Share

Bab 553

Penulis: Clarissa
Ekspresi Bronson agak berubah. Dia berdeham pelan. "Aku bukan ayahmu, perhatikan kata-katamu."

Sean tersenyum tipis. "Setidaknya dulu pernah, bukan?"

Bronson meliriknya sekilas, lalu melirik ke arah dapur tempat Tiffany sedang mencuci piring. "Kamu buat posisiku jadi sulit. Kalau kamu memanggilku 'ayah', aku tahu kamu sedang memanggilku, tapi aku nggak bisa menjawabnya."

"Kalau aku menjawab, Tiffany pasti akan marah."

Sean tetap tersenyum ringan. "Kalau begitu, sementara ini kita pakai 'Paman Bronson' saja. Nanti kita lihat lagi soal itu."

Bronson mengangguk pelan. "Hm."

Begitu berkata demikian, dia sadar ada yang tidak beres. Dia mengangkat kepalanya dan menatap Sean tajam. "Apa maksudmu 'nanti kita lihat'? Kita nggak akan ada hubungan apa-apa lagi di masa depan!"

Sean menyeringai, seakan ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi saat itu Tiffany sudah selesai mencuci piring dan keluar dari dapur. Dengan gerakan yang anggun dan tegas, wanita itu melepas celemeknya, lalu menatap Sean dengan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
Sean Tiffany bersatu lagi, Zara juli siapa pasangan mereka, juli mungkin mark, Zara Carles savier sama siapa ya
goodnovel comment avatar
Sham Irsyahim
update lebih lagi aah minnn.singkat sgt..x puas baca..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 554

    Namun, pada akhirnya dia tetap harus belajar mengemudi. Tidak mungkin setiap kali Arlo dan Arlene pergi ke TK, ke rumah sakit, atau sekadar bermain di luar, dia harus selalu meminta bantuan Xavier, bukan?Meskipun Xavier saat ini hidup bebas tanpa banyak beban, Tiffany sebagai seorang ibu tunggal tetap harus menjaga batasan. Mereka bisa dekat, tapi ada Batasan yang tidak boleh dilewati.Tidak peduli apa yang dikatakan orang lain katakan, mereka sendiri akan merasa canggung jika batasan itu sampai dilampaui. Jadi, akhirnya Tiffany memutuskan untuk mengambil SIM sendiri. Pada hari dia mendapatkan SIM, Xavier menghadiahkannya mobil ini.Saat itu, pria itu bahkan bercanda dengan mengatakan bahwa akhirnya dia terbebas dari tugas menjadi sopir mereka bertiga. Mengingat hal-hal di masa lalu, Tiffany hanya bisa menghela napas dan menggelengkan kepala.Xavier benar-benar sahabat yang sangat baik. Selama bertahun-tahun, perhatiannya terhadap Tiffany tidak kalah dari Julie.Di mata kedua anaknya,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 555

    Cahaya di mata Sean perlahan meredup. Kejadian lima tahun lalu ... Niken menanganinya dengan terlalu bersih. Semua orang yang terlibat dalam kejadian itu, hampir semuanya, telah "disingkirkan" oleh Niken.Tidak ada satu pun saksi atau bukti.Bahkan korban dan orang terakhir yang mengetahui kebenaran, Niken sendiri, telah meninggal dunia lima tahun lalu karena kelelahan mental dan fisik.Memang ... dia tidak menemukan bukti apa pun yang bisa membuktikan ayahnya tidak bersalah atau bahwa ibu Tiffany yang salah."Nggak ada jawaban, 'kan?"Tiffany menatapnya dengan ekspresi penuh kepastian, seolah dia sudah memperkirakan jawaban itu. "Kalau nggak ada jawaban, silakan turun.""Hubungan kita nggak lebih dari sekadar teman di masa lalu. Sekarang, kamu cuma keluarga pasien dan aku cuma dokternya. Aku nggak ingin terlibat lebih jauh. Tolong turun."Sean menutup matanya dan menghela napas panjang. Akhirnya, dia membuka pintu dan turun dari mobil.BMW merah itu melaju di jalanan kota dan menghila

