Share

Bab 558

Penulis: Clarissa
Di bawah, Sean yang mengenakan pakaian serba hitam bersandar di mobilnya dan menatap ke atas. Arlo mendecakkan lidah, lalu memutar mata dengan ekspresi sebal.

Pria itu terlihat sangat rapi dan formal, tapi ternyata seorang penguntit? Tidak heran ibunya terlihat kesal sepanjang hari. Jika seorang wanita diikuti oleh pria seperti ini, siapa pun pasti akan merasa terganggu.

Namun, tidak perlu khawatir.

Tiffany masih punya Arlo, anaknya yang genius!

Arlo segera berlari kecil dengan sandal rumahnya untuk kembali ke ruang tamu. Dia melirik ke arah kamar mandi untuk memastikan Tiffany masih sibuk dengan Arlene, lalu diam-diam mengambil ponsel ibunya dari dalam tas.

Dia memeriksa riwayat panggilan, pesan, dan obrolan WhatsApp.

Kosong.

Arlo kembali mencibir dalam hati. 'Sepertinya Mama benar-benar membenci pria itu, sampai-sampai nggak memberikan kontak apa pun!'

Arlo segera meletakkan kembali ponsel Tiffany di tempatnya, lalu berlari ke kamarnya. Dari laci meja belajar, dia mengambil ponsel la
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
Sean kena batunya, dikerjain sama anaknya sendiri yg udah ditelantarin selama 5 tahun, rasain Sean emang enak, itu hukuman buat kamu yang lebih memilih keluarga dibanding istrimu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 559

    "Arlo?"Tiffany baru saja mengeringkan rambut Arlene, menyuruhnya masuk ke kamar, lalu menguras bak mandi. Namun saat kembali ke ruang tamu, Arlo masih berdiri di balkon sambil membawa ember kecil untuk berpura-pura menyiram tanaman.Tiffany mengernyit. "Arlo, sudah malam. Mandi, lalu tidur!""Tanaman Mama itu sukulen. Kalau disiram terlalu banyak, malah bisa busuk.""Oh."Arlo yang mengenakan piama biru muda, menjawab santai, lalu mengambil ember kosongnya dan berjalan kembali ke ruang tamu.Sambil lewat, dia menutup pintu balkon dengan santai. "Mama dan Arlene tidur saja dulu. Aku mau mandi.""Baik."Tiffany mengusap kepala anaknya yang pengertian. "Cepat mandinya, ya. Jangan malah asyik main air di kamar mandi.""Tahu!" Arlo menyeringai, lalu masuk ke kamar mandi dan menutup pintu rapat-rapat.Baru setelah itu Tiffany menguap kecil sambil berbalik masuk ke kamar Arlene. Dia mengambil buku dongeng, lalu merebahkan diri di tempat tidur. "Terakhir kali kita sampai mana?""Sampai Putri

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 560

    Sejak berusia tiga tahun dan mulai menyadari identitas gendernya, Arlo sudah tidur sendiri di kamarnya. Sementara itu, Tiffany tidur satu kamar dengan Arlene.Hanya sesekali saat mengalami mimpi buruk, Arlo akan membawa bantalnya dan bergabung dengan mereka di tempat tidur.Malam itu, Tiffany tidur nyenyak.....Keesokan paginya, saat matahari baru saja terbit, pintu kamar Arlo terbuka. Bocah itu diam-diam membuka pintu kamar ibunya dan mengintip ke dalam.Benar saja. Di atas tempat tidur, dua "kelinci" besar dan kecil masih tidur nyenyak.Arlo menggelengkan kepalanya, menghela napas pasrah, lalu beranjak ke dapur dengan membawa bangku kecil.Tinggi badannya masih belum cukup, jadi dia harus berdiri di atas bangku untuk mengoperasikan blender dan mesin pembuat susu kedelai. Dia menuangkan kacang kedelai, air, dan gula ke dalam mesin susu kedelai.Setelah itu, dia meletakkan telur ke dalam alat perebus telur dan memasukkan roti ke dalam pemanggang. Kemudian, dia mengambil bakpau dan pan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 561

