Semua Bab Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan: Bab 411 - Bab 420

478 Bab

Ada Yang Berbeda

Hari berikutnya. Aksa akhirnya diperbolehkan pulang, Ilham dan Bams yang menjemput Aksa di rumah sakit. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Bams sesekali melirik kaca spion tengah untuk memastikan kalau Alina dan Aksa memang baik-baik saja.“Fokus ke jalan.” Ilham menegur karena Bams terus melirik ke kaca spion.Bams terkejut sampai menoleh pada Ilham yang duduk di kursi samping kemudi.“Ini sudah fokus, kalau tidak fokus pasti nabrak,” balas Bams karena takut jika ketahuan sedang mengawasi sikap Alina dan Aksa.“Mengelak, kamu pikir aku tidak melihat apa yang kamu lakukan?” Bams mencebik. Dia memilih fokus ke jalanan.Aksa dan Alina melirik pada Bams juga Ilham secara bergantian, ada apa dengan dua pria itu sampai berdebat.“Kalian mendebatkan apa lagi?” tanya Aksa dengan tatapan curiga.Ilham hendak menjawab, tetapi Bams langsung mengulurkan tangan untuk membungkam mulut Ilham.“Apaan?” Ilham menepis tangan Bams.“Jangan ember!” balas Bams.Aksa dan Alina sampai keheranan dengan tin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Ingat

Alina turun ke lantai bawah setelah memastikan Aksa istirahat. Dia bertemu dengan Kaira yang masih di sana.“Aksa sudah tidur?” tanya Kaira.“Iya,” jawab Alina.Alina melihat Kaira yang mengangguk-angguk, lalu dia tiba-tiba saja memeluk Kaira.Kaira terkejut. Dia bergeming sesaat, tetapi kemudian membalas pelukan Alina.“Tiba-tiba sekali memelukku, ada apa?” tanya Kaira.Alina melepas pelukan, lalu menatap pada Kaira.“Hanya ingin,” jawab Alina dengan senyum hangatnya.Kaira tidak bertanya lagi. Melihat Alina terus tersenyum seperti ini membuat hatinya begitu lega.“Kamu mau ke mana? Butuh sesuatu?” tanya Kaira kemudian.“Iya, aku mau ke dapur. Mau memasak untuk Aksa.” Alina berjalan menuju dapur setelah menjawab.Kaira mengerutkan alis. Bukannya Alina tidak bisa memasak setelah hilang ingatan? Kaira cemas, dia segera menyusul Alina ke dapur.Para pelayan di sana juga terkejut melihat Alina masuk dapur, apalagi Alina langsung membuka lemari pendingin.“Nyonya, Anda membutuhkan sesuatu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Perhatian Berbeda

Alina kembali ke kamar setelah cukup lama di dapur membuat menu masakan untuk Aksa. Saat baru saja masuk kamar, dia melihat Aksa yang ternyata baru saja bangun.“Kamu sudah bangun?” tanya Alina sambil berjalan menghampiri.Aksa mengangguk pelan. Dia hendak bangun, lalu Alina buru-buru membantu karena Aksa agak kesusahan.“Kamu mau makan?” tanya Alina saat Aksa sudah duduk bersandar headboard.Aksa menatap pada Alina, lalu berkata, “Sepertinya aku butuh mandi, rasanya tidak nyaman sejak kemarin sama sekali belum menjamah air.”Alina tersenyum.“Akan kusiapkan,” balas Alina lalu berdiri.Aksa memperhatikan. Dia melihat Alina masuk kamar mandi. Dia benar-benar merasakan perbedaan sikap Alina atau mungkin hanya perasaannya saja?Alina keluar setelah beberapa saat di dalam kamar mandi. Dia datang menghampiri Aksa.“Ayo!” ajak Alina.Aksa malah bergeming menatap pada Alina, bingung.“Kenapa? Katanya mau mandi?” tanya Alina keheranan sebab Aksa hanya diam.“Kamu mau memandikanku?” tanya Aksa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Berharap Lain