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 556

    Dua anak kecil itu naik ke mobil. Arlene melompat riang, sementara Arlo tetap tenang dan bersikap dewasa."Hati-hati di jalan." Xavier mengulurkan kedua tangannya ke arah Tiffany.Tiffany mengangguk, tersenyum cerah, lalu mendekatinya untuk memberikan pelukan singkat. "Hari ini merepotkanmu lagi.""Nggak perlu bahas merepotkan atau nggak di antara kita." Xavier tersenyum, lalu melambaikan tangan kepada kedua anak di dalam mobil.Baru setelah itu Tiffany berbalik, masuk ke mobil, dan menyalakan mesin.....Dari kejauhan, semua yang terjadi di depan vila itu jelas terlihat oleh Sean.Ekspresi di matanya terus berubah. Dari kegembiraan saat melihat anak-anak, berubah menjadi kegelapan saat melihat Xavier, hingga akhirnya dipenuhi kemarahan ketika melihat Xavier dan Tiffany berpelukan.Tangan Sean mengepal erat.Xavier, tunggulah!Melihat betapa alami dan terbiasanya mereka berpelukan, jelas ini bukan pertama kalinya. Membayangkan selama lima tahun ini Tiffany dan Xavier berpelukan seperti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 557

    Asrama karyawan seluas 90 meter persegi itu didekorasi dengan hangat dan nyaman. Dindingnya dihiasi wallpaper kelinci pink yang menggemaskan dan hampir semua dekorasi di rumah itu bertema kelinci imut.Tiffany mengeluarkan kunci dan membuka pintu, lalu menyalakan lampu temaram. "Arlo, Arlene, ganti baju dulu, Mama siapkan air untuk mandi.""Oke!"Arlene tersenyum ceria. "Mama, aku ganti baju dulu, ya!"Sebaliknya, Arlo memasukkan satu tangan ke saku dan hanya menatap Tiffany dengan tatapan tajam. "Mama lagi menghadapi kasus medis yang sulit?"Tiffany yang sedang melepas mantel tertegun sejenak, lalu menoleh sambil tersenyum melihat anak yang tampak dewasa itu. "Kenapa kamu tanya begitu?""Karena sepanjang jalan tadi wajah Mama muram, tapi kau mencoba tersenyum seolah semuanya baik-baik saja. Kalau bukan karena kasus sulit di rumah sakit, berarti ada seseorang yang lagi mendekatimu."Bocah kecil itu melepas jaketnya dengan santai, lalu duduk di sofa dengan sikap anggun. "Jadi, Bu Tiffan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 558

    Di bawah, Sean yang mengenakan pakaian serba hitam bersandar di mobilnya dan menatap ke atas. Arlo mendecakkan lidah, lalu memutar mata dengan ekspresi sebal.Pria itu terlihat sangat rapi dan formal, tapi ternyata seorang penguntit? Tidak heran ibunya terlihat kesal sepanjang hari. Jika seorang wanita diikuti oleh pria seperti ini, siapa pun pasti akan merasa terganggu.Namun, tidak perlu khawatir.Tiffany masih punya Arlo, anaknya yang genius!Arlo segera berlari kecil dengan sandal rumahnya untuk kembali ke ruang tamu. Dia melirik ke arah kamar mandi untuk memastikan Tiffany masih sibuk dengan Arlene, lalu diam-diam mengambil ponsel ibunya dari dalam tas.Dia memeriksa riwayat panggilan, pesan, dan obrolan WhatsApp.Kosong.Arlo kembali mencibir dalam hati. 'Sepertinya Mama benar-benar membenci pria itu, sampai-sampai nggak memberikan kontak apa pun!'Arlo segera meletakkan kembali ponsel Tiffany di tempatnya, lalu berlari ke kamarnya. Dari laci meja belajar, dia mengambil ponsel la

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 559

    "Arlo?"Tiffany baru saja mengeringkan rambut Arlene, menyuruhnya masuk ke kamar, lalu menguras bak mandi. Namun saat kembali ke ruang tamu, Arlo masih berdiri di balkon sambil membawa ember kecil untuk berpura-pura menyiram tanaman.Tiffany mengernyit. "Arlo, sudah malam. Mandi, lalu tidur!""Tanaman Mama itu sukulen. Kalau disiram terlalu banyak, malah bisa busuk.""Oh."Arlo yang mengenakan piama biru muda, menjawab santai, lalu mengambil ember kosongnya dan berjalan kembali ke ruang tamu.Sambil lewat, dia menutup pintu balkon dengan santai. "Mama dan Arlene tidur saja dulu. Aku mau mandi.""Baik."Tiffany mengusap kepala anaknya yang pengertian. "Cepat mandinya, ya. Jangan malah asyik main air di kamar mandi.""Tahu!" Arlo menyeringai, lalu masuk ke kamar mandi dan menutup pintu rapat-rapat.Baru setelah itu Tiffany menguap kecil sambil berbalik masuk ke kamar Arlene. Dia mengambil buku dongeng, lalu merebahkan diri di tempat tidur. "Terakhir kali kita sampai mana?""Sampai Putri

