Share

Bab 557

Author: Clarissa
Asrama karyawan seluas 90 meter persegi itu didekorasi dengan hangat dan nyaman. Dindingnya dihiasi wallpaper kelinci pink yang menggemaskan dan hampir semua dekorasi di rumah itu bertema kelinci imut.

Tiffany mengeluarkan kunci dan membuka pintu, lalu menyalakan lampu temaram. "Arlo, Arlene, ganti baju dulu, Mama siapkan air untuk mandi."

"Oke!"

Arlene tersenyum ceria. "Mama, aku ganti baju dulu, ya!"

Sebaliknya, Arlo memasukkan satu tangan ke saku dan hanya menatap Tiffany dengan tatapan tajam. "Mama lagi menghadapi kasus medis yang sulit?"

Tiffany yang sedang melepas mantel tertegun sejenak, lalu menoleh sambil tersenyum melihat anak yang tampak dewasa itu. "Kenapa kamu tanya begitu?"

"Karena sepanjang jalan tadi wajah Mama muram, tapi kau mencoba tersenyum seolah semuanya baik-baik saja. Kalau bukan karena kasus sulit di rumah sakit, berarti ada seseorang yang lagi mendekatimu."

Bocah kecil itu melepas jaketnya dengan santai, lalu duduk di sofa dengan sikap anggun. "Jadi, Bu Tiffan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
arlo hebat, anak jenius karena lahir dari bibit unggul Sean, dan gen orang" hebat seperti Tiffany Niken Bronson dan derek
goodnovel comment avatar
Iin Hidayati
Setuju, baru baca udah habis
goodnovel comment avatar
ani febriani
kurang banyak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 558

    Di bawah, Sean yang mengenakan pakaian serba hitam bersandar di mobilnya dan menatap ke atas. Arlo mendecakkan lidah, lalu memutar mata dengan ekspresi sebal.Pria itu terlihat sangat rapi dan formal, tapi ternyata seorang penguntit? Tidak heran ibunya terlihat kesal sepanjang hari. Jika seorang wanita diikuti oleh pria seperti ini, siapa pun pasti akan merasa terganggu.Namun, tidak perlu khawatir.Tiffany masih punya Arlo, anaknya yang genius!Arlo segera berlari kecil dengan sandal rumahnya untuk kembali ke ruang tamu. Dia melirik ke arah kamar mandi untuk memastikan Tiffany masih sibuk dengan Arlene, lalu diam-diam mengambil ponsel ibunya dari dalam tas.Dia memeriksa riwayat panggilan, pesan, dan obrolan WhatsApp.Kosong.Arlo kembali mencibir dalam hati. 'Sepertinya Mama benar-benar membenci pria itu, sampai-sampai nggak memberikan kontak apa pun!'Arlo segera meletakkan kembali ponsel Tiffany di tempatnya, lalu berlari ke kamarnya. Dari laci meja belajar, dia mengambil ponsel la

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 559

    "Arlo?"Tiffany baru saja mengeringkan rambut Arlene, menyuruhnya masuk ke kamar, lalu menguras bak mandi. Namun saat kembali ke ruang tamu, Arlo masih berdiri di balkon sambil membawa ember kecil untuk berpura-pura menyiram tanaman.Tiffany mengernyit. "Arlo, sudah malam. Mandi, lalu tidur!""Tanaman Mama itu sukulen. Kalau disiram terlalu banyak, malah bisa busuk.""Oh."Arlo yang mengenakan piama biru muda, menjawab santai, lalu mengambil ember kosongnya dan berjalan kembali ke ruang tamu.Sambil lewat, dia menutup pintu balkon dengan santai. "Mama dan Arlene tidur saja dulu. Aku mau mandi.""Baik."Tiffany mengusap kepala anaknya yang pengertian. "Cepat mandinya, ya. Jangan malah asyik main air di kamar mandi.""Tahu!" Arlo menyeringai, lalu masuk ke kamar mandi dan menutup pintu rapat-rapat.Baru setelah itu Tiffany menguap kecil sambil berbalik masuk ke kamar Arlene. Dia mengambil buku dongeng, lalu merebahkan diri di tempat tidur. "Terakhir kali kita sampai mana?""Sampai Putri

