Tetangga Culunku Ternyata Big Boss

Tetangga Culunku Ternyata Big Boss

last updateLast Updated : 2024-02-29
By:  Vellichor_AnnCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
103Chapters
3.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Jevran, sang big boss, terpaksa harus menyamar menjadi pria culun demi menghindari perjodohan. Namun, di tengah misi, dia justru tak sengaja jatuh hati pada Naura, gadis cantik yang menjadi tetangganya. Parahnya lagi, Naura adalah adalah anak seorang kepala penyidik kepolisian yang sangat bertentangan dengan bisnis gelap yang digeluti keluarga Jevran! Lantas bagaimana kisah keduanya? Lalu, bagaimana reaksi Naura bila tahu identitas asli Jevran yang sangat bertolak belakang dengan profesi Ayah dan Kakak laki-lakinya?!

View More

Chapter 1

Jevran as Joko

Seorang pria berpenampilan culun, turun dari sebuah angkutan umum. Dia menatap rumah yang akan ditempatinya mulai hari ini. Rumah yang sederhana, jauh dari kata mewah.

Pria ini bukan orang sembarangan. Dia adalah Jevran. Cucu dari pengusaha kaya raya, Abimayu. Tapi, kenapa dia ada di sini? Jawabannya karena Jevran kabur dari rumah. Dia tidak mau mengikuti perjodohan orangtuanya untuk mendekatkan Jevran dengan anak temannya. Jevran tidak bodoh, dia tau orang itu menginginkan sesuatu dari perjodohan ini.

Jadi di sinilah Jevran--menyamar sebagai orang biasa yang datang dari kampung. Walaupun tau jika semua ini tidak mudah karena hidupnya selalu dilayani orang lain dan sukanya bergonta-ganti pasangan, hobinya membeli barang bermerek, tapi tak apa.

Sekarang, dia harus berpura-pura menjadi anak kampung yang sama sekali bukan gayanya.

"Ck, coba aja gak ada perjodohan konyol itu. Gue kan gak usah kabur gini. Ribet sendiri kan jadinya," gerutu Jevran pada dirinya sendiri.

Pria itu berjalan menuju halaman rumah dengan tas yang dibawanya. Untuk tas yang lain mungkin akan diangkut satu persatu, berhubung banyak sekali barang bawaannya. Itu semua ia beli untuk keperluannya di rumah baru. Ia sempat terkejut saat melewati pohon mangga, sebuah mangga jatuh ke atas kepalanya. Jevran hampir saja mengumpat jika tak menyadari ada perempuan di atas pohon sana. Pria itu menunduk menjaga sikap.

"Aduh, maaf. Sakit, mas?" tanya perempuan itu setelah turun dari pohon.

Jevran mendongak mendengar suara lembut itu. Astaga! Cantik sekali perempuan di hadapannya ini. Dia sangat malu ketika bertemu dengan perempuan cantik namun penampilannya seperti ini. Eh? Jevran menggelengkan kepalanya. Kenapa dia berpikir seperti itu? Dia kan sedang menyamar.

"Mas! Kok diem aja? Atau kepalanya jadi linglung ya?" kata sang gadis panik yang membuat Jevran kembali menggeleng.

"Engga! Gak apa-apa."

"Serius?"

"Iya."

Gadis itu menghela nafas lega. Ia memperhatikan penampilan pria di depannya dari atas sampai bawah. Rambutnya berponi rapih, menggunakan kacamata bulat, ada tompel di pipinya. Satu lagi, dia menggunakan baju kodok yang menurut Naura membuat orang ini terlihat semakin aneh.

Mendapat tatapan menilai dari gadis berkuncir kuda itu, Jevran berdehem. Seakan tersadar, gadis tadi menjulurkan tangannya. "Aku Naura. Nama kamu?"

Jevran membenarkan posisi kacamatanya yang merosot. Ia tidak salah dengar? Gadis ini mengajaknya berkenalan? Jevran tersenyum dalam hati. Mau dibuat sejelek apapun, memang aura tampannya tidak akan menghilang.

"Jevran," katanya membalas uluran tangan. Namun sedetik kemudian ia merutuki dirinya sendiri yang memperkenalkan diri dengan nama asli.

"Jevran? Nama kamu bagus."

"Jevran Joko Inir," balas Jevran cepat.

"Oh." Naura tertawa dan menurut pria di depannya, senyumannya sangat manis. "Jadi dipanggilnya Jevran?"

pria itu menggeleng cepat. "Jangan. Panggil Joko aja."