    "Sean, kenapa pagi sekali bangunnya?"Di dalam kamar rumah sakit. Sambil menyuapi Sanny bubur, Conan melirik ke arah Sean yang sedang bersandar di pintu sambil bermain ponsel. "Sudah lama aku nggak melihatmu sebahagia ini."Sejak pertama kali Conan mengenal Sanny tiga tahun lalu, dia sudah melihat Sean sebagai pria yang dingin dan tak berperasaan.Bahkan dari awal mereka hanya sebatas rekan kerja, hingga akhirnya menjadi ipar, selama tiga tahun terakhir, Conan tidak pernah melihat Sean tersenyum.Sean selalu terlihat tenang, acuh tak acuh, seolah segala hal di dunia ini tidak ada hubungannya dengannya. Sanny pernah berkata, hati Sean telah kosong. Itulah sebabnya dia bersikap seperti itu.Namun, sejak tadi pagi hingga sekarang, Sean sudah beberapa kali tersenyum saat menatap ponselnya."Nggak bisa tidur, jadi aku bangun lebih awal."Sean tersenyum tipis menatap Conan dan Sanny dengan ekspresi santai. "Setelah menjadi orang tua, apa kalian pernah merasa terlalu bersemangat sampai sulit

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 562

    Satu kamar lagi untuk putrinya, dengan tema merah muda dan dipenuhi boneka berbulu lembut dan gaun kecil yang cantik. Meskipun dia belum mengakui kedua anaknya secara resmi, hanya dengan membayangkan ini semua, dia sudah merasa sangat bersemangat.Mata Sean bahkan berbinar penuh kebahagiaan."Melihatmu sesenang itu ... berarti Tiffany nggak menolakmu?" Sanny menatap Sean dengan senyum tak berdaya dan bersandar di kepala tempat tidur. "Kalau dia mau memberimu kesempatan, kejarlah dia sekuat tenaga.""Dia belum memberiku kesempatan." Sean kembali sadar dari lamunannya, tetapi tatapan matanya tetap penuh semangat saat menatap Sanny."Meskipun dia ngagk memberiku kesempatan, aku tetap akan berusaha mendapatkannya kembali. Jadi, Kakak ... kalau kali ini aku ingin bersama Tiffany, apa kamu masih akan menghalangiku?"Sanny menggelengkan kepalanya. "Kalau kamu bisa mendapatkannya kembali, aku bukan cuma nggak bakal menghalangimu, aku bahkan akan memberi restu dan meminta maaf pada kalian.""Du

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 563

    Pukul 08.00 pagi.Setelah mengantar Arlo dan Arlene ke taman kanak-kanak, Tiffany bergegas ke rumah sakit dengan mobilnya. Begitu masuk ke kantor, kepala departemen langsung menyambutnya dengan semangat."Tiffany! Hari ini ada pasien VIP yang mau pemeriksaan kesehatan, dan dia khusus minta kamu yang menanganinya."Sambil melepas mantelnya dan mengenakan jas putih, Tiffany mengernyit dalam-dalam."Aku yang melakukan pemeriksaan?" Dia menatap kepala departemen yang sudah mulai botak, ekspresinya penuh keraguan. "Anda nggak lagi bercanda, 'kan?""Rumah sakit ini punya peralatan medis lengkap, ada departemen khusus untuk pemeriksaan kesehatan. Kalau pasien ingin check-up, bukankah seharusnya langsung ke sana? Aku ini dokter spesialis, bukan petugas skrining kesehatan. Itu bukan tugas utamaku.""Tentu saja aku tahu itu bukan tugasmu!" Kepala departemen mengikuti langkah Tiffany dengan ekspresi canggung. "Kalau memang tugasmu, aku nggak perlu repot menunggumu sejak pagi, bukan?"Dia berdeham

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 564

    "Baik!"Melihat Tiffany membawa berkas dan berjalan semakin jauh, kepala departemen mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang dengan penuh semangat."Pak Sean, dia setuju!"....Sementara itu, Tiffany memeriksa pasien-pasiennya satu per satu dan mengunjungi setiap kamar. Pasien terakhir dalam daftarnya adalah Sanny yang baru saja menjalani operasi kemarin.Tiffany mengernyit halus, merasa sedikit enggan. Namun pada akhirnya, dia menarik napas panjang dan melangkah ke arah kamar Sanny.Sebagai dokter, dia tidak bisa membiarkan masalah pribadi menghalanginya dalam menjalankan tugas. Bagaimanapun juga, ini adalah nyawa seseorang.Sambil berjalan, Tiffany mengingat kembali perkataan Nancy sebelum dia meninggal."Tiffany, kalau kamu ingin jadi dokter, kejar impianmu. Jangan menyerah cuma karena ayah dan ibumu adalah pebisnis. Seumur hidupku, aku pernah menyakiti banyak orang karena kebencian dan kepentingan. Kalau kamu jadi dokter, itu bisa menjadi cara untuk menebus kesalahanku."Mengi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 565