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 560

    Sejak berusia tiga tahun dan mulai menyadari identitas gendernya, Arlo sudah tidur sendiri di kamarnya. Sementara itu, Tiffany tidur satu kamar dengan Arlene.Hanya sesekali saat mengalami mimpi buruk, Arlo akan membawa bantalnya dan bergabung dengan mereka di tempat tidur.Malam itu, Tiffany tidur nyenyak.....Keesokan paginya, saat matahari baru saja terbit, pintu kamar Arlo terbuka. Bocah itu diam-diam membuka pintu kamar ibunya dan mengintip ke dalam.Benar saja. Di atas tempat tidur, dua "kelinci" besar dan kecil masih tidur nyenyak.Arlo menggelengkan kepalanya, menghela napas pasrah, lalu beranjak ke dapur dengan membawa bangku kecil.Tinggi badannya masih belum cukup, jadi dia harus berdiri di atas bangku untuk mengoperasikan blender dan mesin pembuat susu kedelai. Dia menuangkan kacang kedelai, air, dan gula ke dalam mesin susu kedelai.Setelah itu, dia meletakkan telur ke dalam alat perebus telur dan memasukkan roti ke dalam pemanggang. Kemudian, dia mengambil bakpau dan pan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 561

    "Sean, kenapa pagi sekali bangunnya?"Di dalam kamar rumah sakit. Sambil menyuapi Sanny bubur, Conan melirik ke arah Sean yang sedang bersandar di pintu sambil bermain ponsel. "Sudah lama aku nggak melihatmu sebahagia ini."Sejak pertama kali Conan mengenal Sanny tiga tahun lalu, dia sudah melihat Sean sebagai pria yang dingin dan tak berperasaan.Bahkan dari awal mereka hanya sebatas rekan kerja, hingga akhirnya menjadi ipar, selama tiga tahun terakhir, Conan tidak pernah melihat Sean tersenyum.Sean selalu terlihat tenang, acuh tak acuh, seolah segala hal di dunia ini tidak ada hubungannya dengannya. Sanny pernah berkata, hati Sean telah kosong. Itulah sebabnya dia bersikap seperti itu.Namun, sejak tadi pagi hingga sekarang, Sean sudah beberapa kali tersenyum saat menatap ponselnya."Nggak bisa tidur, jadi aku bangun lebih awal."Sean tersenyum tipis menatap Conan dan Sanny dengan ekspresi santai. "Setelah menjadi orang tua, apa kalian pernah merasa terlalu bersemangat sampai sulit

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 562

    Satu kamar lagi untuk putrinya, dengan tema merah muda dan dipenuhi boneka berbulu lembut dan gaun kecil yang cantik. Meskipun dia belum mengakui kedua anaknya secara resmi, hanya dengan membayangkan ini semua, dia sudah merasa sangat bersemangat.Mata Sean bahkan berbinar penuh kebahagiaan."Melihatmu sesenang itu ... berarti Tiffany nggak menolakmu?" Sanny menatap Sean dengan senyum tak berdaya dan bersandar di kepala tempat tidur. "Kalau dia mau memberimu kesempatan, kejarlah dia sekuat tenaga.""Dia belum memberiku kesempatan." Sean kembali sadar dari lamunannya, tetapi tatapan matanya tetap penuh semangat saat menatap Sanny."Meskipun dia ngagk memberiku kesempatan, aku tetap akan berusaha mendapatkannya kembali. Jadi, Kakak ... kalau kali ini aku ingin bersama Tiffany, apa kamu masih akan menghalangiku?"Sanny menggelengkan kepalanya. "Kalau kamu bisa mendapatkannya kembali, aku bukan cuma nggak bakal menghalangimu, aku bahkan akan memberi restu dan meminta maaf pada kalian.""Du

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 563

    Pukul 08.00 pagi.Setelah mengantar Arlo dan Arlene ke taman kanak-kanak, Tiffany bergegas ke rumah sakit dengan mobilnya. Begitu masuk ke kantor, kepala departemen langsung menyambutnya dengan semangat."Tiffany! Hari ini ada pasien VIP yang mau pemeriksaan kesehatan, dan dia khusus minta kamu yang menanganinya."Sambil melepas mantelnya dan mengenakan jas putih, Tiffany mengernyit dalam-dalam."Aku yang melakukan pemeriksaan?" Dia menatap kepala departemen yang sudah mulai botak, ekspresinya penuh keraguan. "Anda nggak lagi bercanda, 'kan?""Rumah sakit ini punya peralatan medis lengkap, ada departemen khusus untuk pemeriksaan kesehatan. Kalau pasien ingin check-up, bukankah seharusnya langsung ke sana? Aku ini dokter spesialis, bukan petugas skrining kesehatan. Itu bukan tugas utamaku.""Tentu saja aku tahu itu bukan tugasmu!" Kepala departemen mengikuti langkah Tiffany dengan ekspresi canggung. "Kalau memang tugasmu, aku nggak perlu repot menunggumu sejak pagi, bukan?"Dia berdeham