"Oke. Kamu dari kampung?"

"I-iya. Aku mau coba cari kerja di kota."

"Wah, padahal cari kerja di kota itu susah loh." Naura menggigit kulit mangga yang dipetiknya tadi. Jevran melihat kelakuan gadis di depannya hanya menatap ngeri. Cantik-cantik tapi kelakuannya seperti itu. Sudah manjat pohon, loncat begitu saja tanpa takut kaki patah, dan satu lagi mengupas kulit mangga dengan giginya.

Naura duduk di bawah pohon dengan memakan mangga, sedangkan Jevran memilih untuk membawa masuk barang-barangnya. Gadis itu memperhatikan lelaki yang baru saja menjadi tetangga barunya. Sejujurnya Naura sulit akrab dengan orang baru, namun melihat pemuda tadi sepertinya orang baik-baik. Jarang juga Naura bertemu dengan lelaki berpenampilan unik seperti Jevran.

Sampai selesai membawa masuk barang pertamanya, Naura masih ada di sana memperhatikan Jevran yang kembali keluar mengambil dua kardus.

'Dia kenapa ngeliatin terus? Gue kan jadi grogi,' batin Jevran mempercepat gerakannya.

"Jok, di baju Lo ada ulat!" Naura berteriak kemudian menutup mulutnya.

Jevran membulatkan matanya dan berteriak heboh. Demi apapun, Jevran membenci yang namanya ulat. Pria itu mencoba mengibaskan bajunya agar ulat itu pergi.

Naura yang tadinya tertawa langsung berhenti begitu Jevran berniat membuka bajunya. "Eh! Mau ngapain?!"

"Buang ulatnya," katanya yang memejamkan mata erat.

"Gak ada, aku cuma bercanda."

Jevran membuka matanya. "Jadi gak ada?"

"Engga. Lagian kamu tuh udah gede, masa takut sama ulat?" ejek Naura yang berjalan melewati Jevran begitu saja. Dia pulang ke rumahnya. Rumah di samping milik pria culun itu.

Kaca mata itu kembali dilepas oleh Jevran untuk mengusap keringat di wajahnya karena ketakutan. Dia tidak bohong soal takut pada ulat. Lututnya saja sampai lemas. Jevran tidak menyangka jika dia akan dikerjai di hari pertamanya pindah.

Pria itu kembali bergidik melihat pohon di depannya. Dengan cepat ia berlari ke dalam rumah dengan dua kardus terakhir miliknya.

Jevran, selamat menikmati kehidupan baru.

****

Pagi yang cerah secerah senyuman seorang gadis cantik yang terduduk di teras rumahnya. Dia tersenyum bukan tanpa alasan. Temannya baru saja mengirimkan pesan lucu di pagi hari.

Naura berdiri ketika adiknya keluar dengan seragam putih birunya. Namanya Ajun, dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

"Udah siap?" tanya Naura memainkan kunci motornya. Dia biasa mengantar jemput adiknya dengan motor kesayangannya ini.

"Sebentar, kak. Ada yang ketinggalan." Anak itu kembali berlari ke dalam rumah.

"Kebiasaan," gumam Naura. Tak sengaja gadis itu melihat tetangga barunya yang tak lain dan tak bukan adalah Jevran. Sepertinya pria itu habis dari luar. Terlihat juga tangannya menenteng kresek.

Naura berlari menghampiri Jevran. "Abis dari mana?"

"Beli bubur."

Sepertinya ada yang aneh. Naura menyipitkan matanya menatap lekat wajah Jevran. Merasa kaku, Jevran menelan ludahnya susah payah. Apa yang Naura pikirkan?

"Btw, tompel kamu pindah?"

"Hah?"

"Iya. Kemarin kayaknya aku liat ada di kanan, ko sekarang di kiri?"

Sudut bibir Jevran berkedut. Bisa-bisanya gadis ini detail seperti itu. Dia saja lupa dimana letak tompel ini seharusnya berada. "ka-kayaknya kamu salah liat."

"Gak mungkin. Aku inget ada di kanan kok," balas Naura cepat.

"Kan yang punya tompel ini aku. Masa aku salah," kata Jevran membenarkan kacamatanya. Menyebalkan sekali benda ini.

"Oh iya. Yang punya tompel kan kamu ya." Naura tertawa garing sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kak Naura! Loh, ini siapa?" Ajun yang menyusul Naura di buat terkejut dengan orang asing yang berbicara dengan kakaknya.