Aksa terlihat tenang, tetapi sebenarnya dalam hatinya begitu terkejut mendengar pertanyaan Alina. Dia memang takut kehilangan Alina, tetapi tidak ingin egois yang bisa membuat Alina semakin membencinya.“Jika itu yang kamu inginkan, aku akan melepas,” ujar Aksa.“Kenapa?” tanya Alina cukup terkejut mendengar jawaban Aksa.“Karena aku tidak ingin semakin membuatmu terluka, jika di sampingku kamu menderita,” balas Aksa.Alina melihat senyum getir di wajah Aksa. Dia masih menggenggam erat telapak tangan pria itu.“Padahal aku berharap kamu memberikan jawaban lain,” ucap Alina lalu tersenyum kecil. Dia mencoba mencairkan ketegangan yang terjadi.“Contohnya?” tanya Aksa dengan satu sudut alis tertarik ke atas.“Ya, contohnya mungkin. Jangan pergi, tolong pikirkan aku dan Arlo. Atau, jangan pergi, aku tidak bisa hidup tanpamu. Mungkin bisa juga, aku sangat mencintaimu jadi tetaplah tinggal. Ya, semacam itu.” Alina bicara sambil menatap ke langit-langit kamar, lalu kembali menatap pada Aksa.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Aku Bahagia

Saat malam hari. Aksa melihat Alina yang belum tidur dan masih bermain ponsel. Dia keheranan karena Alina terus tersenyum.“Kenapa tidak tidur?” tanya Aksa langsung menegur.Alina mengalihkan pandangan dari ponsel ke arah Aksa. Dia masih mempertahankan senyum, lantas menghampiri Aksa yang ada di ranjang.“Mama mengirim foto Arlo. Ternyata mereka mengajak Arlo naik kapal pesiar biar tidak rewel. Ini foto Arlo memancing ikan bersama Papa,” jawab Alina sambil menunjukkan foto yang dilihatnya.Tiba-tiba saja Aksa menghela napas lega. Sejenak dia sempat cemas kalau Alina bermain ponsel karena sedang berhubungan dengan pria lain. Bodohnya dia beranggapan seperti itu?Aksa melihat foto-foto yang dikirimkan. Dia melihat Arlo yang sangat senang, apalagi mendapat ikan besar.“Sejak Arlo bayi, dia tidak pernah dekat dengan kakek dan neneknya, tidak menyangka dia bisa sedekat ini dengan mereka sekarang,” ucap Aksa seraya melihat-lihat foto Arlo.Alina terus memperhatikan Aksa.“Kamu tidak mengizin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Keputusan Pasti

Kaira menatap pada Alina yang terlihat tenang dan biasa saja meski baru saja menghadapi pria aneh yang mendadak muncul di depan mereka. Kini Kaira dan Alina berada di kafe untuk makan siang sebelum belanja.“Kamu baik-baik saja? Sebenarnya siapa pria tadi? Penggemarmu?” tanya Kaira karena itulah yang dia tangkap dari ucapan Alina tadi pada Gabriel.“Bukan penggemar, tapi ya begitulah. Bukankah sudah seharusnya aku tegas?” Alina menjawab seraya mengaduk minumannya.Kaira mengangguk-angguk. Dia menatap pada Alina yang fokus ke ponsel, apalagi Alina tersenyum.“Aksa menghubungimu?” tanya Kaira mencari tahu.Alina mengalihkan pandangan dari ponsel pada Kaira, lalu membalas, “Iya, dia bilang kapan pulang. Padahal baru juga ditinggal satu jam.”Alina tersenyum lagi seraya membalas pesan Aksa.Kaira memperhatikan Alina yang tampak begitu bahagia, sepertinya dia tidak perlu cemas lagi karena Alina berkata ingin tetap bersama Aksa dan Arlo.“Sepertinya kita harus segera makan lalu berbelanja d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Mirip Anak Kecil

Alina pulang setelah mengantar Kaira. Sesampainya di rumah, Alina melihat Aksa duduk di ruang keluarga sambil memegang ponsel. “Kamu tidak istirahat? Sudah makan siang?” tanya Alina langsung menyapa. Dia meletakkan buah yang dibelinya di meja, lalu duduk di samping Aksa. Aksa memasang wajah datar sambil menatap pada istrinya itu. “Kenapa? Kenapa ekspresi wajahmu begitu, hm?” Alina gemas sampai mengapit kedua pipi Aksa dengan telunjuk dan jempol, lalu menggerakkannya. “Aku belum makan siang karena tidak berselera,” jawab Aksa setelah pipinya dilepas Alina. Alina tersenyum kecil. Dia menatap Aksa yang tampak menggemaskan, mirip anak kecil yang sedang merajuk karena ditinggal sendirian di rumah. “Baiklah, aku ambilkan dan suapi biar kamu bisa berselera makan. Atau mau makan di ruang makan saja?” tanya Alina menawari. Kedua sudut bibir Aksa tertarik kecil, tentu dia bahagia jika Alina perhatian setiap hari seperti ini. Alina menyiapkan makan siang untuk Aksa. Sebelum pergi dia suda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Harusnya Memaafkan