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 560

    Sejak berusia tiga tahun dan mulai menyadari identitas gendernya, Arlo sudah tidur sendiri di kamarnya. Sementara itu, Tiffany tidur satu kamar dengan Arlene.Hanya sesekali saat mengalami mimpi buruk, Arlo akan membawa bantalnya dan bergabung dengan mereka di tempat tidur.Malam itu, Tiffany tidur nyenyak.....Keesokan paginya, saat matahari baru saja terbit, pintu kamar Arlo terbuka. Bocah itu diam-diam membuka pintu kamar ibunya dan mengintip ke dalam.Benar saja. Di atas tempat tidur, dua "kelinci" besar dan kecil masih tidur nyenyak.Arlo menggelengkan kepalanya, menghela napas pasrah, lalu beranjak ke dapur dengan membawa bangku kecil.Tinggi badannya masih belum cukup, jadi dia harus berdiri di atas bangku untuk mengoperasikan blender dan mesin pembuat susu kedelai. Dia menuangkan kacang kedelai, air, dan gula ke dalam mesin susu kedelai.Setelah itu, dia meletakkan telur ke dalam alat perebus telur dan memasukkan roti ke dalam pemanggang. Kemudian, dia mengambil bakpau dan pan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 561

    "Sean, kenapa pagi sekali bangunnya?"Di dalam kamar rumah sakit. Sambil menyuapi Sanny bubur, Conan melirik ke arah Sean yang sedang bersandar di pintu sambil bermain ponsel. "Sudah lama aku nggak melihatmu sebahagia ini."Sejak pertama kali Conan mengenal Sanny tiga tahun lalu, dia sudah melihat Sean sebagai pria yang dingin dan tak berperasaan.Bahkan dari awal mereka hanya sebatas rekan kerja, hingga akhirnya menjadi ipar, selama tiga tahun terakhir, Conan tidak pernah melihat Sean tersenyum.Sean selalu terlihat tenang, acuh tak acuh, seolah segala hal di dunia ini tidak ada hubungannya dengannya. Sanny pernah berkata, hati Sean telah kosong. Itulah sebabnya dia bersikap seperti itu.Namun, sejak tadi pagi hingga sekarang, Sean sudah beberapa kali tersenyum saat menatap ponselnya."Nggak bisa tidur, jadi aku bangun lebih awal."Sean tersenyum tipis menatap Conan dan Sanny dengan ekspresi santai. "Setelah menjadi orang tua, apa kalian pernah merasa terlalu bersemangat sampai sulit

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 581

    Setelah berkata demikian, wanita itu langsung melepaskan tangan Sean dan berlari menuju kamar tempat Brandon berada. Sean tetap berdiri di tempatnya dan matanya menyipit tajam.Tak lama kemudian, ambulans rumah sakit pun tiba. Tiffany bersama staf hotel mengangkat Brandon ke atas tandu dan ikut pergi bersama ambulans.Saat hendak naik ke ambulans di luar hotel, dia melihat Sean berdiri di pintu masuk hotel dan memandangnya dengan tatapan suram. Wanita itu menggertakkan giginya dan langsung menutup pintu ambulans.Sean ... tidak pantas!Jelas-jelas hubungan mereka sudah berbeda dari lima tahun lalu. Meskipun Sean ingin mendekatinya kembali, itu tetap membutuhkan waktu. Sekarang hubungan mereka masih terasa asing, tetapi Sean sudah berani melakukan hal seperti itu terhadap orang yang mendekatinya.Selain itu, Brandon adalah seorang pasien!Tadi Brandon sudah memberi tahu Sean bahwa jantungnya bermasalah. Namun, Sean tetap saja bertarung dengan Brandon hingga membuatnya pingsan.Setelah l

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 580

    "Pertama, aku nggak enak membicarakan masa lalu di antara kami di depannya secara langsung. Aku takut itu akan membangkitkan kenangan menyakitkan baginya.""Kedua, Dokter Tiffany masih belum kenyang. Nggak mungkin kita mengganggunya bahkan saat dia sedang makan, 'kan?"Brandon berpikir sejenak dan merasa itu masuk akal. Dia pun bangkit dan berucap, "Dokter Tiffany, silakan lanjut makan. Kami akan keluar sebentar untuk mengobrol."Tiffany bahkan belum sempat bereaksi. Kedua pria itu sudah bangkit dan turun dengan lift bersama.Tiffany termangu sesaat. Kemudian, dia berdiri untuk mengejar mereka. Namun, setelah mengambil dua langkah, akhirnya dia berhenti.Sudahlah. Terserah mereka mau melakukan apa. Lagi pula, dia ingin menjauh dari kedua pria ini. Jadi, kalau mereka pergi bersama, itu justru lebih baik.Dengan tenang, Tiffany melanjutkan makannya. Sesudah selesai, dia bahkan membayar tagihan di restoran.Sepuluh menit kemudian, saat turun ke lobi hotel, dia mendengar suara panik dari m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 579

