Semua Bab Dimanja Suami Pembawa Sial: Bab 551 - Bab 560

581 Bab

Bab 551

Sean menundukkan kepala tanpa berkata apa-apa.Tiffany mendengus sambil meletakkan handuk, lalu duduk dengan tenang di meja makan. Dia mengambil sendok dan mulai mencicipi setiap hidangan. "Ayah, jangan buang-buang waktu bicara sama dia.""Ini cuma sekadar makan malam. Keluarga Japardi jelas mampu membayarnya.""Benar juga."Bronson mendengus dingin. "Hari ini aku lepasin kamu supaya orang lain nggak menganggap Keluarga Japardi nggak tahu membedakan yang benar dan salah. Kami nggak akan bawa seseorang pulang, lalu mengusirnya lagi.""Cuma sekali makan saja, tentu kami mampu bayar." Kata-kata Bronson penuh dengan sindiran dan ketidakpedulian. Seolah-olah Sean bukanlah tamu di sini, melainkan seorang pengemis yang dibawa pulang oleh tuan rumah.Namun, Sean tetap tersenyum padanya. "Terima kasih atas kemurahan hati Ayah Mertua."Setelah berkata demikian, pria itu duduk di meja makan dengan elegan, tepat di hadapan Tiffany. Wanita itu memutar matanya. Semakin dia menghindari sesuatu, hal i
Baca selengkapnya

Bab 552

"Kalau begitu, temani aku main satu ronde."Bronson tersenyum tipis. "Sudah lama nggak ada yang main catur denganku. Tiffany nggak bisa main. Xavier juga jarang datang ke sini ...."Sean tersenyum dan duduk di hadapan Bronson dengan anggun. "Xavier pandai main catur?""Biasa saja." Bronson tersenyum dan mulai meletakkan bidaknya. Sejujurnya, sejak awal dia cukup menyukai Sean sebagai anak muda yang berbakat. Seandainya saja kejadian di masa lalu tidak terjadi ....Bronson mungkin tidak akan menentang hubungan Tiffany dan Sean. Namun, apa yang sudah terjadi tidak bisa dihapus begitu saja.Tiffany sudah menegaskan bahwa antara dia dan Sean tidak akan ada masa depan. Sebagai seorang ayah, Bronson juga tidak ingin ikut campur lebih jauh. Namun, membiarkan Sean menemaninya bermain catur seharusnya tidak masalah."Kalau ada kesempatan, aku bisa menantang Xavier main catur untuk melihat siapa yang lebih unggul." Sean tersenyum tipis dan mulai meletakkan bidak hitamnya.Saat mulai bermain catu
Baca selengkapnya

Bab 553

Ekspresi Bronson agak berubah. Dia berdeham pelan. "Aku bukan ayahmu, perhatikan kata-katamu."Sean tersenyum tipis. "Setidaknya dulu pernah, bukan?"Bronson meliriknya sekilas, lalu melirik ke arah dapur tempat Tiffany sedang mencuci piring. "Kamu buat posisiku jadi sulit. Kalau kamu memanggilku 'ayah', aku tahu kamu sedang memanggilku, tapi aku nggak bisa menjawabnya.""Kalau aku menjawab, Tiffany pasti akan marah."Sean tetap tersenyum ringan. "Kalau begitu, sementara ini kita pakai 'Paman Bronson' saja. Nanti kita lihat lagi soal itu."Bronson mengangguk pelan. "Hm."Begitu berkata demikian, dia sadar ada yang tidak beres. Dia mengangkat kepalanya dan menatap Sean tajam. "Apa maksudmu 'nanti kita lihat'? Kita nggak akan ada hubungan apa-apa lagi di masa depan!"Sean menyeringai, seakan ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi saat itu Tiffany sudah selesai mencuci piring dan keluar dari dapur. Dengan gerakan yang anggun dan tegas, wanita itu melepas celemeknya, lalu menatap Sean dengan
Baca selengkapnya