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 564

    "Baik!"Melihat Tiffany membawa berkas dan berjalan semakin jauh, kepala departemen mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang dengan penuh semangat."Pak Sean, dia setuju!"....Sementara itu, Tiffany memeriksa pasien-pasiennya satu per satu dan mengunjungi setiap kamar. Pasien terakhir dalam daftarnya adalah Sanny yang baru saja menjalani operasi kemarin.Tiffany mengernyit halus, merasa sedikit enggan. Namun pada akhirnya, dia menarik napas panjang dan melangkah ke arah kamar Sanny.Sebagai dokter, dia tidak bisa membiarkan masalah pribadi menghalanginya dalam menjalankan tugas. Bagaimanapun juga, ini adalah nyawa seseorang.Sambil berjalan, Tiffany mengingat kembali perkataan Nancy sebelum dia meninggal."Tiffany, kalau kamu ingin jadi dokter, kejar impianmu. Jangan menyerah cuma karena ayah dan ibumu adalah pebisnis. Seumur hidupku, aku pernah menyakiti banyak orang karena kebencian dan kepentingan. Kalau kamu jadi dokter, itu bisa menjadi cara untuk menebus kesalahanku."Mengi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 565

    "Tiffany, pasien VIP ... maksudku, tamu spesial kita sudah menunggumu di lobi lantai satu. Kamu bisa langsung ke sana."Begitu Tiffany keluar dari kamar Sanny, kepala departemen yang botak itu langsung menyambutnya dengan wajah penuh antusiasme."Semangat, ya! Pastikan kamu membuat pasien ini senang, demi kemajuan departemen kita! Nasib peralatan baru untuk kuartal berikutnya ada di tanganmu!"Tiffany tersenyum canggung, sedikit merasa tertekan dengan ekspektasi ini."Aku ... akan berusaha."Sejak Nancy meninggal, hidupnya hanya berpusat pada membesarkan Arlo dan Arlene. Dia hampir tidak pernah merawat orang lain, apalagi menjadi pemandu pribadi untuk pemeriksaan kesehatan seseorang.Baginya, ini adalah pekerjaan yang membuang waktu.Namun sekarang ...."Huf ...." Dia menghela napas panjang. Baiklah. Jika ini bisa dianggap sebagai balas budi untuk kepala departemen, dia akan melakukannya.Setelah menata kembali emosinya, Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah ke dalam lift.

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 761

    Kepala Lena langsung terpelintir ke samping karena tamparan itu. Dia menjilat darahnya yang amis dan manis di sudut bibirnya, lalu menatap Miska yang menamparnya dengan tatapan yang dingin. "Kamu pikir kamu ini siapa?"Miska menatap Lena dengan dingin dan berkata, "Aku ini tunangan pria yang di dalam. Karena kamu, tunanganku baru jadi seperti sekarang. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku nggak akan memaafkanmu."Setelah menatap Miska dengan tatapan menyindir selama beberapa saat, Lena tertawa. "Kamu adalah tunangannya pria itu? Kalau begitu, kamu benar-benar kasihan. Kalau kamu nggak bilang, aku akan mengira kamu ini adiknya Tiffany. Kemungkinan besar, pria itu bersamamu karena menganggapmu sebagai pengganti Tiffany, 'kan?"Setelah mengatakan itu, Lena melanjutkan sambil menggelengkan kepala dan ekspresinya terlihat kasihan. "Sayang sekali. Meskipun sudah ada kamu yang sebagai pengganti, hatinya tetap nggak bisa melupakan Tiffany. Kalau nggak, dia juga nggak akan menabrak truk itu demi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 760

    "Aku Miska, panggil aku Miska saja." Gadis itu meremas tali ranselnya dan bertanya dengan cemas, "Katanya dia mau datang duluan untuk kasih kamu kejutan. Kenapa tiba-tiba kecelakaan?"Tiffany memejamkan matanya, tidak tahu harus menjelaskan dari mana untuk sesaat. Namun, dia tetap menatap gadis itu dan berkata, "Miska, kamu ... harus menyiapkan mentalmu. Cedera Xavier kelihatannya cukup parah."Miska tertegun, baru menyadari betapa serius situasinya. Mata bulatnya yang hitam sontak menjadi suram. "Dia ... dia nggak apa-apa, 'kan? Kami baru saja ... tunangan."Kalau saja Miska tidak menyebut itu, mungkin Tiffany bisa menahan diri. Namun, begitu kalimat itu dilontarkan, rasa sakit langsung menyayat hatinya.Semua ini salahnya. Karena kebaikannya sendiri, dia memberi celah bagi kakak beradik itu untuk menyakitinya.Seandainya hari itu dia berbicara terus terang kepada Sean soal kejadian tiga tahun lalu, seandainya dia membongkar kebohongan Vivi, mungkin Xavier yang jauh-jauh datang untuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 759