"Dia namanya Joko, tetangga baru kita. Jo, ini adikku. Namanya Ajun."

"Penampilannya kok gitu? Jelek," kata Ajun mulus, semulus pantat bayi. Untung saja Jevran bisa menahan mulutnya agar tidak mengeluarkan kata-kata mutiara.

"Ajun! Dia itu lebih tua dari kamu. Gak boleh ngomong kayak gitu." Naura menjeda ucapannya. "Terlalu jujur namanya."

Jevran benar-benar dibuat kesal oleh kelakuan kakak beradik dihadapannya. Namun apa boleh buat? Dia kan sedang menyamar, jadi harus menjaga image sebagai anak baik.

Naura teesenyum lebar. "Bercanda. Yaudah, kita duluan, ya. Nanti takut Ajun telat. Selamat menikmati buburnya."

Gadis itu menggiring adiknya kembali ke halaman rumah untuk mengambil motor. Jevran menghela nafas lelah. Untung saja anak bernama Ajun itu masih bocah, kalau tidak sudah dia tampar mulutnya dengan dollar.

****

Siangnya Jevran pergi ke kantor miliknya, dengan penampilan culun. Orang-orang kantor menatapnya aneh, tapi Jevran tidak memperdulikannya. Ia naik ke lift begitu saja dan menerobos masuk saat sekuriti mencoba menahannya.

Sampai di ruangan yang di tuju, Jevran tak menemukan kehadiran orang yang dicarinya. Pria itu duduk di kursi kebesaran. Dia mengangkat kaki ke atas meja dan menunggu kedatangan sekretarisnya.

Tak lama pintu terbuka menampilkan sosok pria dengan berbagai berkas di tangannya. Betapa terkejutnya ia melihat orang asing masuk ke ruangan bos. Apalagi sampai menaikan kaki ke atas meja.

"Siapa kamu? Sedang apa kamu di sini?!"

"Masa gak kenal?" kata Jevran memutar bola matanya malas.

"Jangan sok kenal kamu sama saya! Ini ruangan bos saya. Keluar atau saya panggilkan sekuriti?"

Jevran menurunkan kakinya. Satu persatu ia melepas kacamatanya, tompelnya, dan terakhir mengacak rambut rapihnya. "Mau manggil sekuriti?"

"Jevran?"

"Parah banget gak ngenalin gue. Lo mau potong gaji?" candanya.

"Eh, jangan! Lagian Lo ngapain jadi kayak gini? Terus Lo kemana aja? Bokap Lo datang ke kantor buat nyari Lo. Kabur Lo dari rumah? Mana di telepon gak aktif," tanya Jerry selaku teman sekaligus sekertaris Jevran.

Jevran membuang nafasnya kasar. "Gue ganti nomor."

"Hah? Kenapa?"

"Gue mau dijodohin, jadi gue kabur dari rumah. Gue yakin kalau mereka cuma ngincer duit doang. Mereka tau kalau kekayaan kakek langsung diwariskan sama cucunya, gue."

"Terus kantor gimana kalau gak ada Lo?" tanya Jerry.

"Gue titip sama Lo, ya. Kalau ada sesuatu Lo bisa kabarin gue. Tapi jangan sering-sering, nanti ada yang curiga. Terus Lo juga gak boleh kasih tau siapapun kalau gue nyamar gini."

"Lo tenang aja. Tapi kenapa penampilan Lo harus kayak tadi? Beda banget. Emang ada cewek yang mau deket-deket sama Lo?"

"Ada, lah," kata Jevran tak terima.

"Yang bener? Mana ada cewe yang mau sama cowok cupu."

"Ada. Cantik lagi." Jevran membayangkan wajah Naura. Gadis itu sebenarnya cantik. Senyumannya manis dan tingkahnya yang lucu. Tapi, Jevran selalu dibuat jengkel dengan sikapnya yang usil dan jauh dari kata feminim. Kelincahannya memanjat pohon membuat Jevran sempat berpikir kalau Naura adalah anak yang dibesarkan di hutan seperti Tarzan.

Tok..tok..tok..

Jevran melirik ke pintu lalu menatap Jerry. Pasti itu sekuriti yang mengejarnya. Dengan cepat Jevran kembali memakai penyamarannya dan menyingkir dari kursi yang didudukinya.

"Ada apa?" tanya Jerry setelah membuka pintu. Benar saja, di sana ada dua sekuriti tadi.