Bab 554

Namun, pada akhirnya dia tetap harus belajar mengemudi. Tidak mungkin setiap kali Arlo dan Arlene pergi ke TK, ke rumah sakit, atau sekadar bermain di luar, dia harus selalu meminta bantuan Xavier, bukan?Meskipun Xavier saat ini hidup bebas tanpa banyak beban, Tiffany sebagai seorang ibu tunggal tetap harus menjaga batasan. Mereka bisa dekat, tapi ada Batasan yang tidak boleh dilewati.Tidak peduli apa yang dikatakan orang lain katakan, mereka sendiri akan merasa canggung jika batasan itu sampai dilampaui. Jadi, akhirnya Tiffany memutuskan untuk mengambil SIM sendiri. Pada hari dia mendapatkan SIM, Xavier menghadiahkannya mobil ini.Saat itu, pria itu bahkan bercanda dengan mengatakan bahwa akhirnya dia terbebas dari tugas menjadi sopir mereka bertiga. Mengingat hal-hal di masa lalu, Tiffany hanya bisa menghela napas dan menggelengkan kepala.Xavier benar-benar sahabat yang sangat baik. Selama bertahun-tahun, perhatiannya terhadap Tiffany tidak kalah dari Julie.Di mata kedua anaknya,
Baca selengkapnya

Bab 555

Cahaya di mata Sean perlahan meredup. Kejadian lima tahun lalu ... Niken menanganinya dengan terlalu bersih. Semua orang yang terlibat dalam kejadian itu, hampir semuanya, telah "disingkirkan" oleh Niken.Tidak ada satu pun saksi atau bukti.Bahkan korban dan orang terakhir yang mengetahui kebenaran, Niken sendiri, telah meninggal dunia lima tahun lalu karena kelelahan mental dan fisik.Memang ... dia tidak menemukan bukti apa pun yang bisa membuktikan ayahnya tidak bersalah atau bahwa ibu Tiffany yang salah."Nggak ada jawaban, 'kan?"Tiffany menatapnya dengan ekspresi penuh kepastian, seolah dia sudah memperkirakan jawaban itu. "Kalau nggak ada jawaban, silakan turun.""Hubungan kita nggak lebih dari sekadar teman di masa lalu. Sekarang, kamu cuma keluarga pasien dan aku cuma dokternya. Aku nggak ingin terlibat lebih jauh. Tolong turun."Sean menutup matanya dan menghela napas panjang. Akhirnya, dia membuka pintu dan turun dari mobil.BMW merah itu melaju di jalanan kota dan menghila
Baca selengkapnya

Bab 556

Dua anak kecil itu naik ke mobil. Arlene melompat riang, sementara Arlo tetap tenang dan bersikap dewasa."Hati-hati di jalan." Xavier mengulurkan kedua tangannya ke arah Tiffany.Tiffany mengangguk, tersenyum cerah, lalu mendekatinya untuk memberikan pelukan singkat. "Hari ini merepotkanmu lagi.""Nggak perlu bahas merepotkan atau nggak di antara kita." Xavier tersenyum, lalu melambaikan tangan kepada kedua anak di dalam mobil.Baru setelah itu Tiffany berbalik, masuk ke mobil, dan menyalakan mesin.....Dari kejauhan, semua yang terjadi di depan vila itu jelas terlihat oleh Sean.Ekspresi di matanya terus berubah. Dari kegembiraan saat melihat anak-anak, berubah menjadi kegelapan saat melihat Xavier, hingga akhirnya dipenuhi kemarahan ketika melihat Xavier dan Tiffany berpelukan.Tangan Sean mengepal erat.Xavier, tunggulah!Melihat betapa alami dan terbiasanya mereka berpelukan, jelas ini bukan pertama kalinya. Membayangkan selama lima tahun ini Tiffany dan Xavier berpelukan seperti
Baca selengkapnya

Bab 557

Asrama karyawan seluas 90 meter persegi itu didekorasi dengan hangat dan nyaman. Dindingnya dihiasi wallpaper kelinci pink yang menggemaskan dan hampir semua dekorasi di rumah itu bertema kelinci imut.Tiffany mengeluarkan kunci dan membuka pintu, lalu menyalakan lampu temaram. "Arlo, Arlene, ganti baju dulu, Mama siapkan air untuk mandi.""Oke!"Arlene tersenyum ceria. "Mama, aku ganti baju dulu, ya!"Sebaliknya, Arlo memasukkan satu tangan ke saku dan hanya menatap Tiffany dengan tatapan tajam. "Mama lagi menghadapi kasus medis yang sulit?"Tiffany yang sedang melepas mantel tertegun sejenak, lalu menoleh sambil tersenyum melihat anak yang tampak dewasa itu. "Kenapa kamu tanya begitu?""Karena sepanjang jalan tadi wajah Mama muram, tapi kau mencoba tersenyum seolah semuanya baik-baik saja. Kalau bukan karena kasus sulit di rumah sakit, berarti ada seseorang yang lagi mendekatimu."Bocah kecil itu melepas jaketnya dengan santai, lalu duduk di sofa dengan sikap anggun. "Jadi, Bu Tiffan
Baca selengkapnya