    Di belakang mereka mulai terdengar teriakan, ada yang mulai menelepon polisi. Suara sirene mobil patroli dan ambulans pun terdengar bersahut-sahutan.Tiffany terdiam dalam pelukan Sean, matanya masih tertutup oleh telapak tangan pria itu. Dia seperti boneka yang kehilangan jiwanya, bersandar lemas di dadanya."Xavier ... dia baik-baik saja, 'kan?""Dia akan baik-baik saja." Sean memeluknya erat. "Dia sudah dibawa ambulans untuk mendapatkan pertolongan. Kita ke sana ya.""Ya ...." Tiffany masih bersandar di pelukannya, suaranya lirih. "Sean, kamu yakin nggak salah lihat? Dia bilang besok baru sampai dan bawa tunangannya ke sini .... Gimana mungkin .... Nggak mungkin. Dia seharusnya masih di luar negeri sekarang ...."Nada suaranya pilu.Sean memeluknya lebih erat. "Mungkin dia mau kasih kejutan untukmu." Suara berat Sean terdengar serak. "Tadi dia telepon aku, tanya kamu di mana.""Aku bilang kamu di lembaga penelitian. Setelah itu, dia langsung matiin telepon. Sepertinya dia datang leb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 758

    "Tiff ... kamu benaran cuma butuh dua hari untuk menyelesaikan makalah serumit ini?"Di dalam kantor Risyad, Tiffany tersenyum sambil menatapnya. "Ini semua berkat bimbingan Pak Risyad yang luar biasa. Aku tahu kamu sangat menghargaiku, jadi aku nggak berani menyepelekan tugasku. Makanya, aku buru-buru menyelesaikannya."Risyad yang memakai kacamata tebal itu pun memancarkan kebanggaan dan kekaguman. "Anak muda memang luar biasa! Penuh semangat, penuh energi, dan punya kemampuan!"Saking semangatnya, Risyad menahan Tiffany untuk mengobrol. Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu dari luar, barulah Tiffany bisa terbebas dari pembicaraan panjang Risyad yang sangat antusias.Saat Tiffany keluar dari lembaga penelitian, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Matahari masih bersinar, tetapi cahayanya terasa lembut.Saat berdiri di depan gerbang lembaga penelitian, Tiffany meregangkan badan sambil menarik napas lega. Beban besar di hatinya akhirnya terangkat.Beberapa hari ke depan, tugasnya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 757

    Xavier dan tunangannya dijadwalkan tiba di Kota Aven tiga hari lagi. Agar punya waktu untuk menemani tunangan Xavier jalan-jalan di Kota Aven, Tiffany sampai mengambil cuti beberapa hari dari lembaga penelitian.Untungnya, pihak lembaga cukup pengertian. Meskipun Tiffany baru bekerja di sana, setiap kali dia meminta cuti, atasan selalu menyetujui tanpa banyak tanya."Tapi, Tiff ...." Suara Risyad terdengar dari seberang telepon, diiringi batuk kecil. "Aku ingat kamu janji, selama beberapa hari ini di rumah, kamu bakal menyelesaikan jurnal penelitianmu, 'kan?"Tiffany buru-buru mengangguk. "Tenang saja, Pak! Sebelum masa cuti habis, aku pasti akan kirim jurnal penelitianku ke lembaga! Aku nggak pernah ingkar janji kok!"Suaranya yang tegas dan meyakinkan membuat Risyad tertawa. "Oke, jangan sampai kamu ingkar janji ya!"Setelah mengobrol sebentar, Tiffany langsung merengek manja pada Sean untuk mengantarnya pulang agar bisa segera menulis jurnal.Meskipun mengatakan akan menyelesaikanny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 756