    Restoran di Grand Oriental, restoran bintang lima, sunyi senyap.Demi mengundang Tiffany dan Sean makan, Brandon meminta manajer hotel untuk mengosongkan seluruh restoran. Di dalam restoran yang luas itu, hanya ada tiga orang, yaitu Brandon, Tiffany, dan Sean.Di sebuah meja persegi panjang, ketiganya duduk dalam posisi yang aneh. Tiffany duduk di satu sisi, sementara Brandon dan Sean duduk di sisi lainnya.Dari sudut pandang mereka berdua, Tiffany seperti sedang berhadapan langsung dengan masing-masing dari mereka.Tak lama setelah mereka duduk, pelayan mulai menyajikan semua hidangan. Sean duduk di kursi yang empuk, tersenyum tipis sambil menatap meja makan di depannya.Jelas sekali, Brandon benar-benar telah berusaha keras untuk Tiffany. Jika tidak, bagaimana mungkin seluruh meja dipenuhi makanan yang sesuai dengan selera Tiffany?Memikirkan hal ini, Sean mengangkat alisnya sedikit, lalu menatap Tiffany sambil bertanya kepada Brandon dengan suara datar, "Semua ini makanan favorit Ti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 578

    Brandon mengernyit, menatap Tiffany dengan curiga. "Jadi, kalian berdua di dalam itu ...."Tiffany hanya merasa kepalanya semakin pusing. Dia menarik napas dalam-dalam. "Barusan mantan suamiku sakit, aku hanya merawatnya."Brandon memiliki banyak koneksi di rumah sakit. Tiffany tidak ingin semua orang di rumah sakit mengetahui hubungan serta perkembangan antara dirinya dan Sean.Jadi, dia tersenyum tipis ke arah Brandon. "Kamu juga tahu, dokter harus memiliki hati yang penuh belas kasih.""Dia memang mantan suamiku, tapi saat dia sakit dan butuh perawatan, aku nggak mungkin tinggal diam."Brandon langsung menatap Tiffany dengan mata berbinar. "Dokter memang seperti yang aku bayangkan, benar-benar malaikat kecil yang baik hati!"Tiffany terdiam untuk sesaat. Kemudian, dia berdeham pelan. "Bukannya kamu bilang ingin aku memeriksamu? Kemarilah ...."Brandon langsung berlari kecil ke arah Tiffany. "Maaf sudah merepotkanmu."Tiffany berdeham dua kali. "Duduk dulu, aku akan memeriksamu ...."

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 577

    Usai berbicara, Tiffany mengambil jasnya dan keluar dari kamar.Di luar, Brandon menatapnya dengan penuh kekaguman. "Dokter, sudah setengah bulan kita nggak bertemu, kamu tetap secantik seperti biasanya."Tiffany mengerutkan alisnya, lalu meliriknya sekilas dengan ekspresi datar. "Cari tempat duduk saja. Sebenarnya jantungmu sudah nggak ada masalah lagi. Tapi kalau kamu masih merasa khawatir, aku akan melakukan pemeriksaan sederhana.""Baik! Baik!" Brandon menatapnya dengan terkagum-kagum. "Aku akan pesan kamar sekarang ...."Tiffany langsung mengernyit. "Kita cuma berdua, jangan pesan kamar."Setelah berkata demikian, Tiffany melirik ke arah area duduk di kejauhan yang biasanya digunakan untuk menikmati pemandangan dari atas. "Kita duduk di sana saja."Brandon menggigit bibir dan bergumam, "Justru aku suka kalau cuma berdua denganmu ...."Tiffany mengambil barang-barangnya, lalu berjalan ke tempat duduk itu. Sementara itu, Brandon tampak sedikit enggan, tetapi tetapi mengikuti dari be

