Semua Bab Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan: Bab 431 - Bab 440

477 Bab

Terlalu Setia

“Hari ini tidak ke perusahaan. Apa kamu mau jalan-jalan atau pergi ke suatu tempat?” tanya Aksa sambil memperhatikan Alina yang sedang membereskan ranjang.“Mau ke mana, tanganmu saja sedang sakit,” balas Alina.Alina menoleh pada Aksa, lalu berjalan menghampiri suaminya yang duduk di sofa. Dia menatap lengan Aksa, lalu berkata, “Nanti kalau lenganmu sudah sembuh, bukankah kamu janji mau mengajakku jalan-jalan?”“Iya, memang,” balas Aksa, “tapi sekarang juga bisa, barangkali kamu bosan di rumah dan ingin jalan-jalan.”Alina menggeleng pelan. Dia mengambil buku sketsanya yang ada di bawah meja.“Aku ada pekerjaan, jadi lebih baik menyelesaikannya lebih dulu. Tahun depan aku juga menerima undangan untuk acara fashion show di Paris untuk desain baju musim semi. Huf … sepertinya pekerjaanku makin banyak,” ucap Alina seraya fokus pada buku sketsanya.Aksa menatap pada Alina yang siap menggoreskan pensil di buku sketsa.“Kamu sangat suka menjadi desainer sekarang?” tanya Aksa seraya meletak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

Mau Dicarikan Janda?

“Kakakmu sudah yakin ingin tinggal di sini, apa kamu juga mau pindah ke sini lagi?” tanya Restu saat duduk bersama Daniel.Daniel diam. Dia menatap sang paman yang menunggu jawaban darinya.“Aku belum memikirkannya,” balas Daniel lalu menyesap teh buatan sang paman.Restu mencondongkan tubuh ke depan, menggunakan kedua lengan yang bertumpu di lutut untuk menyangga tubuhnya.“Apa kamu tidak bisa tinggal di sini karena takut teringat mantan istrimu?” tanya Restu menebak.Daniel terkejut, tetapi sedetik kemudian tersenyum getir.“Tidak, untuk apa memikirkannya,” jawab Daniel, “aku sudah tidak peduli lagi dengannya. Apalagi sejak tahu kalau dia selama ini membenci Kak Alina, wanita tak tahu diri yang tak tahu terima kasih, untuk apa aku ingat, Paman.”Daniel sudah melupakan Karin. Pergi ke rumah lamanya waktu itu pun karena ingin mengingat rumah yang dia bangun bersama sang kakak. Andai tidak ada kenangan bersama Karin di sana, mungkin Daniel mau menempatinya lagi.“Baguslah. Kamu memang h
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

Bersimpati

Daniel tidak senang melihat seorang wanita mendapat kekerasan seperti ini. Apalagi lebam di rahang Jia begitu kentara, menandakan jika wanita itu benar-benar mengalami kekerasan. “Jika suamimu masih kasar, kenapa tidak kamu laporkan saja?” tanya Daniel. Bukan maksud ingin ikut campur, hanya saja dia memang tidak bisa melihat wanita teraniaya. “Ini bukan apa-apa, bukan masalah besar,” ucap Jia mencoba menghindari tatapan Daniel. Daniel menghela napas pelan. Dia masih menatap pada Jia, bertanya-tanya kenapa Jia harus bertahan atau menyembunyikan masalah kekerasan itu, jika memang suaminya tidak baik. Apa yang Jia takutkan? “Mama nangis karena Papa jahat.” Daniel terkejut. Dia menoleh dan melihat Anya turun dari mobil. “Anya.” Jia juga terkejut karena Anya tiba-tiba keluar dari mobil. Anya berjalan menghampiri Daniel. Dia menggenggam satu tangan pria itu. “Paman apa bisa bantu agar Mama tidak dipukuli Papa lagi? Papa jahat, Paman. Dia kalau pulang, pasti mukulin Mama.” A
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Diamuk Alina