    Begitu selesai bicara, Xavier langsung mengakhiri panggilan.Di sisi lain, Tiffany masih memegang ponsel dengan perasaan yang menggebu-gebu. Xavier akhirnya menemukan cinta sejatinya! Bagi Tiffany, ini benar-benar adalah kabar bahagia!Selama lima tahun terakhir, Xavier selalu ada di sampingnya, menjaga janji yang pernah dia ucapkan pada mendiang ibunya. Tiffany bahkan sempat khawatir, apakah Xavier akan selamanya membujang demi merawatnya?Dia bahkan pernah berpikir, kalau dia akhirnya balikan dengan Sean dan meninggalkan Xavier begitu saja, bukankah itu terlalu kejam?Apalagi selama lima tahun ini, perhatian Xavier padanya benar-benar tak ada duanya. Bahkan, Xavier tidak sebaik itu terhadap adik kandungnya sendiri, Jayla.Tiffany benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Xavier. Kini, karena Xavier sudah menemukan cinta sejatinya, dia akhirnya merasa lega.Tak lama kemudian, Sean kembali ke mobil. Tiffany yang kini sudah tidak mengantuk, bersandar di kursi sambil terse

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 755

    Tak lama kemudian, mobil sampai di taman kanak-kanak.Meskipun Sean sudah sangat berhati-hati, suara gaduh dari luar mobil saat parkir tetap saja membangunkan Tiffany dari tidurnya.Mata wanita itu masih terlihat mengantuk, tetapi tetap terlihat jernih dan indah. Dia menguap dan menoleh ke luar jendela. "Sudah sampai ya."Setelah itu, dia mengangkat tangan untuk membuka pintu mobil, tetapi segera dihentikan oleh Sean.Pria itu tersenyum tipis, tampak tak berdaya. "Kalau masih ngantuk, jangan turun dulu. Biar aku saja yang antar mereka masuk. Kamu tunggu di mobil saja."Tiffany menggigit bibirnya, secara refleks menoleh menatap dua anak kecil di sampingnya. "Tapi ....""Sudahlah." Arlo menghela napas panjang. "Mama yang bodoh, istirahat saja di mobil. Kami turun dulu.""Betul! Mama istirahat saja ya!" Arlene ikut mengangguk sambil tersenyum lebar.Akhirnya, Tiffany pun ditinggal sendiri di dalam mobil, sementara ketiganya orang itu turun bersama.Bersandar di jok kulit mobil, Tiffany ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 754

    "Juga bakal jadi anak kecil yang gendut nanti," ucap Arlo yang mengikuti di belakang Sean dengan cemberut."Sembarangan! Arlene nggak bakal gendut!""Kamu bakal gendut!"Arlo menarik napas dalam-dalam. "Nggak masalah kalau Pak Sean antar kita ke sekolah setiap hari. Tapi, Mama juga harus ikut."Tiffany tertegun dan refleks bertanya, "Kenapa begitu?"Dia baru saja berpikir, kalau nanti anak-anak diantar Sean setiap hari, dia bisa bermalas-malasan di rumah dong ....Jujur saja, selama beberapa tahun ini, kecuali dalam kondisi khusus, semua urusan antar jemput anak-anak ke sekolah diurus oleh Tiffany sendiri. Itu cukup melelahkan.Sekarang dia akhirnya mendapat kesempatan untuk bermalas-malasan, tetapi anaknya malah tidak memberinya izin?"Buat menunjukkan kepemilikan." Arlo mencebik dan berkata dengan suara rendah, "Soalnya para ibu-ibu terus melihat Pak Sean kayak mau diterkam. Jadi, Mama harus selalu ikut. Kalau nggak, para guru juga bisa jadi gila."Tiffany tidak bisa berkata-kata. Ay

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 753

    Tiffany keluar dari kamar Sean dengan pipi memerah. Di luar pintu, dua bocah kecil yang memakai setelan jas kecil dan gaun kecil sedang berdiri manis, dengan tas kecil di punggung mereka. Mereka bersandar di dinding koridor seperti dua murid SD yang sedang dihukum berdiri.Melihat Tiffany keluar, Arlo cemberut dan mengedipkan mata dengan nakal. "Mama ini nggak tahan godaan, cepat banget ditaklukkan."Wajah Tiffany langsung memerah.Arlene yang melihat itu buru-buru berlari ke depan Tiffany dan melindunginya. "Kakak nggak boleh bicara kayak gitu ke Mama ya! Mama itu kayak Arlene, suka sama pria ganteng!"Arlo memutar bola matanya dengan pasrah. "Kalian sama-sama bucin."Arlene membalas dengan percaya diri, "Hmph! Kata Guru, cewek yang bucin itu lebih disukai!"Suara polos kedua anak itu seketika membuat hati Tiffany hangat dan senang. Dia tersenyum tipis, lalu berjongkok sambil mengelus kepala Arlene. "Mana PR yang butuh tanda tangan Mama?"Arlene cemberut dan berjinjit mendekat ke teli

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status