"Maaf Pak Jerry. Tadi ada laki-laki asing yang nerobos masuk ke lift. Takutnya dia masuk ke ruangan Pak Jevran," panik keduanya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
103 Chapters
Jevran as Joko
Seorang pria berpenampilan culun, turun dari sebuah angkutan umum. Dia menatap rumah yang akan ditempatinya mulai hari ini. Rumah yang sederhana, jauh dari kata mewah.Pria ini bukan orang sembarangan. Dia adalah Jevran. Cucu dari pengusaha kaya raya, Abimayu. Tapi, kenapa dia ada di sini? Jawabannya karena Jevran kabur dari rumah. Dia tidak mau mengikuti perjodohan orangtuanya untuk mendekatkan Jevran dengan anak temannya. Jevran tidak bodoh, dia tau orang itu menginginkan sesuatu dari perjodohan ini.Jadi di sinilah Jevran--menyamar sebagai orang biasa yang datang dari kampung. Walaupun tau jika semua ini tidak mudah karena hidupnya selalu dilayani orang lain dan sukanya bergonta-ganti pasangan, hobinya membeli barang bermerek, tapi tak apa. Sekarang, dia harus berpura-pura menjadi anak kampung yang sama sekali bukan gayanya."Ck, coba aja gak ada perjodohan konyol itu. Gue kan gak usah kabur gini. Ribet sendiri kan jadinya," gerutu Jevran pada dirinya sendiri.Pria itu berjalan me
last updateLast Updated : 2023-10-30
Read more
Semakin dekat
Jerry membuka pintunya lebih lebar hingga dua sekuriti itu bisa melihat keberadaan orang yang dimaksudnya. "Nah itu Pak.""Dia mau servis AC di ruangan ini. Saya yang panggil dia ke sini.""Tapi pak, dia gak bawa peralatannya."Jevran meneguk ludahnya kasar. Benar-benar sekuriti yang satu ini."Peralatan saya ketinggalan di bawah. Soalnya bapak-bapak ini ngejar saya segitunya," kata Jevran seolah ketakutan."Oh, maaf Mas. Saya pikir masnya mau ngapain." ****Sembari berjalan menuju rumah, Jevran tertawa mengingat kejadian tadi. Hanya saja, saat melewati sebuah gardu, Jevran sadar ada banyak preman. Awalnya dia bersikap cuek, tapi salah satu dari preman itu menghalangi jalannya. Jevran bisa membaca jika mereka mau berniat buruk padanya. Mau melawan tidak bisa, mau diam juga tidak mungkin. Bisa habis dia dikeroyok. "Bagi duit!""Gak ada, bang." Dia berkata jujur. Uangnya ada di rumah dan tidak dibawa. Buktinya saja, dia harus jalan kaki dan tak bisa naik ojek sesuai keinginannya.Nam
last updateLast Updated : 2023-10-30
Read more
Kehidupan baru
Sementara itu, di sebuah mansion megah, seorang pria tua duduk di kursi roda, menatap bingkai foto dihadapannya dengan tatapan kosong. Ia kehilangan cucu kesayangannya. Sudah 4 hari sejak anak itu kabur dari rumah, dia sangat merasa sedih. Hanya cucunya itu yang bisa membuatnya tertawa lepas."Gimana? Kamu sudah dapat kabar soal Jevran?" tanya pria tua itu kepada anak buah suruhannya."Belum, Pak Wilan. Kami tidak bisa melacaknya karena nomor Tuan Jevran sudah tidak aktif."Wilan menatap mereka dengan tatapan tajam. Dasar tidak berguna! "Kalian itu gimana kerjanya?! Saya suruh kalian cari Jevran aja tidak bisa?"Orang-orang itu menunduk. "Maaf, Pak. Kami cuma dapat informasi, kalau tuan Jevran sempat mengambil uang di ATM beberapa hari lalu di ATM kota ini. Sekarang kartu kreditnya juga sudah mati.""Saya gak mau tau, cari cucu saya sampai ketemu!""Baik, pak."Mereka sedikit membungkuk dan pergi untuk mencari informasi lebih. Wilan yang dikenal orang memiliki hati yang keras, hanya ak
last updateLast Updated : 2023-10-30
Read more
Dicari?