Alina langsung menghampiri Daniel. Dia kaget melihat wajah sang adik penuh lebam, apalagi kemeja yang dipakai adiknya itu ada bercak darah.“Kamu kenapa? Berantem?” tanya Alina begitu cemas. Dia sampai memegang dagu Daniel untuk memeriksa luka di wajah Daniel.“Aku baik-baik saja. Kak Alina tidak perlu cemas,” jawab Daniel.“Tidak apa-apa bagaimana maksudnya, huh? Lihat wajahmu, bahkan pipimu begitu biru.” Alina kesal karena Daniel terlihat santai saja.Alina menarik tangan Daniel, mengajaknya masuk rumah untuk diobati.Arlo mengikuti Alina, Aksa ikut masuk menyusul Alina dan Daniel.Daniel duduk bersama Aksa selagi Alina mengambil kotak obat. Aksa memperhatikan wajah Daniel yang terluka.“Siapa yang menghajarmu?” tanya Aksa menyelidik.Daniel menatap pada sang kakak ipar. Dia menggeleng pelan seraya menggerakkan rahang yang terasa sakit.“Katakan saja, daripada kakakmu mengomel tujuh hari tujuh malam. Tidak mungkin tiba-tiba ada orang tak dikenal yang menghajarmu, kan? Apalagi kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Tidak Bisa Ikut Campur

Daniel menatap Aksa dan Alina bergantian, lalu bertanya, “Kalian kenal Jia?”Alina menoleh pada Aksa. Suaminya itu langsung mengambil ponsel di meja, lalu menghubungi seseorang.Aksa menghubungi Ilham, tentu saja Ilham yang lebih banyak memiliki informasi soal orang-orang yang pernah berhubungan dengan Aksa.“Halo, Pak.” Suara Ilham terdengar dari seberang panggilan.“Apa kamu tahu informasi soal Jia?” tanya Aksa.Alina dan Daniel diam memperhatikan Aksa yang sedang bicara di telepon.“Jia? Jia Alexander?” tanya Ilham dari seberang panggilan.“Ya, mungkin itu. Aku mau tanya, apa Jia memiliki putri bernama Anya?” tanya Aksa kemudian.“Iya, Bu Jia memang anaknya bernama Anya. Kenapa Anda tiba-tiba menanyakan soal Jia?” Aksa langsung menatap pada Alina dan Daniel, ternyata tebakannya benar kalau Jia yanga Daniel maksud adalah Jia yang dikenalnya.“Carikan informasi lengkap soal Jia. Termasuk informasi soal suaminya,” perintah Aksa.Setelah mendengar balasan dari Ilham. Aksa mengakhiri p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Takut Daniel Terlibat

Bams dan Naya baru saja pulang setelah jalan-jalan. Keduanya sudah turun dari mobil dan hendak pergi ke paviliun.“Kuharap kamu tidak menjauhiku karena menganggap aku ini menyeramkan,” ucap Bams saat mereka berjalan bersama.Naya terkejut. Dia langsung menoleh pada Bams.“Tidak. Aku juga tidak tahu apa-apa, jadi aku anggap itu hanya informasi pribadi tentangmu yang tidak perlu dikorek,” balas Naya memang tidak melanjutkan pembahasan soal siapa Bams sebenarnya.Bams mengangguk-angguk pelan.“Kakak Naya dali mana?” Naya dan Bams menghentikan langkah ketika mendengar suara Arlo. Mereka melihat bocah itu sudah berdiri di depan mereka sedang memegang bola.“Baru dari luar, Arlo main sendirian?” tanya Naya keheranan. Tidak biasanya Alina membiarkan Arlo bermain sendiri.“Iya, Alo main sendili,” jawab Arlo, “soalnya Mama lagi ngobatin wajahnya Paman Daniel. Wajahnya melah-melah.”Naya mengerutkan alis, begitu juga dengan Bams yang keheranan. Merah-merah bagaimana maksudnya?Mereka memilih m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Memastikan lebih dulu

Naya melihat Daniel yang duduk sendirian di teras. Dia pun berjalan menghampiri pria itu. “Bagaimana lukamu?” tanya Naya sambil duduk di kursi yang bersebelahan dengan Daniel. Daniel menoleh pada Naya, lalu menjawab, “Tidak terlalu parah.” Naya memperhatikan wajah Daniel yang penuh lebam. “Kamu tidak melaporkan pengeroyokan ini ke polisi?” tanya Naya. “Tidak,” jawab Daniel. “Kenapa?” tanya Naya keheranan. “Aku sedang memikirkan konsekuensi yang didapat, jika gegabah melapor,” jawab Daniel. Dahi Naya berkerut. “Mereka itu hanya orang suruhan, jika aku lapor, maka yang akan ditangkap hanya mereka dan aku yakin orang yang membayar mereka akan mengelak serta membungkam mereka untuk tak bicara. Lalu, setelah aku melaporkan kasus ini, wanita itu pasti akan semakin menderita. Aku yakin kalau suami wanita itu akan semakin menyiksa karena tahu jika aku akan melawannya,” ujar Daniel menceritakan pemikirannya panjang lebar. Naya diam sejenak, mencoba mencerna maksud ucapan Daniel. Sampa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Mendadak Gelisah

