Home / Romansa / Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan / Chapter 401 - Chapter 410

All Chapters of Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan: Chapter 401 - Chapter 410

478 Chapters

Peneror

Aksa masih menunggu informasi dari petugas bandara, hingga akhirnya petugas itu memberikan informasi yang diinginkan.“Nama yang Anda sebutkan tidak ada di penerbangan pagi ini,” jawab petugas itu.Aksa lega, itu artinya Raffan belum pergi dari kota itu. Aksa berterima kasih, lantas pergi dari bagian informasi sambil mengedarkan pandangan ke sekitar.“Tanyakan ke semua anak buahmu, apa ada yang melihat keberadaan Raffan!” perintah Aksa.Bams mengangguk. Dia langsung mengirim pesan ke seluruh anak buahnya.Selagi menunggu informasi, Aksa mencari Raffan di bandara, bukankah tidak menutup kemungkinan pria itu ada di sana untuk kabur?Bams masih fokus dengan pesan para anak buahnya yang melapor, hingga dia terkejut saat mendapat salah satu pesan dari anak buahnya.“Pak.” Bams langsung memperlihatkan isi pesan itu.Bola mata Aksa membulat sempurna membaca pesan itu.**Alina berada di rumah sesuai dengan yang Aksa perintahkan. Dia duduk sambil terus memandangi ponsel, menunggu kabar dari A
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Tidak Mau Jadi Janda

Security dan pengawal yang berjaga di gerbang langsung berlari saat melihat tabrakan itu. Security langsung menahan Alina yang hendak menghampiri mobil yang kini mengepulkan asap hitam.“Aksa!” teriak Alina histeris karena tidak melihat suaminya keluar dari mobil itu.“Keluarkan dia dari sana!” teriak Alina pada pengawal yang sedang berusaha menyelamatkan penumpang di mobil itu.Di dalam mobil. Aksa memegangi lengan kanannya.Bams memegangi kepala yang terasa pening. Atasannya ini memang sudah gila, begitu mendapat informasi jika Raffan terlihat di daerah sekitar tempat tinggal mereka, Aksa mengemudikan mobil seperti di sirkuit balap, Bams sampai harus berdoa setiap detik karena Aksa mengemudikan mobil dengan kecepatan sangat tinggi. Ditambah setelah mendapat telepon dari pelayan yang mengatakan jika ada yang mengirim pesan aneh pada Alina, membuat Aksa semakin menggila, lalu akhir dari kegilaan itu adalah menabrak mobil yang disinyalir milik Raffan.“Pak, Anda baik-baik saja?” tany
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Kena Omel Terus

Aksa melihat Alina yang hanya diam semenjak dia dipindah ke ruang inap. Dia juga bingung, kenapa Alina bisa semarah ini.“Aku sudah dirawat dan tidak ada yang fatal, apa kamu akan terus diam begini? Aku sedang sakit, Al. Kamu tidak kasihan?” tanya Aksa sambil terus memperhatikan Alina.Alina langsung menatap tajam, wajahnya begitu masam karena rasa kesal.“Sakit karena kesalahan siapa? Kamu bisa berhenti saja di depan mobil itu, lalu seret orangnya keluar, bukannya malah menabrakkan diri ke mobil seperti tadi. Kamu tidak paham? Nyawamu bisa melayang!” amuk Alina lagi karena Aksa masih saja membahas hal itu.Andai saja Aksa tahu bagaimana kecemasan Alina meluap begitu besar bak banjir bandang, Aksa tidak mungkin nekat melakukan hal-hal seperti tadi.Aksa menghela napas kasar, lantas tangan kirinya mencoba menggenggam tangan Alina.“Aku melakukan itu juga karena mencemaskanmu. Ada yang mengatasnamakan Arlo hanya demi menculikmu, sudah membuat kepalaku meledak. Kamu pikir aku masih bisa
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bersyukur