    "Tiffany, pasien VIP ... maksudku, tamu spesial kita sudah menunggumu di lobi lantai satu. Kamu bisa langsung ke sana."Begitu Tiffany keluar dari kamar Sanny, kepala departemen yang botak itu langsung menyambutnya dengan wajah penuh antusiasme."Semangat, ya! Pastikan kamu membuat pasien ini senang, demi kemajuan departemen kita! Nasib peralatan baru untuk kuartal berikutnya ada di tanganmu!"Tiffany tersenyum canggung, sedikit merasa tertekan dengan ekspektasi ini."Aku ... akan berusaha."Sejak Nancy meninggal, hidupnya hanya berpusat pada membesarkan Arlo dan Arlene. Dia hampir tidak pernah merawat orang lain, apalagi menjadi pemandu pribadi untuk pemeriksaan kesehatan seseorang.Baginya, ini adalah pekerjaan yang membuang waktu.Namun sekarang ...."Huf ...." Dia menghela napas panjang. Baiklah. Jika ini bisa dianggap sebagai balas budi untuk kepala departemen, dia akan melakukannya.Setelah menata kembali emosinya, Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah ke dalam lift.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 566

    "Mereka semua bilang, kalau Tuan berlutut sambil membawa bunga mawar di hadapan mereka, mereka pasti akan menangis di tempat dan langsung memaafkanmu!"Sean mengernyit saat mendengar ucapan Genta di earphone, lalu menggigit bibirnya erat-erat. "Aku akan percaya padamu sekali lagi."Setelah berkata begitu, pria itu menarik napas dalam-dalam. Dengan membawa mawar di tangannya, dia berjalan perlahan ke arah Tiffany. Dia berlutut dengan satu kaki, lalu menatapnya dengan serius. "Tiff.""Semua yang terjadi di masa lalu memang nggak bisa kita ubah, tapi tolong beri aku satu kesempatan untuk mengenalmu kembali. Kita bisa mengintrospeksi diri dan memulai dari awal."Pria itu mengangkat matanya yang hitam, menatap Tiffany dengan sungguh-sungguh. "Halo, namaku Sean."Tiffany menyipitkan matanya. Mengenal kembali? Betapa bodohnya ide ini. Kalau Sean bukan klien pentingnya hari ini, dia pasti sudah pergi.Tidak, sebelum pergi, dia harus menendangnya dulu dan berkata, "Sean, sadarlah. Aku sekarang

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 577

    Usai berbicara, Tiffany mengambil jasnya dan keluar dari kamar.Di luar, Brandon menatapnya dengan penuh kekaguman. "Dokter, sudah setengah bulan kita nggak bertemu, kamu tetap secantik seperti biasanya."Tiffany mengerutkan alisnya, lalu meliriknya sekilas dengan ekspresi datar. "Cari tempat duduk saja. Sebenarnya jantungmu sudah nggak ada masalah lagi. Tapi kalau kamu masih merasa khawatir, aku akan melakukan pemeriksaan sederhana.""Baik! Baik!" Brandon menatapnya dengan terkagum-kagum. "Aku akan pesan kamar sekarang ...."Tiffany langsung mengernyit. "Kita cuma berdua, jangan pesan kamar."Setelah berkata demikian, Tiffany melirik ke arah area duduk di kejauhan yang biasanya digunakan untuk menikmati pemandangan dari atas. "Kita duduk di sana saja."Brandon menggigit bibir dan bergumam, "Justru aku suka kalau cuma berdua denganmu ...."Tiffany mengambil barang-barangnya, lalu berjalan ke tempat duduk itu. Sementara itu, Brandon tampak sedikit enggan, tetapi tetapi mengikuti dari be

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 576

    Makanya, selama 5 tahun ini, Tiffany menjalani hidupnya sendirian.Kini, dia akhirnya bertemu kembali dengan Sean. Namun, dia tidak tahu apakah dia seharusnya kembali bersama Sean atau tetap memegang kebencian masa lalu dan melanjutkan semuanya seperti sebelumnya ....Namun, saat ini dalam pelukan ini, Tiffany bisa merasa tenang tanpa rasa bersalah sedikit pun."Tiff." Suara rendah pria itu terdengar.Tiffany menggigit bibir, lalu bergumam pelan, "Apa?""Apa ada cara ...." Sean memejamkan matanya, suaranya rendah dan serius. "Supaya aku bisa terbiasa makan makanan pedas?""Aku nggak ingin melihatmu mengorbankan kesukaanmu demi aku, juga nggak ingin hanya bisa melihatmu menikmati makanan favoritmu tanpa bisa ikut menikmatinya. Aku ingin ....""Jangan pikir yang aneh-aneh!" Tiffany menggigit bibirnya. "Pencernaanmu nggak kuat. Tubuhmu memang nggak tahan terhadap kapsaisin. Itu sudah bawaan lahir, jadi jangan dipikirkan lagi!""Tapi ....""Nggak ada tapi-tapian." Seperti 5 tahun lalu, ket