Daniel berada di rumah. Dia ingin mengabaikan masalah Jia, tetapi entah kenapa tidak bisa karena dalam masalah ini, bukan hanya Jia yang menjadi korban, tetapi juga Anya.Tiba-tiba saja Daniel cemas, apakah Jia dan Anya baik-baik saja?“Anya tahu cara menggunakan ponsel, kan?”Daniel tiba-tiba cemas, apalagi Anya masih kecil dan besar kemungkinan belum dikenalkan dengan ponsel.Daniel memandangi ponselnya. Harusnya dia meminta nomor ponsel Jia, kan? Ah, entahlah. Dia mendadak gelisah.Saat Daniel masih diam dengan kecemasan berlebihannya, ponselnya tiba-tiba berdering. Daniel menatap nomor tak dikenal pada layar ponsel, lalu berpikir mungkinkah ini Anya?Daniel segera menjawab panggilan itu.Di sisi lain, Anya ada di kamar karena ketakutan, dia memegang ponsel yang menempel di telinga."Halo."Anya mendengar suara dari seberang panggilan."Paman Daniel." Anya bicara dengan suara gemetar."Anya, ini Anya, kan?"Anya mendengar suara Daniel, lalu berkata, "Paman, Papa datang dan mukul Ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Nekat

Daniel keluar dari rumah lalu masuk ke salah satu mobil Aksa. Dia segera mengemudikan mobil menuju alamat yang Anya berikan.Daniel mencoba menghubungi Aksa, tetapi kakak iparnya itu tidak menjawab, membuat Daniel memilih segera pergi ke apartemen Jia.Saat sampai di apartemen itu. Daniel segera naik ke lantai atas tempat unit Jia berada, tetapi saat baru saja keluar dari lift, Daniel melihat du pria berjaga di depan pintu unit apartemen Jia.'Suaminya benar-benar menjadikan Jia dan Anya tahanan,' batin Daniel geram, apalagi tadi dia melihat sendiri bagaimana Jia diperlakukan kasar.Daniel berjalan perlahan dengan waspada menuju unit apartemen Jia, saat itu dia melihat dua pria yang berjaga di depan menoleh ke arahnya."Mau apa kamu ke sini?" Salah satu pria mengenali Daniel. Pria itu yang sebelumnya menghajar Daniel.Daniel berhenti melangkah, lalu menatap pada dua pria itu."Kamu sepertinya mau mencari gara-gara," ucap pria itu seraya bersiap ingin menghajar Daniel.Daniel terlihat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Berusaha Membujuk

Daniel terkejut karena penolakan Jia, tetapi dia mencoba memahami ketakutan Jia karena tadi mendengar ancaman Edwin."Tidak apa-apa, kita pergi dulu dari sini, akan kupastikan ayahmu juga baik-baik saja. Kakak iparku bukan orang sembarangan, aku yakin dia akan membantumu, apalagi dia dan kakakku bilang kalau mengenalimu." Daniel mencoba membujuk.“Aku tidak bisa membiarkan siapa pun lagi terluka karena aku. Pergilah,” ucap Jia tak ingin Daniel celaka karena membantunya.Daniel menghembuskan napas kasar. Dia lantas menggenggam tangan Jia.“Percayalah padaku. Aku akan membantumu dan membebaskan papamu. Sekarang yang terpenting kamu dan Anya aman dulu, jangan sampai pria itu memukulimu lagi,” ujar Daniel tidak punya pilihan selain memaksa Jia.Anya ikut menggandeng tangan Jia. Tatapan matanya memperlihatkan harapan dan ketakutan yang bercampur jadi satu."Ayo pergi, Mama. Papa jahat, Mama jangan di sini," ucap Anya.Jia bingung. Jika Edwin tahu kalau dirinya pergi, pria itu pasti akan me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4243444546
...
48
DMCA.com Protection Status