Alina sedang membereskan peralatan makan setelah menyuapi Aksa. Dia melirik ke suaminya yang sedang mencari posisi duduk.“Kenapa? Lenganmu sakit lagi?” tanya Alina penuh perhatian.Aksa menatap pada Alina yang sudah bicara dengan lembut. Dia menggeleng.“Tidak sakit, hanya saja posisi dudukku kurang nyaman,” ucap Aksa.Alina segera membantu Aksa mencari posisi duduk yang nyaman. Dia menambahkan bantal di belakang punggung agar bisa bersandar dengan nyaman.“Sudah?” tanya Alina memastikan.Aksa mengangguk pelan.Alina sudah merapikan semuanya, lalu duduk di tepian ranjang seraya menatap suaminya.“Aku akan minta dokter memulangkanku saja dan dirawat di rumah agar kamu bisa istirahat dengan nyaman di rumah,” ucap Aksa.Meski di kamar itu ada ranjang khusus penunggu, tetapi tetap saja tidak senyaman saat beristirahat di rumah, kan?“Kondisimu belum benar-benar membaik, untuk apa buru-buru pulang? Lagian aku juga masih bisa istirahat di sini, untuk apa kamu cemas? Aku lebih cemas kalau
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Yakinkah?

Keesokan harinya. Alina baru saja selesai menyuapi Aksa. Dia mengambil tisu lalu membersihkan ujung bibir Aksa yang masih terdapat sisa air.“Nanti tunggu perawat membantu mengganti pakaianmu karena aku tidak bisa melepas pasang penyangganya sendirian,” ucap Alina sambil merapikan alat makan.“Ya.” Aksa membalas singkat sambil terus memperhatikan Alina.Ponsel Alina berdering. Dia mengecek pesan yang terpampang di layar, lalu menoleh pada Aksa.“Siapa?” tanya Aksa.“Aku keluar sebentar.” Tanpa menjawab pertanyaan Aksa, Alina malah langsung pamit keluar.Saat Alina hendak keluar, kebetulan Bams datang membawa pesanan Alina.“Anda mau ke mana?” tanya Bams.“Mau keluar sebentar, hanya ke lobby. Tolong jaga Aksa sebentar,” pinta Alina setelah menjawab pertanyaan Bams.Bams hanya mengangguk saja. Dia memperhatikan Alina melewatinya lalu keluar dari kamar, sebelum akhirnya Bams menghampiri Aksa.“Alina bilang mau ke mana?” tanya Aksa saat Bams menemuinya.“Katanya mau ke lobby sebentar, mun
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Jujurlah

Alina diam dengan segala pikiran yang berkutat di kepala. Dia menatap pada Gabriel, tidak tahu apa sebenarnya maksud pria itu mengatakan itu semua padanya.“Aku tidak tahu apa yang sebenarnya hendak Anda sampaikan. Terlepas dari ingatanku yang belum kembali, aku bersyukur bisa kembali pada keluargaku. Dan, aku memang tidak berniat mencari tahu tentang masa laluku.”Alina mencoba menanggapi perkataan Gabriel dengan tenang, meskipun kepalanya menolak mengabaikan maksud Gabriel, masalah apa yang sebenarnya dibicarakan oleh pria itu.“Aku hanya ingin kamu bahagia,” balas Gabriel.Alina menatap bingung, kenapa dengan pria ini? Saling kenal sejak dua tahun lalu, tetapi kenapa sekarang pria ini bicara aneh?“Aku sudah bahagia, Anda tidak perlu mencemaskanku,” balas Alina.Gabriel tersenyum tipis. Dia menghela napas kasar.“Jika pria itu menyakitimu lagi, hubungi aku. Aku akan selalu ada untukmu.” Setelah mengatakan itu, Gabriel berdiri dari posisi duduknya.Alina diam meremas lutut saat menc
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Ingin Tahu

“Bams, aku janji akan tenang asal kamu menceritakan yang sebenarnya!” Alina memaksa. Dia selalu merasa ada yang mengganjal di pikiran dan hatinya saat bersama Aksa, mungkinkah jawabannya memang karena masa lalu?Bams benar-benar panik, tetapi melihat Alina yang menatapnya penuh harap, Bams akhirnya meminta maaf dalam hati pada Aksa, lalu mengembuskan napas kasar untuk mendapatkan keberanian bercerita.“Janji, Bu. Apa pun yang akan saya ceritakan, Anda harus berpikir seribu kali sebelum mengambil keputusan. Ya, misal Anda tidak bisa memikirkan Pak Aksa, tapi saya mohon pikirkan Arlo.”Jantung Alina berdegup cepat. Rasa panik dan takutnya semakin membuncah tak terkendali. Dia mengangguk-angguk pelan meski tidak yakin.“Saya tidak tahu kenapa Anda bisa amnesia dan memalsukan kematian, yang jelas masalahnya adalah Pak Aksa mengurung Anda saat hamil karena Anda mau kabur setelah mengetahui kalau darah yang seharusnya diberikan pada ibu Anda, tapi malah diberikan untuk Pak Aksa,” ujar Bams
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Cerita Masa Lalu