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 575

    Ketika Tiffany kembali ke kamar, bubur putih di nakas masih belum disentuh. Tiffany meletakkan obat yang baru dibelinya dari apotek, lalu menoleh ke arah Sean. "Nggak sesuai selera ya? Kenapa nggak dimakan?"Pria yang bersandar di ujung ranjang itu sudah melepas jaketnya, hanya mengenakan kemeja tipis dengan dua kancing atas terbuka. Ada sedikit noda keringat di kemejanya, membuatnya terlihat sangat seksi.Saat ini, Sean sedang bersandar dan menatap Tiffany dengan tatapan menggoda sekaligus lemah. "Nggak bisa makan."Tiffany merasa hatinya agak bergetar karena sikap Sean ini. Dia memalingkan wajah dan berdeham pelan. "Kalaupun nggak selera makan, kamu tetap harus makan. Pencernaanmu sedang buruk ...."Melihat keadaan Sean yang lemah, Tiffany mulai menyesali keputusannya. Saat diundang makan, seharusnya dia tidak membawa pria ini ke restoran dengan hidangan pedas hanya karena kesal.Dia tahu betul bahwa Sean tidak bisa makan pedas, tetapi tetap saja memesan berbagai macam hidangan pedas

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 574

    Tiba-tiba, masuk pesan dari Sanny yang dipenuhi antusiasme.[ Dik, gimana? Tadi aku dengar dari suster, Tiffany pergi dengan seorang pria tampan dan wajahnya merah. Ke mana kamu membawanya? ]Sean tersenyum getir, lalu mengambil ponselnya untuk membalas.[ Sejak kapan kamu begitu peduli dengan urusanku dan Tiffany? ][ Seharusnya aku sudah peduli sejak lama. ]Di seberang telepon, wajah Sanny dipenuhi penyesalan.[ Sayangnya, dulu aku nggak ngerti perasaan antara pria dan wanita. Kalau aku ngerti, aku pasti nggak akan .... ][ Tapi, semua itu sudah berlalu. Sekarang tugasmu adalah merebut kembali Tiffany dan membawa kembali dua anak itu! ]Sean tersenyum tipis.[ Aku juga ingin begitu. ]Saat mengetik kalimat itu di ponselnya, Sean mengangkat kepalanya dan memandang ke arah dapur. Bibirnya membentuk senyuman tipis.[ Hanya saja ... jalannya masih panjang dan berliku. ]Di ujung telepon, Sanny mengernyit.[ Kalau begitu, kamu harus terus semangat. Kalau kamu bisa merebut kembali Tiffany

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 573

    "Tiff." Sean mengangkat pandangannya dan menatapnya. "Dulu aku memang salah. Aku ... nggak pernah benar-benar berusaha memahami dirimu. Aku pikir, apa yang kamu tunjukkan di depanku adalah perasaan yang sesungguhnya."Tatapan Sean yang dalam kini dipenuhi penyesalan. "Seharusnya aku menyadarinya sejak awal. Dengan sifatmu yang begitu lembut, tentu saja ... kamu bersedia berpura-pura hanya demi membuatku bahagia."Sambil berkata begitu, Sean tersenyum. "Sekarang, biarkan aku yang membahagiakanmu. Apa lagi yang kamu suka, tapi belum kamu katakan padaku? Katakan saja."Tiffany menatap wajahnya yang semakin pucat. Wajahnya sendiri menjadi merah karena panik. "Jangan bicara lagi! Ikut aku kembali ke rumah sakit!"Namun, Sean malah berusaha menenangkannya. "Aku baik-baik saja.""Baik-baik saja apanya?" Suara Tiffany mulai bergetar. Dia nyaris menangis. "Kamu sendiri tahu perutmu lemah, 'kan?""Makanan pedas bisa melukai lambungmu! Dua tahun lalu kamu sakit maag, sekarang kamu malah ceroboh s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 572

