijaya kembali masuk ke
Baca selengkapnya

Pacar Settingan

"Kenapa kamu lakuin hal seperti itu lagi? Aku bisa atasi sendiri, yang di perlukan cuma negosiasi soal waktu. Uang itu akan aku bayar padamu segera, dan awas ya. Jangan di tolak!" Kirana semakin menyadari, Dewa telah tumbuh menjadi pria dewasa dan semakin terlihat sikap gentlemannya. "Iya iya, maaf. Belum juga siang, aku sudah lakuin 2 kesalahan di matamu, dan sekarang kamu jadi ngambek. Tapi aku lakuin itu semua bukan cuma karena aku peduli sama kalian, tapi aku nggak akan lupa sama kebaikan kalian dulu padaku." "Kami lakuin itu karena kamu juga baik pada kami." "Tidak juga, Dewa. Kalian itu apa-apanya tulus dari hati, dan tidak semua orang bisa seperti itu, terlebih sama aku. Tahu sendiri, dari dulu aku orangnya tipe pemberontak." "Tapi kayaknya sekarang lebih kalem? Dulukan agak tomboy," ucap Dewa, menelusuri sekilas penampilan Kirana yang jauh berbeda. "Tapi masih cantik, kan?" Dewa tersenyum malu dan spontan jadi kikuk. Kirana seperti telah membaca pikirannya. "Tap
Baca selengkapnya

Mempermainkan Di balas Di permainkan

"Tidak untuk saat ini." Napas tertahan Sektetaris Li jadi endapan yang menyesak di dadanya. "Kenapa, Tuan? Bukankah ini akan menyulitkan Anda bila ingin lebih dekat dengan putra Anda?" "Awalnya aku juga berpikir seperti itu, tapi aku tidak mau ambil resiko besar lagi buat keselamatan jiwanya. Daniel semakin berharga bagiku sekarang." Sekretaris Li berikan anggukan hormat menyetujui. "Anda benar, Tuan. Setelah ini saya akan teruskan perintah Anda soal keberadaan makam Sari di mana tepatnya pada detektif Poltak." "Iya, dan juga dimana keberadaan surat Ayah yang di berikan padanya. Aku masih punya keyakinan kalau Sari sudah memberikannya pada seseorang tapi kita belum tahu itu siapa." "Benar. Tuan Anthony bukan hanya berikan surat biasa, tapi katanya ada beberapa dokumen yang terbawa Sari pada waktu kejadian itu. Sayang sekali Tuan Anthony sudah terkena stroke dan tidak bisa ceritakan pada kita." "Dewa ... Apa itu termasuk nama yang di inginkan Ayah sebagai pengganti identita
Baca selengkapnya

Tawaran Menggiurkan

"Kamu ngomong apa? Aku nggak ngerti." Dewa letakkan berkas yang sempat dia baca pada bagian depannya saja, kemudian mendekati Deasy. Dewa raih tangan istrinya ini, tapi di tampik secara kasar oleh Deasy. "Apa sih, nggak usah pegang-pegang! Aku jijik!" bentak Deasy, semakin terlihat sifat aslinya. Sekretaris Li tertunduk trenyuh. Tidak ada dalam sejarah keluarga Wijaya, para prianya mendapat perlakuan seperti yang di lakukan Deasy ini, tapi untuk sementara ini Sekretaris Li hanya bisa terdiam. "Kita bicarakan ini nanti di tempat lain. Jangan di sini ya. Aku masih ada tamu." Dewa masih berusaha bersabar. "Malu." Ia berharap akan pengertian Deasy. "Tidak bisa!" bentak Deasy tak mau tahu, sehingga membuat Anjay merasa ikut turun tangan. "Bu Deasy. Saya antar keluar dulu ya." Anjay juga berusaha sopan, meski dalam hati sudah geregetan. "Pak Dewa nggak lama, kok." "Nggak usah!" balasan ketus Deasy. "Biar kliennya Dewa ini juga tahu, siapa orang yang akan dia ajak kerjasama ini."
Baca selengkapnya