Tanpa terasa, Jevran sudah berada di sebuah mall terbesar di ibu kota.Itu mungkin hal yang biasa bagi Jevran yang dulu, sekarang dia hanyalah Joko kampung yang tidak tau ibukota. Dirinya harus berakting untuk mendalami peran.Sejak awal mereka datang ke sana, Jevran terus memperhatikan Arga yang mencoba mendekati Naura. Seperti merangkul bahunya, menggandeng tangannya, bahkan memeluk pinggang rampingnya. Walaupun Naura terlihat risih dan mencoba menepisnya, pria itu tak berhenti begitu saja. Jevran tidak tau kenapa hatinya panas melihat hal itu seolah tak suka. Lagi-lagi dia hanya memalingkan wajah agar tak terus melihatnya."Ke sana, yuk. Bajunya bagus-bagus," kata Sisil menarik tangan Naura.Sisil melihat-lihat pakaian yang dia suka. Gadis itu mengambil barang apapun yang menarik hatinya. Sementara itu Naura terlihat bosan berada di sana. Dia tak terlalu suka berjalan-jalan di mall yang menurutnya membosankan. Tempat yang selalu ingin ia kunjungi adalah taman bermain, tempat uji a
last updateLast Updated : 2023-10-30
Read more
Ulah Arga
"Mereka sempet lacak keberadaan Lo lewat nomor HP sama kartu kredit, tapi kayaknya gagal.""Orang tua gue gimana? Mereka juga nyari?"Jerry menggeleng. "Cuma nyuruh orang. Katanya kemarin mereka terbang ke Singapura karena ada bisnis."Jevran berdecih. Dia kira orangtuanya akan lebih perhatian setelah Jevran pergi dari rumah. Sejak kecil Jevran diurus oleh pengasuh dan selalu ditinggal orangtuanya ke luar negeri jika ada bisnis. Makanya Jevran lebih dekat dengan para pegawai di rumah dan kakeknya yang selalu mengajak bermain. Jika diingat lagi, setiap sesuatu terjadi pada Jevran, kakeknya adalah orang pertama yang membela.Saat itulah Jevran tidak mau suatu saat anaknya merasakan apa yang dirinya rasakan.Jevran tidak akan terlalu gila kerja. Itu lah kenapa sesibuk-sibuknya dia di kantor, Jevran meluangkan waktu untuk bertemu kakeknya. ****Jevran menghela nafas melihat bangunan menjulang tinggi di depannya. Mulai sekarang dia bukan bos, Jevran hanya seorang OB di kantornya sendiri.
last updateLast Updated : 2023-10-30
Read more
Nasibmu, Joko....
Seorang remaja laki-laki duduk di atas dahan pohon yang berada di halaman rumah tetangganya. Dia memetik buah mangga yang terlihat kuning dan memasukannya ke dalam kantung kresek, yang diikat di pinggang. Saat melihat sang pemilik pohon datang, dia langsung loncat turun ke bawah dan menepuk-nepuk telapak tangannya."Ajun?" Jevran terbengong melihat halaman rumahnya berantakan dengan daun dan ranting pohon mangga."Eh, kak Joko.""Kamu metik buah mangga?""Iya."Jevran mencoba untuk memasang senyum terbaiknya meski sulit. "Ini kan pohonnya di depan rumahku. Kalau bisa jangan sampe berantakan. Boleh kok ngambil buahnya, tapi-""Bilang aja gak boleh. Dasar pelit!"Lah?"Bukan gitu...""Ajun! Ngapain kamu di sana?""Aku aduin kak Naura, loh." Ajun berlari menghampiri Naura yang baru saja turun dari motor ojek. Gadis itu baru saja pulang kerja dari kafe. Melihat Ajun yang berlari, Jevran ikut berlari mengejarnya."Kak, masa aku gak boleh ngambil buah di pohonnya."Jevran menutup mulutnya r
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more
Ajun si Bocah Kematian
"Bikin kopi buat siapa kamu?" tanya Ujang melihat Jevran memasak air panas."Pak Direktur.""Oh, kalau buat Pak Direktur mah gulanya jangan banyak-banyak. Gak suka manis.""Siap." Jevran menyiapkan gelas dan kopi yang ditambah sedikit gula. Belum sempat di aduk, perutnya tiba-tiba mulas. "Jang, saya titip sebentar, ya. Mau ke kamar mandi dulu," kata Jevran."Sok atuh. Jangan lama-lama, nanti kopinya dingin.""Iya."Jevran berjalan cepat ke toilet. Karen takut kopinya menjadi dingin, pria itu bergegas kembali ke pantry. Sampai di sana Ujang sudah tidak ada, padahal ia menitipkan kopi padanya. Untung saja kopi itu masih ada di tempatnya semula.Tanpa menunggu lama Jevran membawa kopi dengan nampan ke ruang direktur. Syukurlah sekarang sudah bisa menggunakan lift, tidak seperti kemarin. Sudah jalannya harus cepat karena takut dingin, belum lagi banyak anak tangga membuat mereka harus hati-hati juga. Bergoyang sedikit sudah tumpah kopinya.Sampai di depan ruangan direktur, Jevran mengetuk