Bab 558

Di bawah, Sean yang mengenakan pakaian serba hitam bersandar di mobilnya dan menatap ke atas. Arlo mendecakkan lidah, lalu memutar mata dengan ekspresi sebal.Pria itu terlihat sangat rapi dan formal, tapi ternyata seorang penguntit? Tidak heran ibunya terlihat kesal sepanjang hari. Jika seorang wanita diikuti oleh pria seperti ini, siapa pun pasti akan merasa terganggu.Namun, tidak perlu khawatir.Tiffany masih punya Arlo, anaknya yang genius!Arlo segera berlari kecil dengan sandal rumahnya untuk kembali ke ruang tamu. Dia melirik ke arah kamar mandi untuk memastikan Tiffany masih sibuk dengan Arlene, lalu diam-diam mengambil ponsel ibunya dari dalam tas.Dia memeriksa riwayat panggilan, pesan, dan obrolan WhatsApp.Kosong.Arlo kembali mencibir dalam hati. 'Sepertinya Mama benar-benar membenci pria itu, sampai-sampai nggak memberikan kontak apa pun!'Arlo segera meletakkan kembali ponsel Tiffany di tempatnya, lalu berlari ke kamarnya. Dari laci meja belajar, dia mengambil ponsel la
Baca selengkapnya

Bab 559

"Arlo?"Tiffany baru saja mengeringkan rambut Arlene, menyuruhnya masuk ke kamar, lalu menguras bak mandi. Namun saat kembali ke ruang tamu, Arlo masih berdiri di balkon sambil membawa ember kecil untuk berpura-pura menyiram tanaman.Tiffany mengernyit. "Arlo, sudah malam. Mandi, lalu tidur!""Tanaman Mama itu sukulen. Kalau disiram terlalu banyak, malah bisa busuk.""Oh."Arlo yang mengenakan piama biru muda, menjawab santai, lalu mengambil ember kosongnya dan berjalan kembali ke ruang tamu.Sambil lewat, dia menutup pintu balkon dengan santai. "Mama dan Arlene tidur saja dulu. Aku mau mandi.""Baik."Tiffany mengusap kepala anaknya yang pengertian. "Cepat mandinya, ya. Jangan malah asyik main air di kamar mandi.""Tahu!" Arlo menyeringai, lalu masuk ke kamar mandi dan menutup pintu rapat-rapat.Baru setelah itu Tiffany menguap kecil sambil berbalik masuk ke kamar Arlene. Dia mengambil buku dongeng, lalu merebahkan diri di tempat tidur. "Terakhir kali kita sampai mana?""Sampai Putri
Baca selengkapnya

Bab 560

Sejak berusia tiga tahun dan mulai menyadari identitas gendernya, Arlo sudah tidur sendiri di kamarnya. Sementara itu, Tiffany tidur satu kamar dengan Arlene.Hanya sesekali saat mengalami mimpi buruk, Arlo akan membawa bantalnya dan bergabung dengan mereka di tempat tidur.Malam itu, Tiffany tidur nyenyak.....Keesokan paginya, saat matahari baru saja terbit, pintu kamar Arlo terbuka. Bocah itu diam-diam membuka pintu kamar ibunya dan mengintip ke dalam.Benar saja. Di atas tempat tidur, dua "kelinci" besar dan kecil masih tidur nyenyak.Arlo menggelengkan kepalanya, menghela napas pasrah, lalu beranjak ke dapur dengan membawa bangku kecil.Tinggi badannya masih belum cukup, jadi dia harus berdiri di atas bangku untuk mengoperasikan blender dan mesin pembuat susu kedelai. Dia menuangkan kacang kedelai, air, dan gula ke dalam mesin susu kedelai.Setelah itu, dia meletakkan telur ke dalam alat perebus telur dan memasukkan roti ke dalam pemanggang. Kemudian, dia mengambil bakpau dan pan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
545556575859
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status