Aku Ingin Ikut Denganmu

"Iya, baiklah. Saya akan terima tawaran itu." Senyuman lebar Sekretaris Li mengembang. Dalam batin, seandainya bisa katakan siapa sebenarnya Dewa ini, maka seharusnya tak perlu proses seperti ini. Keputusan soal keamanan Dewa memang harus di ambil demi penerus keluarga Wijaya selanjutnya. "Kalau begitu, segera tanda tangani dokumen kesepakatan ini, Tuan Muda." "Tu tu tuan muda?" "Oh, maaf. Saking senangnya, sampai panggilan itu keluar begitu saja dari mulut saya. Tapi tak apa, kan? Tuan Besar Wijaya sangat menyukai Anda sejak bertemu pertama kali malam itu. Asal Anda tahu, Tuan besar tidak pernah merasa terkesan begitu besar pada seseorang seperti pada Anda, dan sekarang saya jadi tahu apa alasannya. Anda anak muda yang baik hati dan pantas dapat panggilan itu." "Tak apa, sih .... Tapi ...." Dewa jadi malu sendiri, garuk-garuk kepala meski tak gatal. Seumur-umur baru kali ini di perlakukan berbeda dari klien. "Deal!" ucap Sekretaris Li menyela. "Dokumen ini sudah Anda tand
Baca selengkapnya

Hinaan Verbal

Seperti biasanya, Dewa tak bisa menolak begitu saja permintaan dari Kirana. Kalau dulu menganggap kehadiran Kirana seperti saudara perempuan yang tidak pernah dia miliki, meski ada perasaan cinta terpendam, namun kini Dewa merasa sosok Kirana jadi seperti sesuatu berharga yang tak ingin hilang lagi dari hidupnya. "Jadi seperti itu. Cowok itu ngebet banget pengen ketemu berdua aja dulu, karena dia tahu aku nggak setuju sama perjodohan ini." Akhir cerita Kirana selama perjalanan. Walaupun harus terpecah dua konsentrasi dengan fokus menyetir motornya, tapi Dewa sudah paham kemana arah cerita Kirana. "Jadi kamu masih kekeh cari pacar settingan?" tanya Dewa, menoleh sedikit ke belakang. "Iya. Temen kamu ada kan? Atau pegawaimu tadi, atau siapa kek, cuman buat sekali dua kali momen aja, asal cowok itu tahu aku sudah punya pacar. Soalnya dia kayak nggak percaya, gitu." "Kita sampai," ucap Dewa sekaligus menghentikan laju motornya di depan sebuah gedung kantor. Dewa turun lantas memba
Baca selengkapnya

Dua Sisi Seorang Dewa

Setelah pembicaraan tanpa titik temu, karena Dewa masih kukuh tak bisa katakan pembicaraannya dengan Harry Tanu, Dewa memaksakan diri berpamitan, meski mendapatkan cacian dan makian berupa kata-kata merendahkan lagi. "Dewa. Kenapa kamu meski diam aja, sih waktu di kata-katain begitu?!" Justru Kirana yang berikan sikap tidak terima. "Seandainya tidak ada Aldi, aku sudah maki-maki balik tuh bapak sama anak. Mulutnya minta di karetin dua deh kayaknya, ngomongnya pedes banget!" Kirana hentikan langkah cepat Dewa sewaktu menuju ke lift. "Karena mereka memang benar." "Apanya?!" Nada bicara Kirana masih meninggi. "Aku nggak bisa bicara jujur karena janjiku sama Pak Harry Tanu, dan soal pengacara ingusan ... Itu memang aku yang masih terlalu idealis." "Terus maksudmu ajak aku masuk ke sana dan bilang statusku adalah pacarmu itu apa?" "Soal itu ... aku mengatakannya dengan ju ..." "Kirana!" panggilan dari pria muda yang merupakan adik Alex telah menghentikan ucapan Dewa dan membu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status