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 576

    Makanya, selama 5 tahun ini, Tiffany menjalani hidupnya sendirian.Kini, dia akhirnya bertemu kembali dengan Sean. Namun, dia tidak tahu apakah dia seharusnya kembali bersama Sean atau tetap memegang kebencian masa lalu dan melanjutkan semuanya seperti sebelumnya ....Namun, saat ini dalam pelukan ini, Tiffany bisa merasa tenang tanpa rasa bersalah sedikit pun."Tiff." Suara rendah pria itu terdengar.Tiffany menggigit bibir, lalu bergumam pelan, "Apa?""Apa ada cara ...." Sean memejamkan matanya, suaranya rendah dan serius. "Supaya aku bisa terbiasa makan makanan pedas?""Aku nggak ingin melihatmu mengorbankan kesukaanmu demi aku, juga nggak ingin hanya bisa melihatmu menikmati makanan favoritmu tanpa bisa ikut menikmatinya. Aku ingin ....""Jangan pikir yang aneh-aneh!" Tiffany menggigit bibirnya. "Pencernaanmu nggak kuat. Tubuhmu memang nggak tahan terhadap kapsaisin. Itu sudah bawaan lahir, jadi jangan dipikirkan lagi!""Tapi ....""Nggak ada tapi-tapian." Seperti 5 tahun lalu, ket

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 575

    Ketika Tiffany kembali ke kamar, bubur putih di nakas masih belum disentuh. Tiffany meletakkan obat yang baru dibelinya dari apotek, lalu menoleh ke arah Sean. "Nggak sesuai selera ya? Kenapa nggak dimakan?"Pria yang bersandar di ujung ranjang itu sudah melepas jaketnya, hanya mengenakan kemeja tipis dengan dua kancing atas terbuka. Ada sedikit noda keringat di kemejanya, membuatnya terlihat sangat seksi.Saat ini, Sean sedang bersandar dan menatap Tiffany dengan tatapan menggoda sekaligus lemah. "Nggak bisa makan."Tiffany merasa hatinya agak bergetar karena sikap Sean ini. Dia memalingkan wajah dan berdeham pelan. "Kalaupun nggak selera makan, kamu tetap harus makan. Pencernaanmu sedang buruk ...."Melihat keadaan Sean yang lemah, Tiffany mulai menyesali keputusannya. Saat diundang makan, seharusnya dia tidak membawa pria ini ke restoran dengan hidangan pedas hanya karena kesal.Dia tahu betul bahwa Sean tidak bisa makan pedas, tetapi tetap saja memesan berbagai macam hidangan pedas

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 574

    Tiba-tiba, masuk pesan dari Sanny yang dipenuhi antusiasme.[ Dik, gimana? Tadi aku dengar dari suster, Tiffany pergi dengan seorang pria tampan dan wajahnya merah. Ke mana kamu membawanya? ]Sean tersenyum getir, lalu mengambil ponselnya untuk membalas.[ Sejak kapan kamu begitu peduli dengan urusanku dan Tiffany? ][ Seharusnya aku sudah peduli sejak lama. ]Di seberang telepon, wajah Sanny dipenuhi penyesalan.[ Sayangnya, dulu aku nggak ngerti perasaan antara pria dan wanita. Kalau aku ngerti, aku pasti nggak akan .... ][ Tapi, semua itu sudah berlalu. Sekarang tugasmu adalah merebut kembali Tiffany dan membawa kembali dua anak itu! ]Sean tersenyum tipis.[ Aku juga ingin begitu. ]Saat mengetik kalimat itu di ponselnya, Sean mengangkat kepalanya dan memandang ke arah dapur. Bibirnya membentuk senyuman tipis.[ Hanya saja ... jalannya masih panjang dan berliku. ]Di ujung telepon, Sanny mengernyit.[ Kalau begitu, kamu harus terus semangat. Kalau kamu bisa merebut kembali Tiffany

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 573

    "Tiff." Sean mengangkat pandangannya dan menatapnya. "Dulu aku memang salah. Aku ... nggak pernah benar-benar berusaha memahami dirimu. Aku pikir, apa yang kamu tunjukkan di depanku adalah perasaan yang sesungguhnya."Tatapan Sean yang dalam kini dipenuhi penyesalan. "Seharusnya aku menyadarinya sejak awal. Dengan sifatmu yang begitu lembut, tentu saja ... kamu bersedia berpura-pura hanya demi membuatku bahagia."Sambil berkata begitu, Sean tersenyum. "Sekarang, biarkan aku yang membahagiakanmu. Apa lagi yang kamu suka, tapi belum kamu katakan padaku? Katakan saja."Tiffany menatap wajahnya yang semakin pucat. Wajahnya sendiri menjadi merah karena panik. "Jangan bicara lagi! Ikut aku kembali ke rumah sakit!"Namun, Sean malah berusaha menenangkannya. "Aku baik-baik saja.""Baik-baik saja apanya?" Suara Tiffany mulai bergetar. Dia nyaris menangis. "Kamu sendiri tahu perutmu lemah, 'kan?""Makanan pedas bisa melukai lambungmu! Dua tahun lalu kamu sakit maag, sekarang kamu malah ceroboh s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status