Tiga tahun lalu.Restu masuk ke ruang operasi dengan pakaian khusus. Dia mendekat pada Alina yang saat itu siap melahirkan.“Semua akan baik-baik saja, kamu harus bertahan,” ucap Restu berbisik di telinga Alina.Pria itu melihat Alina menoleh dengan tatapan nanar, apalagi bola mata Alina terlihat berkaca-kaca.“Kamu yakin ingin melakukan ini? Kamu ingin pergi jauh dari suamimu?” tanya Restu memastikan lagi.Alina mengangguk.“Biarkan dia merasakan apa itu kehilangan,” lirih Alina.“Bagaimana dengan bayimu?” tanya Restu lagi.Restu menatap Alina yang diam, lalu Alina berkata, “Bisa usahakan agar bayiku bisa bersamaku?”Restu diam. Ini mungkin akan sulit. “Akan kuusahakan, tapi aku tidak janji.”Alina mengangguk-angguk.Setelah bicara dengan Alina, Restu bicara dengan dokter yang membantu persalinan keponakannya itu.“Dia bisa melakukan persalinan secara normal, tapi saya sudah memberitahu keluarganya jika Bu Alina akan melakukan tindakan cesar, hanya untuk memperkuat alibi saja,” ujar
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Ingin Berpikir

Restu melihat Alina diam, mungkin karena syok. Dia menggenggam telapak tangan Alina untuk menenangkan, bagaimanapun ceritanya mungkin akan membuat Alina tertekan.“Alina.” Restu mencoba memanggil, menunggu Alina merespon.Bams masih ada di sana. Dia panik dan cemas jika sampai terjadi sesuatu pada Alina. Dia berharap, ini tak mengubah apa pun pada diri Alina akan pandangan terhadap Aksa.Alina tiba-tiba bernapas pendek dan terputus, dia sangat tertekan hingga dadanya naik turun tak beraturan.“Al, tarik napas panjang lalu embuskan perlahan. Rileks, ingat janjimu tidak akan memaksa mengingat dan aku hanya memberitahumu fakta. Tenangkan pikiranmu, lepaskan semua yang menyakitkan.” Restu mencoba untuk mensugesti.Alina masih kesusahan bernapas, berulang kali dia mencoba menarik napas panjang tetapi gagal.“Alina, tenang.” Restu terus mencoba meyakinkan Alina.Setelah beberapa saat dirundung kepanikan, akhirnya Alina bisa mulai sedikit tenang. Dia bisa bernapas dengan normal lagi, tetapi
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Biar Seperti Ini

Aksa memperhatikan Bams yang diam dan terlihat panik. Alisnya berkerut saling bertautan, penasaran kenapa sikap Bams tampak aneh. “Ada apa? Kenapa kamu tidak menjawab?” tanya Aksa curiga. Bams benar-benar kebingungan. Dia sampai menunduk merasa bersalah karena sudah jujur pada Alina. Aksa semakin curiga, saat akan kembali bicara, terdengar suara pintu terbuka. Aksa dan Bams sama-sama menoleh ke arah pintu. “Ada apa? Kamu sedang memarahi Bams?” Bams terkesiap, tetapi juga lega karena Alina kembali. Aksa langsung memulas senyum. “Kamu dari mana? Kenapa lama sekali?” tanya Aksa. Alina melirik Bams yang sedikit menurunkan pandangan. Dia lalu tersenyum pada Aksa sambil mendekat. “Tadi bicara sebentar dengan Paman. Dia tahu kamu sakit tapi belum bisa menjenguk, jadi dia menitipkan ini.” Alina memperlihatkan kotak kue yang dibawanya. Bams mengedipkan mata dengan cepat. Apa Alina baik-baik saja? Kenapa dia menjadi waswas dan seperti merasa bersalah? Bams akhirnya pamit keluar dari
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more
PREV
1
...
3940414243
...
48
DMCA.com Protection Status