    Setelah mengatakan itu, Tiffany berbalik dan pergi bersama Sean. Begitu keluar dari pintu utama, pria yang mengenakan setelan putih dengan aksen emas itu langsung menuju ke BMW merah milik Tiffany.Tiffany mengerutkan kening dan mengikutinya. "Pak Sean, kalau kamu yang mengundang makan, kenapa aku yang harus nyetir?""Karena aku nggak familier dengan tempat ini." Pria itu menyilangkan tangan dan bersandar di mobil. "Dari pertama kali aku mendengar nama kota ini sampai sekarang, belum genap 72 jam. Kamu rasa, apa mungkin aku tahu jalan atau tahu restoran mana yang enak?”Tiffany tidak bisa merespons. Benar juga, dia sampai lupa soal itu. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia membuka pintu mobil dan duduk di kursi pengemudi. Sementara itu, Sean yang bersetelan putih duduk di kursi penumpang dengan elegan.Tiffany menarik napas dalam-dalam. "Pak Sean ingin makan apa?”"Karena aku yang mengundangmu, tentu kamu yang harus pilih. Aku nggak terlalu pemilih soal makanan."Tiffany menyipitkan mata. "

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 571

    Adegan penuh gairah yang telah lama tertunda ini tidak berlangsung terlalu lama. Meskipun tubuhnya masih menuntut lebih, Sean tahu Tiffany yang sekarang sudah berbeda.Dulu Tiffany polos dan menggemaskan, masih seorang mahasiswa, bisa sesuka hati. Sean bisa membuatnya tidak sanggup turun dari ranjang.Namun, kini dia cerdas dan dewasa. Dia adalah dokter ternama dengan status yang tidak bisa diremehkan. Sean tidak bisa terlalu menyita waktunya, apalagi merusak reputasinya."Pak Sean." Setelah selesai merapikan diri, Tiffany keluar dari toilet dengan ekspresi canggung. "Anggap saja nggak ada yang pernah terjadi.""Tapi kuharap kamu menepati janjimu dengan mendonasikan 40 miliar untuk dana medis rumah sakit kami. Nggak boleh kurang sepeser pun."Setelah mengatakan itu, dia seperti teringat sesuatu dan menatap Sean dengan datar. "Oh ya, saat menyumbangkan dana itu, tolong pastikan 30 miliar dari dana itu digunakan untuk departemen bedah jantung. Terima kasih."Sean tersenyum santai sambil

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 570

    "Sean! Kamu gila ya!" Tiffany menggigit bibirnya, menahan amarah. "Ini rumah sakit!""Tapi, di sini ada ranjang." Sean menekan tubuhnya lebih erat. Bibirnya membentuk senyuman jahil. "Apa instruksi medisnya tadi? Apa Dok Tiff bisa mengulanginya untukku?"Tiffany memaki, "Dasar nggak tahu malu!""Aku cuma bertingkah nakal padamu." Sean mencium wajahnya, lalu turun ke lehernya dan menarik jasnya. Kemudian, dia terus mengecup ke bawah. "Tiff, aku sudah menahan diri selama 5 tahun.""Sejak kamu pergi, aku nggak pernah bersama wanita lain. Kamu tahu aku selalu seperti ini. Aku telah memikirkanmu selama 5 tahun. Sekarang kita bertemu lagi dan kamu berdiri di depanku mengatakan aku harus lebih sering melakukan ini. Gimana aku bisa menahan diri?"Tiffany tidak bisa berkata-kata. Sialan! Dia harus tahu siapa dokter urologi yang bertugas hari ini! Begitu dia tahu, dia akan langsung menghajarnya!Namun, ini bukan saatnya memikirkan bagaimana menangani dokter urologi itu! Sean telah mencium sampai

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 569

    Tiffany menghabiskan sepanjang pagi menemani Sean menjalani pemeriksaan. Karena hari ini ada beberapa perusahaan yang datang untuk pemeriksaan kesehatan kolektif, staf medis di departemen medical check-up pun sangat sibuk. Akibatnya, banyak pemeriksaan Sean yang harus dilakukan langsung oleh Tiffany sendiri.Meskipun Tiffany adalah spesialis bedah jantung, dia adalah orang yang rajin dan gemar belajar. Dia memahami semua prosedur dan alat yang biasa digunakan dalam pemeriksaan kesehatan di rumah sakit.Sepanjang pagi, Tiffany seperti lebah pekerja yang sibuk. Dia membawa Sean ke berbagai ruangan pemeriksaan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat.Dia tidak ingin berduaan terlalu lama dengan Sean, jadi dia sengaja mempercepat semua proses pemeriksaan.Saat jam menunjukkan pukul 10 pagi, Tiffany sudah berhasil menyelesaikan seluruh rangkaian pemeriksaan Sean."Ada beberapa hasil yang baru akan keluar besok, lainnya sudah tersedia." Tiffany berdiri di depan Sean dengan ma

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status