Aksa menatap Alina yang sedang membantunya mengancingkan manik piyama. Alina melakukannya dengan sangat hati-hati dan penuh perhatian.“Kenapa menatapku seperti itu?” tanya Alina seraya melirik pada Aksa.“Menatap istri sendiri pun salah?”Alina tertawa kecil. Dia sudah selesai mengancingkan, lantas menatap pada Aksa.“Iya tidak salah, tapi natapnya tidak seperti itu juga,” balas Alina lantas mengambil penyangga untuk kembali dipasang.Aksa terus memperhatikan Alina yang sedang memasang alat penyangga.“Kaira tadi mengirim pesan. Dia bilang mau menemui papanya,” ujar Alina setelah selesai memasang penyangga.“Itu bagus, setidaknya mereka bisa menyelesaikan masalah,” balas Aksa.Alina menatap pada Aksa.“Bagaimana denganmu?” tanya Alina.“Aku? Kenapa?” tanya Aksa.“Bukankah hubunganmu dan Mama tidak baik. Kamu tidak mau memperbaiki hubungan kalian?” tanya Alina dengan senyum penuh arti.Aksa menghela napas pelan, lalu membalas, “Sejak kecil hubungan kami juga kurang bagus. Aku sudah be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

Saling Menerima

Pelayan rumah Dimas pergi ke kamar pria itu. Dia mengetuk pintu sebelum masuk, wanita paruh baya itu berjalan ke arah ranjang Dimas.“Tuan.” Pelayan itu memanggil dengan suara pelan agar tidak mengejutkan Dimas yang masih tidur.Pria itu membuka mata. Dia melihat pelayan yang ada di sisi ranjang.“Aku belum memanggil,” ucap pria itu.“Begini, Tuan. Non Kaira datang.” Pelayan itu menyampaikan dengan rasa cemas.Saat mendengar nama Kaira, terlihat jelas ekspresi wajah Dimas yang tampak tegang. “Non Kaira ingin melihat Anda,” ucap pelayan itu.Dimas terlihat bingung. Dia seperti ingin melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saat Dimas ingin bangun atau tidak, dia mendengar suara Kaira..“Pa.”Tatapan Dimas langsung tertuju ke arah suara. Pelayan yang ada di sana akhirnya meninggalkan kamar itu.Dimas menatap pada Kaira yang baru saja datang bersama Ilham. Dia hanya menatap pada Kaira dengan posisi masih berbaring.“Papa sakit?” tanya Kaira sambil mendekat dengan pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

Diterima

Alina masuk kamar membawa piring berisi potongan buah. Dia melihat Aksa yang sedang mengecek berkas meski tangan satunya masih sakit.“Butuh bantuan?” tanya Alina seraya mendekat. Dia meletakkan piring yang dipegangnya di meja, lalu memperhatikan apa yang dilakukan Aksa.Aksa menoleh pada Alina, lalu membalas, “Tidak usah, nanti merepotkanmu.”“Merepotkan apanya, hm?” Alina mengambil berkas dari tangan Aksa. “Kalau merepotkan, aku sudah kabur sejak kemarin,” imbuhnya seraya menoleh Aksa dengan senyum lebar.“Aku hanya sedang membaca berkas itu sebelum aku tandatangani, tidak ada yang penting,” ujar Aksa.“Oh, kupikir kamu sedang menganalisis sesuatu,” balas Alina lantas mengembalikan berkas itu pada Aksa.Alina mengambil potongan buah, lalu menyuapi Aksa.“Sepertinya aku rela sakit terus seperti ini asal mendapat perhatian darimu dan kamu pribadi yang merawatku,” ucap Aksa lalu mengunyah potongan apel yang masuk mulut.“Dih, itu maumu. Kalau aku terus merawatmu, siapa yang akan merawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4041424344
...
48
DMCA.com Protection Status