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more
Jalan-jalan
[ Flashback on ]"Turun Lo!" Pintu mobil Jerry diketuk oleh tiga pria berbadan besar.Sejak awal berangkat ke kantor Jerry sudah mulai curiga dengan mobil hitam yang mengintainya. Benar saja, dia dicegat saat melewati jalanan sepi. Entahlah apa yang mereka inginkan."Kalau Lo gak turun, gue pecahin kaca mobil Lo!"Mau tak mau Jerry turun dari mobil. Tiga orang itu langsung menarik Jerry dan menghempasnya ke tanah. "Dimana tuan Jevran?"Jerry menggeleng tidak tau. "Gak tau. Kalian semua siapa, hah?"Bugh! Satu pukulan mengenai wajahnya."Mana mungkin kamu gak tau? Kamu kan asisten dan teman dekatnya.""Ya terus gue harus tau semuanya gitu?"Bugh! Lagi-lagi pukulan itu dilayangkan. Kali ini sudut bibirnya berdarah. Jerry terbatuk-batuk.Salah satu dari mereka mengambil paksa ponsel Jerry mengembalikannya lagi setelah mengotak-atik beberapa saat. Jerry tidak dapat melawan karena kalah jumlah.(Flashback off)Jevran mengumpat. "Sekarang hp Lo mana?""Ada di ruangan.""CK, mereka meretas d
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more
Susahnya jadi Joko
Sementara itu, Ajun melambaikan tangannya pada tiga temannya yang keluar club. "Hati-hati, ya!" Bersamaan dengan itu, Arga datang menghampiri Ajun dan duduk di sebalhnya."Temen-temen kamu udah pulang?""Udah, kak."Kenapa Ajun bisa berada di club malam bersama Arga? Begini ceritanya.... Awalnya, Ajun hanya pergi dengan temannya ke kafe di dekat taman kota. Lumayan jauh jaraknya dari rumah. Karena tak mau terlalu lama pergi, mereka hanya dua jam di kafe dan berniat pulang. Tapi, mereka bertemu dengan Arga. Pria itu mengajak mereka ke sini. Katanya tempat ini lebih menyenangkan daripada kafe atau semacamnya.Ajun sempat menolak karena pasti kakaknya bisa marah kalau tau. Tapi lagi-lagi Arga bisa membujuk para anak muda itu. Mereka memang hanya duduk-duduk saja tanpa memesan minum."Beneran kamu agak mau minum?" tanya Arga menuangkan sebotol bir pada gelasnya."Enggak, kak. Kalau kak Naura tau bisa habis aku.""Sedikit aja."Ajun menggeleng. "Gak usah.""Oke." Arga meneguk segelas bir
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more
Naura
Ajun keluar dari kamarnya setelah siap dengan pakaian sekolah. Ia bangun telat karena semalam tidur terlalu larut. Sebab itu juga Ajun menelpon Arga untuk ikut kembali menebeng ke sekolah.Pemuda itu pergi ke meja makan dan membuka tudung saji. Kosong. Hey, Jevran tidak masak? Dia belum sarapan. Kalau sudah jam segini mana sempat makan di luar."Kak Joko gimana, sih?" Dengan kesal Ajun kembali menaruh tudung saji itu di meja. Tak sengaja matanya melihat secarik kertas yang ditindih gelas.(Kamu gak suka masakan aku, kan? Makan di luar aja sama Arga.)Ajun mengepalnya dan melempar asal. Di luar sana terdengar suara klakson mobil. Dengan cepat Ajun keluar, itu pasti kak Arga, pikirnya.******"Joko, kamu teh datang jam berapa? Pagi banget datangnya." Ujang menghampiri Jevran yang sudah berada di loker. Yang datang baru beberapa orang."Takut telat lagi. Nanti dimarahi sama Pak Jerry," ucapnya asal."Bagus. Itu teh namanya motivasi. Jarang loh ada orang kayak kamu. Dimarahi sama atasan t
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status